A. BAHAN-BAHAN BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Golongan
Korosif dan Narkotik
a. Asam
Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan asam yang bersifat
korosif terhadap metal, mengakibatkan karat dan keropos. Asam sulfat sangat
mudah bereaksi dan beroksidasi dengan air, bahan-bahan organik, diikuti dengan
pengeluaran panas (kalori). Asam sulfat yang pekat (99 %) bersifat sangat
higroskopik, yaitu dapat mengeringkan zat-zat yang basah. Gula oleh asam sulfat
pekat dapat hangus menjadi arang.
Jika uap/kabut asam sulfat terhirup oleh
manusia dapat menyebabkan kerusakan parah pada jaringan paru, menimbulkan
peradangan (inflamation) kronis dan
bronchitis kronis pada saluran pernafasan bagian atas. Jika kontak dengan kulit
asam sulfat dapat menyebabkan dermatitis, kerusakan kulit bahkan luka bakar
kimiawi dengan borok yang dalam. Asam sulfat pekat yang mengenai kulit akan menyerang
epidermis dan mengakibatkan kematian jaringan kulit (necrosis), disertai rasa sakit kematian jaringan kulit (necrosis) disertai rasa sakit yang luar
biasa. Jika bagian kulit yang terkena cukup luas akan dapat mengakibatkan “shock” atau “collaps”. Jika terminum atau termakan maka asam sulfat akan
membakar selaput lendir saluran pencernaan (mucus
membrane), seperti mulut, oesophagus, kerongkongan dan lambung.
b. Amonia
(NH3)
Amonia mudah larut dalam air, lebih mudah
daripada asam khlorida (HCl). Amonia mempunyai sifat basa sehingga dalam air
akan membentuk amonium hidroksida. Zat ini banyak digunakan dalam proses
pembuatan bahan-bahan organik sintetik, sebagai bahan anti beku pada alat-alat
pendingin, pembuatan pupuk, asam sulfat, asam nitrat dan bahan-bahan lain.
Dalam konsentrasi yang rendah amonia masih dapat diketahui karena baunya yang merangsang.
Amonia dapat berpengaruh pada refleks pernapasan, batuk-batuk, sesak napas lalu
tiba-tiba lemas, serta dapat mengganggu selaput conjunctive pada mata. Dijumpai
pula efek kronis pada bronchus, peningkatan ekskresi ludah, gejala kencing
tersendat-sendat (urine retention).
c. Aseton
(Dimetil-ketone: 2-propanon)
Aseton dipergunakan sebagai pelarut,
pembersih kuku, mencairkan plastik, dan lain-lain. Bahan ini dapat
menimbulkan iritasi pada kulit yang
dapat diikuti infeksi, efek narkotik atau menghilangkan lemak kulit. Penyerapan
dapat dilakukan melalui semua jalan termasuk melalui pernapasan.
d. Karbon
disulfida (CS2)
Karbon disulfida banyak dipergunakan dalam
industri misalnya pada proses pengolahan serat-serat sintetik seperti industri
rayon, karet, bahan kimia serta bahan untuk insektisida jenis kabut (fumigant; fumigan). Sebagai bahan
beracun, karbon disulfida bersifat narkotik yaitu menyerang sistem syaraf
perifer misalnya syaraf penglihatan, pencium dan perasa.
e. Khlorin
(Cl)
Khlorin merupakan bahan yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, walaupun tetap mengandung bahaya dalam kadar tertentu.
Khlorin bersifat racun terutama jika berbentuk gas dan terhisap oleh saluran
pernafasan. Gas ini mempunyai bau yang khas, dan dapat menyebabkan iritasi pada
selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, tali suara dan paru.
f. Hidrogen
Sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida adalah asam lemah yang
mudah terurai dari ikatannya dan dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerja
yang berada dalam ruang pengolahan yang menggunakan bahan tersebut, misalnya
pabrik kertas, pabrik benang tiruan, dan sebagainya. Dalam konsentrasi yang
cukup tinggi gas yang berasal dari hidrogen sulfida ini menyerang sistem syaraf
pusat mengakibatkan kelumpuhan, ketidak-sadaran dan terganggunya pernapasan.
g. Hidrogen
Sianida (HCN)
Hidrogen sianida berbentuk gas, larutan
atau garam-garam alkali seperti kalium sianida yang banyak dipergunakan dalam
berbagai bentuk insektisida, rodentisida dan racun kabut (fumigasi). Belum
pernah dijumpai adanya kasus keracunan yang kronis. Keracunan biasanya terjadi
secara akut. HCN dalam bentuk gas atau cair dikenal sebagai racun yang
mematikan.
Sebagai racun, HCN menyerang sistem antar
sel dengan menghambat sistem oksidasi sitokhrom dalam sel-sel. Akibatnya
oksigen tidak dapat bereaksi dengan haemoglobin untuk membentuk
oksi-haemoglobin sehingga transpor oksigen terganggu, akibatnya oksigen tidak
dapat dikirimkan ke jaringan-jaringan yang memerlukan. Pada saatnya, sistem
syaraf pusat akan terkena dan melumpuhkan sistem pernafasan yang jika tidak
tertolong akan menyebabkan kematian.
h. Fenol
(Asam Karbol)
Fenol (asam karbol), kresol atau dengan
nama umum karbol, kreolin, dan sebagainya, banyak dipergunakan sehari-hari di
rumah sebagai pembunuh hama (desinfektan) atau untuk menghilangkan bau. Larutan
fenol dengan kepekatan 10 % sangat korosif terhadap kulit yang mengakibatkan
nekrosis. Jika terserap ke dalam tubuh fenol berperan sebagai racun
protoplasmik (sel-sel darah).
2. Golongan
Logam Berat
a. Arsen
(As)
Arsen banyak digunakan sebagai bahan
campuran rodentisida, insektisida, herbisida, bahan cat dan lain-lain. Senyawa
arsen organik banyak dipergunakan dalam pengobatan, misalnya neosalversan untuk
pengobatan penyakit sifilis, patek, dan lain-lain. Bentuk keracunan berat oleh
arsen adalah gastritis dan gastroenteritis yaitu radang lambung dan
usus karena adanya kerusakan pembuluh-pembuluh darah oleh arsen yang terserap.
b. Tembaga
(Cu)
Beberapa jenis insektisida menggunakan
tembaga sulfat. Senyawa dalam bentuk tembaga arsenit bersifat racun yang
bahayanya sama dengan daya racun arsen. Keracunan akut dapat terjadi oleh garam
tembaga, karena terjadinya iritasi oleh ion tembaga pada usus dan lambung.
c. Merkuri
(Hg)
Di alam, merkuri biasanya berbentuk garam-garam raksa dan persenyawaan organik,
yang pada suhu normal mudah menguap misalnya HgCl2, HgO, atau Hg2Cl2,
Merkuri atau senyawanya sangat beracun bagi tubuh. Bahan tersebut masuk
ke dalam tubuh berupa uap air raksa atau persenyawaannya, baik melalui
pernapasan, terserap oleh kulit, atau saluran pencernaan. Kontak dengan kulit
akan menimbulkan dermatitis lokal, tetapi jika jumlahnya cukup banyak karena
kontak yang berulang-ulang akan terjadi efek yang sistemik (meluas).
d. Timah
(Pb)
Timah maupun bentuk khloridanya banyak
dipergunakan dalam bidang industri. Karena timah merupakan logam yang tidak
terpengaruh oleh udara, maka bahan ini banyak dipergunakan bahan pelapis
tembaga atau besi agar tidak teroksidasi oleh udara, misalnya bahan-bahan kayeng yang sebenarnya merupakan lembaran
besi berlapis timah. Timah dalam segala bentuk bersifat racun bagi kesehatan
tubuh dengan sifatnya yang kumulatif, tertimbun dalam berbagai organ tubuh,
misalnya hati, ginjal dan lain-lain.
3. Bahan-bahan
Kimia Industri
a. Barium
(Ba)
Dalam gas asam berium terdapat pada
beberapa jenis rodentisida. Jika termakan atau terminum, akan sangat beracun,
menyebabkan muntah, diare, pendarahan pada usus atau ginjal. Jika mempengaruhi
syaraf pusat dapat menimbulkan kejang-kejang.
Barium
sulfat, tidak dapat larut dalam air sehingga mengurangi sifat racunnya. Dalam
dunia kedokteran radiologi, berium sulfat dipergunakan untuk
melapisi/melindungi saluran pencernaan dalam proses pembuatan foto sinar X.
Karena bahan ini menyerap sinar X, hasil fotonya akan nampak lebih jelas.
b. Benzen
Benzen dapat ditemukan pada cat, pelarut,
larutan pembersih, vernis dan sirlak. Bahan ini bersifat iritan terhadap kulit
dan selaput lendir.
c. Borat,
borax, asam borat
Borat banyak dipergunakan dalam larutan antiseptis, baik dalam bentuk
tepung, larutan (boorwater), atau
salep (boorzalf) yang dipakai untuk
pengobatan penyakit kulit. Disamping sebagai
antiseptik, borat dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
d. Karbonmonoksida
(CO)
Karbon monoksida adalah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Gas ini memiliki berat sama dengan berat udara, dan
jika terbakar di udara akan berubah menjadi karbondioksida (CO2).
Gas karbonmonoksida merupakan racun asphyxiant yang membentuk
karboksihemoglobin dalam darah, sehingga haemoglobin tidak lagi dapat mengikat
oksigen yang diperlukan jaringan atau mengangkut kabondioksida yang akan
dibuang, akibatnya orang akan mati lemas. Gas ini merupakan hasil pembakaran
yang tidak sempurna dari hidrokarbon, terdapat pada asap rokok, asap pembakaran
kayu yang lembab, juga terbentuk pada peristiwa peledakan di pertambangan bawah
tanah.
e. Karbondioksida
(CO2)
Karbondioksida disebut juga asam
karbonat, atau juga es kering. Ini
banyak dipergunakan pada mesin-mesin pendingin. Kerja racunnya adalah dengan
menyerang alat-alat pernafasan menyebabkan asphyxia,
dan meningkatkan penyerapan air oleh selaput lendir meningkatkan keasaman cairan
lambung.
f. Formaldehida
(Formalin)
Formaldehida
(formalin, oksimetilen) dapat
berbentuk gas (HCHO) atau larutan. Formalin dalam bentuk cairan mengandung
tidak kurang dari 37 % formaldehida dan sedikit metanol. Larutan formalin
dipergunakan sebagai bahan antiseptik, untuk menghilangkan bau, sebagai bahan
dalam fumigasi. Dalam bentuk fumigant baunya sangat merangsang dan dapat
menyebabkan mati lemas (sesak napas, suffocation).
Bahan ini dapat menimbulkan penekanan fungsi sel-sel dan menyebabkan kematian
jaringan.
g. Karosen
(Minyak Tanah)
Kerosen,
disebut juga parafinbakar atau minyak
lampu. Kerosen diserap lambat oleh lambung, usus atau paru dan dikeluarkan
melalui air seni dalam bentuk fenol. Gejala
keracunannya dapat berupa euphoria
(tertawa-tawa), rasa panas di dada,
sakit kepala, kuping berdengung (tinnitus),
mual, lesu, koma dan mati.
h. Nitrat
dan Nitrit (
Nitrat dan Nitrit banyak dipergunakan
untuk berbagai keperluan, misalnya obat
amil nitrit, nitro gliserin, natrium nitrit. Nitrit adalah hasil penguraian
bahan organik oleh bakteri dalam keadaan aerobik pada pH mendekati netral.
Kedua bentuk ini dalam darah akan mempengaruhi efektifitas fungsi haemoglobin
dengan menciptakan methaemoglobin, kekurangan
oksigen karena hemoglobin tak dapat melakukan pengiriman oksigen.
i. Oksalat
Asam oksalat maupun garam-garamnya dipakai
sebagai pengelantang karat dan larutan pembersih logam. Penampilannya mirip
dengan garam epsom dan keduanya banyak didapatkan di rumah-rumah, sehingga
memperbesar kemungkinan keracunan. Jika tertelan, asam maupun garam-garam
oksalat dapat menyebabkan pengikisan selaput lendir usus dan lambung. Gejala
keracunan nampak dalam waktu singkat (segera/mendadak) dan dalam beberapa menit
dapat terjadi kematian karena radang dan “shock”.
Gejala pertama keracunan otot adalah kejang-kejang otot atau kram serta depresi
syaraf pusat.
j. Terpentin
Terpentin banyak dipergunakan sebagai
bahan obat gosok (liniment), vernis,
cat, bahan pelarut dan sebagainya. Terpentin merupakan bahan yang bersifat
iritan, dan cepat diserap melalui kulit, alat pernapasan dan usus. Kontak yang
cukup lama dengan bahan ini dapat menyebabkan eksim basah disertai rasa gatal.
Kulit berwarna kemerahan kadang-kadang bergelembung. Jika terhisap saluran
pernapasan dapat menurunkan selera makan, pusing, sakit kepala, gastritis, kelelahan, kekacauan jiwa, bronchitis dan kelopak mata bengkak.
4. Bahan
Pestisida
a. DDT
(dikhloro-difenil-trikhloroetan)
DDT adalah insektisida yang merupakan racun golongan halogen yang sangat toksik.
Penggunaan utamanya adalah untuk membunuh nyamuk. DDT sangat berbahaya bagi
manusia.
b. Dieldrin
Dieldrin memiliki kemurnian antara 60 % -
95 %, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan insektisida lain. Dieldrin dipergunakan untuk membasmi
serangga. Bahan ini diaplikasikan dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk emulsi
untuk disemprotkan dengan menggunakan bahan pelarut minyak, aerosol, dan
sebagainya. Dieldrin, terutama dalam larutan minyak mudah terserap oleh kulit,
selaput lendir pernapasan atau pencernaan.
Gejala keracunan nampak jika tertelan dieldrin
dengan dosis sebanyak 10 miligram per kilogram berat badan. Racun bekerja
dengan mempengaruhi syaraf pusat yang ditandai dengan kejang-kejang. Jika bahan
ini terhirup berulang-ulang, misalnya pada orang yang melakukan penyemprotan,
dapat terjadinya keracunan dengan gejala-gejala yang mirip gejala idiopathic epilepsy.
c. Diazinon
Diazinon adalah sejenis insektisida. Cara kerjanya adalah anticholinesterase. Dosis mematikan
untuk manusia dewasa berkisar antara 10 sampai 25 gram. Walaupun diazinon dapat
diserap melalui kulit dan saluran pernapasan, tetapi tidak menimbulkan efek
penimbunan (kumulatif). Gejala-gejala keracunan diazinon adalah muntah, kejang
perut, oedema paru, pernapasan cepat, denyut nadi cepat dan hipertensi. Odema
paru inilah yang menjadi penyebab utama kematian.
d. Endrin
Endrin juga termasuk sejenis insektisida.
Bahan ini diserap oleh kulit, terlebih lagi jika bahan pelarutnya minyak.
Endrin ini dapat tertimbun dalam jaringan lemak tubuh. Gejala keracunannya
adalah nyeri lambung, mual, muntah, pusing, kejang-kejang seringkali disertai
kegagalan pernapasan.
e. Malathion
Bahan ini tergolong pada jenis
insektisida. Cara kerja racunnya adalah dengan menghalangi fungsi enzim cholines-terase. Gejala keracunannya
antara lain adalah hilangnya selera makan, sakit kepala, pusing dan lemah
badan. Kadang-kadang penderita juga merasakan mual, keluar air mata, terjadi
oedema paru, kegagalan jantung atau koma.
f. Parathion
Parathion adalah sejenis insektisida dari
golongan organofosfat. Bahan ini berwarna kuning kecoklatan, dalam tekanan
rendah berupa uap, larut dalam air dan minyak tanah, kondisinya stabil dalam
air, tetapi dapat dihidrolisis dalam suasana basa. Bahan parathion teknis
(diperdagangkan), adalah bahan aktif berupa bubuk, yang dapat dilarutkan,
dibuat emulsi atau aerosol. Bahan ini membunuh serangga dengan jalan kontak
atau diaplikasikan sebagai umpan.
Bahan ini dapat tetap aktif sampai
beberapa hari di atas daun-daunan atau buah-buahan. Karena sifat racunnya yang
sangat toksik, parathion tidak dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Dosis
yang mematikan untuk manusia dewasa adalah tiga sampai empat miligram per
kilogram berat badan.
g. Rotenon
Rotenon adalah sejenis insektisida yang
sangat efektif untuk hama tanaman atau mamalia. Bahan ini diaplikasikan dalam
bentuk debu atau kabut, secara tunggal atau dalam kombinasi dengan DDT atau
insektisida lain.
Rotenon juga dipergunakan dalam dunia
kedokteran sebagai obat luar untuk scabies,
dengan kadar 2 % sebagai lotion dan 10 % dalam bentuk emulsi. Rotenon berdaya
racun relatif rendah dan dapat dikatakan tidak terlalu berbahaya, karena
biasanya kadarnya rendah (0,75 – 1 %), tidak stabil, bersifat merangsang
lambung sehingga jika tertelan akan dimuntahkan kembali.
h. Baygon
Baygon sangat efektif untuk nyamuk, lalat,
kecoak dan sebagainya. Bahan ini adalah insektisida yang tergolong kelompok carbamate, dan sangat beracun bagi
manusia jika termakan atau terminum. Efek kronis dapat terjadi karena
penyerapan melalui kulit.
5. Bahan
Narkotika dan Obat Berbahaya
a. Morfin
Morfin merupakan hasil olahan opium atau
candu/papaver somniferrum). Dalam
dunia kedokteran, morfin dipergunakan sebagai obat tidur atau untuk
menghilangkan rasa sakit, mencegah shock akibat kecelakaan dan menghilangkan
rasa cemas. Keracunan morfin terjadi karena pemberian atau pemakaian yang
melebihi takaran, atau penyelahgunaan. Dalam dosis besar, morfin menyebabkan penurunan kesadaran yang
hebat dan dapat mengakibatkan kematian.
b. Lysergide
(LSD)
LSD merupakan golongan narkotika yang
bersifat hallucinagenic dengan cara
penggunaan disuntikkan atau diminum. Bagi pemakai bahan ini dapat menimbulkan
provokasi perasaan, pikiran dan emosi, dapat berupa khayalan yang menyenangkan
atau menakutkan.
c. Alkohol
Alkohol yang diperdagangkan dapat berupa
metanol, etanol dan butanol. Metanol diperoleh dari hasil penyulingan serbuk
gergaji kayu sebagai bahan mentahnya, dan dalam proses itu dihasilkannya arang,
asam asetat dan aseton. Whisky atau minuman beralkohol lainnya seperti vodka,
mengandung 40 – 50 % alkohol, dibanding dengan bir yang hanya mengandung 2 – 6
%. Daya kerja alkohol ialah dengan melakukan depresi syaraf pusat. Dalam dosis
kecil dapat menyebabkan pemakainya lemah cara berpikirnya, banyak bicara
kemudian tertidur. Dalam dosis yang besar dapat menyebabkan rasa mual dan
bicara tidak terkontrol (vertigo).
6. Bahan
Makanan
Dalam
makanan seringkali terdapat senyawa kimia yang tidak mempunyai nilai gizi.
Bahan-bahan seperti ini mungkin mengandung sifat-sifat yang tidak diinginkan,
beracun, sehingga membahayakan konsumennya. Akibat yang ditimbulkan dapat
berupa keracunan akut, menahun atau adanya perubahan gen (mutagen). Secara umum senyawa-senyawa ini dapat dibagi menjadi 3
(tiga) golongan yaitu senyawa beracun alamiah, senyawa beracun dari mikroba,
serta senyawa beracun dari residu dan pencemaran.
a. Senyawa
Beracun Alamiah
Berbagai bahan makanan baik hewani maupun
nabati, secara alamiah seringkali mengandung racun. Senyawa beracun yang
bereaksi akut umumnya mudah diketahui masyarakat, seperti singkong (mengandung
HCN), cendawan (muscarin), biji
bengkoang (pakrizide), jengkol (asam
jengkolat); adanya racun pada ikan buntal, pada kerang dan udang.
1) Asam
Sianida (HCN)
Glikosida cyanogenic yang terkandung dalam
makanan merupakan makanan beracun potensial karena dapat terurai menjadi asam
cyanida. Hidrogen cyanida sangat cepat terserap oleh saluran pencernaan dan
beredar dalam saluran darah. Dosis kematian HCN adalah 0,5 – 3,5 mg per kg BB.
Glikosida cyanogenic juga terdapat
pada berbagai tanaman dengan nama berbeda, seperti amylgladin, misalnya pada biji almonis, aprikot, dan apel,
linamarin pada biji kara (linabean).
2) Kafein
Kafein
merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, coklat, cola dan beberapa
minuman lainnya. Kafein berfungsi sebagai stimulan. Kandungan kafein dalam teh
lebih besar daripada kopi. Namun dalam pemakaiannya, orang lebih mencampur teh
lebih encer daripada kopi.
3) Mimosin
Mimosin lebih banyak dalam biji lamtoro
atau petai cina (lencanea glanca) dan merupakan senyawa yang dicurigai sebagai
penyebab rontoknya rambut pada hewan dan manusia. Hal ini diperkirakan karena
hubungannya dengan retrogressi sel-sel partikel rambut.
4) Asam
Jengkolat
Racun asam jengkolat terdapat dalam biji
jengkol (phiticolabium lobatum).
Besar kecilnya kandungan zat ini tergantung pada varietas dan umur biji
jengkol. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah terbentuknya kristal asam
jengkolat yang dapat menyumbat air seni. Pembentukan kristal asam jengkolat
tergantung pada derajat pH air seni. Pada suasana asam, asam jengkolat
mengkristal. Rumus kimia asam jengkolat adalah sebagai berikut:
S
- CH2 - CHNH2 - COOH
CH2SS - CH2 - CHNH2 - COOH
5) Pakirizida
Biji bengkoang mempunyai racun yang
bersifat narkotik pada syaraf pusat. Kematian terjadi karena kelumpuhan organ
pernafasan. Biji ini juga dipakai orang untuk menangkap ikan.
b. Senyawa
Racun dari Mikroba
Mikroba yang dapat menghasilkan racun
adalah bakteri Clostridium botulinum,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas cocovenenans) dan kapang/mikrotoksin (Aflavus, Penicillium sp.).
1) Clostridium Botulinum
Zat racun dibuat oleh
C.botulinum adalah botulinin, sedangkan peristiwa keracunannya disebut
botulisme. Botulinin merupakan neurotoksin yang sangat berbahaya bagi manusia.
Serangannya akut dan seringkali menyebabkan kematian. Botulinin merupakan
molekul protein yang sangat toksik atau mikrogram saja sudah cukup untuk
membunuh manusia. Karena merupakan protein, botulinin ini bersifat thermolabil
dan dapat dinonaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80oC selama 30
menit.
2) Pseudomonas Cocovenenans
Zat yang diproduksi oleh P.Cocovenenans
adalah toksoflavin dan asam bongkrek. Kedua zat beracun ini diproduksi dalam
pembuatan tempe bongkrek. Toksoflavin (C7H7N5O2)
merupakan pigmen berwarna kuning, bersifat fluoresen
dan tahan terhadap oksidasi. Asam bongkrek (C26H38O7)
merupakan asam trikarboksilat tidak jenuh. Asam bongkrek adalah racun yang
bersifat sangat fatal yang merupakan penyebab kematian korban.
3) Staphylococcus aureus
Zat racun yang dihasilkan mikroba ini
disebut enterotoksin, karena dapat menyebabkan gastroenteritis. Zat ini dapat
terbentuk dalam makanan karena pertumbuhan bakteri tersebut. Enterotoksin
sangat tahan panas terutama terutama enterotoksin tipe B. Pemanasan yang lazim
dilakukan sewaktu memasak tidak dapat netralisir racun ini. Namun keracunan
enterotoksin jarang menimbulkan keracunan.
4) Mikotoksin
Mikotoksin adalah racun yang dihasilkan
oleh kapang (Mold atau jamur). Namun
tidak semua jenis jamur memproduksi racun. Racun yang terbentuk terdifusi ke
dalam makanan, sehingga dengan cara mengeruk jamur yang ada di permukaan suatu
makanan tidak cukup untuk menghilangkan racunnya. Mikotoksin yang terkenal adalah
aflatoksin. Aflatoksin ini diproduksi oleh aspergillus flavus dan digolongkan
menjadi Aflatoksin B (fluoresen biru)
dan aflatoksin G (fluoresen hijau)
serta turunan-turunannya. Dari berbagai jenis Aflatoksin tersebut, Aflatoksin
B1 adalah yang paling toksik dan bersifat karsinogenik pada hati.
c. Senyawa
Racun dari Residu dan Pencemaran
1) Residu
Pestisida
Pestisida, termasuk insektisida,
fungisida, rodentisida dan sebagainya banyak dipergunakan sebagai upaya
mengurangi kerusakan komoditi pangan baik di ladang maupun dalam penyimpanan.
Pestisida yang diaplikasikan tersebut meninggalkan sejumlah residu pada bahan
pangan sehingga dapat membahayakan konsumen. Karena itu pemakainya harus
diawasi dan residu yang tertinggal tidak melebihi kadar toleransi yang telah
ditentukan. Residu yang dijumpai pada hasil ternak, seperti daging, unggas,
susu atau telur, adalah antibiotika, hormon, tranquillizer dan enzim.
Bahan-bahan ini dipergunakan dalam rangka meningkatkan produksi.
2) Merkuri
Keracunan metil merkuri pernah terjadi
karena orang memakan ikan berasal dari perairan yang tercemar oleh merkuri,
seperti yang pernah terjadi di Minamata tahun 1953. Endapan merkuri berasal
dari buangan industri diubah menjadi metil merkuri yang terlarut, oleh bakteri
methanobacterium omelanskii yang banyak hidup dalam lumpur sungai.
3) Nitrit
Nitrit sering dipergunakan sebagai bahan
pengawet dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri. Proses curing adalah upaya
untuk mempertahankan warna merah daging dengan membubuhkan senyawa natrium
nitrit atau kalium nitrit, jika kadarnya melebihi batas dapat membahayakan
konsumen.
Trima kasih atas materinya bu🙏
ReplyDeletetest
ReplyDeleteIzin promo ya Admin^^
ReplyDeletebosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))