1
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM KIMIA
A. Alat Gelas dan Peralatan lainnya
1.
Erlenmeyer.
Labu Erlenmeyer sering digunakan dalam
pembuatan larutan dan digunakan pada saat titrasi.
2. Beaker Glass
(Gelas Piala).
Beaker glass atau gelas piala merupakan kuda beban di laboratorium karena paling banyak digunakan sebagai alat bantu di dalam setiap praktikum. Beaker gelas tersedia dalam berbagai ukuran mulai dari 25 ml hingga 2 liter. Beaker gelas terbuat dari bahan yang tahan panas dengan berbagai merek dagang, seperti Pyrex, Kimax, dll.
3. Pipet,
terdiri dari:
a. Pipet
Ukur (measuring pipette).
Pipet ukur digunakan untuk mengambil
cairan yang tepat sesuai kebutuhan yang tersedia dengan berbagai macam ukuran. Contoh:
bila kita membutuhkan cairan sebanyak 8,5 ml maka kita dapat menggunakan pipet
ukuran 10 ml.
b. Pipet
Gondok (volumetric pipette).
Pipet gondok merupakan pipet yang digunakan
untuk mengambil larutan sesuai dengan volume yang tertera dalam pipet tersebut.
Pipet ini berbentuk bulat dibagian tengahnya menyerupai gondok, seperti pada
gambar.
c. Pipet
Pindah (transfer pipette).
Pipet ini digunakan untuk memindahkan
cairan yang dibutuhkan sesuai yang dikendaki. Misalnya: memindahkan cairan
hingga berubah warna yang diinginkan.
d. Pipet
Tetes (Droplet pipette).
Pipet ini digunakan menurut ukuran banyaknya tetesan yang dikehendaki.
4. Labu
Ukur.
Labu ukur adalah suatu alat gelas yang digunakan untuk mengukur cairan
dengan tepat seperti angka yang tertera, dimana cairan yang diukur hingga
mencapai garis pada leher labu yang disebut garis miniscus (tepat dipuncak bawah cairan yang melengkung).
5.
Tabung Ukur.
Tabung ukur (cylinder glass) merupakan alat untuk mengukur cairan dengan volume
yang tepat. Tabung ukur ini memiliki skala, sehingga kita dapat mengambil
volume cairan sesuai dengan angka yang tertera pada tabung ini maupun volume
cairan dibawah dari angka yang tertera tersebut.
6.
Spatula (batang
pengaduk).
Spatula digunakan untuk mengambil bahan
kimia yang berbentuk kristal atau bubuk/tepung. Spatula digunakan untuk
mengaduk bahan yang dilarutkan/dicampurkan. Spatula terbuat dari bahan gelas
dan stainless steel.
7. Buret
dan statif (kaki/tiang penyanggah).
Buret mirip dengan pipet ukur, namun buret
dilengkapi dengan kran (stop kran) yang bisa dibuka/ditutup selama melakukan penitaran
(titrasi). Dalam melakukan penitaran, maka buret dilengkapi dengan statif
(tiang penyanggah buret dan klem) yang dapat dinaikkan/diturunkan.
8. Corong.
Corong merupakan alat bantu yang digunakan
untuk memindahkan cairan dari wadah yang besar ke wadah yang bermulut kecil.
Kemudian corong biasanya digunakan pada penyaringan cairan dengan menggunakan
kertas saring.
9.
Botol Sampel Air (Botol
Winkler) dan Botol Timba.
10. Gelas
Arloji.
Gelas arloji atau kaca arloji
adalah salah satu dari instrumen peralatan gelas laboratorium yang digunakansebagai tempat menimbang bahan
kimia berupa pasta, padatan atau bubuk. Alat ini terbuat dari kaca atau gelas dengan berbentuk bulat dan
cekung kebawah.
11. Mortir and pastle
(alu dan lumpang)
12. Kaki
Tiga
13. Tabung
Reaksi.
14. Labu
Destilasi.
15. Corong
Pisah
B. Peralatan Penunjang
Lainnya
1. Timbangan.
Timbangan adalah suatu
alat ukur yang digunakan untuk mengukur bahan padat seperti: tepung atau bubuk,
butiran (granule), bahkan kertas.
Timbangan terdiri:
a. Timbangan
Digital.
Jenis timbangan ini dapat
mengukur hingga ketelitian 4 angka dibelakang
koma dan lebih akurat
dibandingkan dengan timbangan kasar.
b. Timbangan Kasar.
Timbangan ini sering digunakan oleh penjual
emas dan ketelitiannya termasuk rendah.
2. Spektrofotometer
dan Cuvette.
Spektrofotometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menganalisa sampel air yang berisi
larutan pereaksi dengan menggunakan gelombang cahaya yang sudah ditentukan
dalam setiap parameter air.
3. Lemari
Asam
Lemari
Asam digunakan untuk menyimpan larutan kimia yang bersifat asam seperti: H2SO4
pekat, HCl,HNO3, NaOH, dan lain-lain. Lemari asam terdiri dilengkapi
dengan exhauster yang berfungsi untuk mengeluarkan udara dari dalam lemari
tersebut. Untuk mengambil larutan di dalam lemari ini diharuskan petugas untuk
menggunakan masker dan sarung tangan serta melakukannya sesuai petunjuk.
4.
Botol Plastik Pencuci.
Botol plastik untuk mencuci peralatan gelas
yang mulutnya kecil seperti pipet, buret, dan lain-lain.
5.
Kertas Saring.
6. Kompor
Listrik (Pemanas).
Kompor listrik ini sudah dilengkapi timer
dan temperatur yang diperlukan.
7. Bola
karet pengisap.
Keterangan gambar:
1. Tekan
untuk mengempiskan bola karet.
2. Tekan
dan tahan untuk mengisap cairan.
3. Tekan
dan tahan untuk melepaskan cairan.
8. Turbidimeter.
Alat untuk mengukur
kekeruhan air.
9. pH
meter dan Kertas Lakmus (indicator paper).
pH meter portableuntuk cek kadar asam basa yang menggunakan batang elektroda
digital. pH dapat dibaca pada layar monitor.Litmus paper red/kertas lakmus merah untuk cek kadar
Asam Basa. Lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan
berubah warna jika dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Warna yang
dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kadar pH dalam larutan yang ada.
10. Alat
Pengambil Sampel Udara
BAB 2
TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH AIR (WATER SAMPLE)
A. Jumlah
Contoh Air
Contoh
air untuk analisa Kimia-Fisika sebaiknya disediakan minimal 2 liter. Bila diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
tertentu, maka dibutuhkan air lebih banyak. Tidak dibenarkan air yang sama
diperiksa untuk analisa yang berbeda, karena persyaratan cara pengambilan dan
tempat contoh air sangat berbeda.
B. Selang Waktu Antara
Pengambilan dan Analisa Contoh Air
Makin
pendek selang waktu antara pengambilan dan analisa Contoh Air, maka hasil
pemeriksaan akan lebih baik. Sebenarnya sukar untuk menentukan selang waktu
tersebut karena tergantung dari sifat contoh air, parameter yang akan diperiksa
serta cara penyimpanannya. Perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan jazat renik
dapat dicegah dengan menyimpan ditempat gelap dan suhu rendah (cool box) sampai pemeriksaan dilakukan.
Berikut
ini adalah batas waktu maksimum untuk pemeriksaan fisika dan kimia:
-
Air bersih 72 jam
-
Air yang sedikit tercemar 48 jam
-
Air kotor / limbah 12
jam
Selang waktu tersebut hendaknya
dicantumkan dalam laporan laboratorium.
Jika contoh air diawetkan dengan menambahkan
asam atau pembunuh jazad renik lainnya, selang waktu dapat diperpanjang.
Penambahan bahan pengawet ini perlu dicantumkan dalam laporan. Beberapa kation
akan hilang karena diabsorbsi/ penukaran ion oleh dinding gelas tempat contoh
air. Contoh air untuk pemeriksaan kation Al, Cd, Cr, Cu, Fe, Pb, Mn, Ag. Zat
organik dan Kebutuhan Biokimiawi Oksigen (BOD), perlu dipisahkan dalam botol
yang bersih serta diasamkan dengan asam chlorida pekat atau asam sulfat
sehingga dicapai pH ± 3,5 untuk mencegah pengendapan dan diabsorpsi oleh
dinding botol. Untuk pemeriksaan senyawa Nitrogen harus dipisahkan dalam botol yang
bersih dan ditambahkan beberapa tetes bahan pengawet toluol. Beberapa parameter
fisika dan kimia harus segera ditentukan dilapangan, karena parameter tersebut akan
berubah setelah sampai dilaboratorium.
Parameter tersebut adalah:
Suhu, Ph, gas yang terlarut (Oksigen,
Karbondioksida, Hidrogen Sulfida, dan gas chlor). Perubahan kesetimbangan
pH-Kebasaan-Karbondioksida akan mengendapkan Ca-Carbonat sehingga menurunkan
kadar Ca dan kesadahan.
Senyawa Fe dan Mn akan larut dalam
valensi rendah (tereduksi), dan merupakan senyawa yang tidak larut dalam
valensi tinggi (tereduksi), dan merupakan senyawa yang tidak larut dalam
valensi tinggi (teroksidasi) oleh karenanya kation- kation ini dapat mengendap
atau larut tergantung pada potensial reaksi contoh tersebut.
Kegiatan jazad renik dapat mengubah
kesetimbangan Nitrat-Nitrit-Ammonia, menurunkan kadar phenol dan KebutuhanBiochemicalOksigen
atau mereduksi sulfat menjadi sulfida. Sisa chlor akan direduksi menjadi
chlorida. Sulfida, Sulfit, Ferro, yodida dan sianida akan hilang karena
pengaruh oksidasi warna, bau dan kekeruhan dapat bertambah, berkurang, atau
berubah sifatnya. Na-silikat dan boron dapat larut dari gelas contoh tersebut. Cr
valensi VI dapat direduksi menjadi valensi III.
C.
Contoh
yang Representatif
Cara
pengambilan contoh air dan analisanya dapat dilakukan dengan waktu yang singkat
tanpa kesulitan-kesulitan yang berarti bilamana sebelumnya sudah dilakukan
pembicaraan antara konsumen (peminta analisa)dan petugas (pelaksana analisa).
Dalam pengambilan sampelharus diusahakan supaya contoh yang diambil benar-benar
merupakan contoh yang representatif (mewakili krakteristik populasi) dan
dicegah kemungkinan kontaminasi selama dibawa ke laboratorium. Sebelum diisi
dengan contoh air yang akan diperiksa, tempat contoh dibilas 2 kali sampai 3
kali dengan air. Contoh air yang representatif dari beberapa sumber hanya dapat
diperoleh dengan mencampur contoh yang diambil pada periode waktu tertentu atau
dari beberapa titik/tempat pengambilan yang berlainan.
Cara
pengambilan/pengumpulan contoh air itu berbeda-beda tergantung pada macam dan
keadaan tempat tersebut, sehingga tidak ada petunjuk secara mendalam yang
dipergunakan secara umum.
Analisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor
yang penting adalah hanya kekeruhan. Pada analisa kekeruhan ini harus
dihilangkan. Secara umum bahan tersuspensi yang ada dipisahkan dengan dekanter
pemusingan atau dengan cara penyaringan. Kadang-kadang perlu dinyatakan bahwa
analisa dilakukan dengan atau tanpa penyaringan. Cara dan selang waktu
penyimpanan juga merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi analisa. Tiap
contoh air harus diberi keterangan yang jelas dan tidak mudah hilang pada
tempat contoh tersebut, keterangan meliputi: nama, tempat pengambilan, tanggal,
jam, lokasi dan suhu. Juga data lain seperti: keadaan cuaca, tinggi air, aliran
air dan lain-lain. Tempat pengambilan harus diletakkan yang tepat dan jelas
pada peta sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Untuk mengambil
contoh air dari sungai, danau, sumur, kolam renang dan sebagainya, dapat
dipergunakan alat yang tergambar di bawah ini:
Alat
ini mudah dibuat, murah dan dapat dipercaya. Terdiri dari botol plastik putih
(b) dengan isi 1 liter. Pada bagian bawah diberi pemberat dengan timah putih
(p) seberat 1, 25 kg kalau sukar mendapatkan timah putih dapat diganti timah
hitam (timbal). Pemberat ini diikat dengan kawat kuningan atau tembaga. Tidak
boleh dipergunakan kawat dari besi karena akan mudah berkarat, sehingga mudah
putus dan kawatnya mencemari air. Mulut botol harus cukup lebar, sehingga dapat
dimasuki sumbat karet (s) yang diberi 2 buah lubang. Pada lubang tersebut
dimasukkan dua buah pipa plastik dengan garis tengah 0,5 cm. Sebuah pipa
dimasukkan sampai dasar sumbat, sedangkan ujungnya kira-kira 25 cm dari luar
botol. Pipa kedua ini dapat dipergunakan dengan ukuran lebih kecil dan panjangnya
dapat disesuaikan dengan kedalaman pengambilan. Sebelum dipergunakan untuk
pengambilan contoh air tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu. Pada
pengambilan pertama, air dibuang, untuk membilas (membersihkan) botol
pengambil. Pengambilan kedua dipergunakan untuk membilas tempat contoh air yang
akan dikirim ke laboratorium. Pengambilan ketiga diisikan kedalam tempat yang
akan dikirim ke laboratorium dengan cara membalikan botol pengambilan air tadi,
sehingga ujung pipa diluar mengenai dasarnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya
aerasi (proses penghawaan=adanya
gelembung udara). Pada prinsipnya, air yang akan diperiksa diusahakan mempunyai
susunan sesuai dengan air aslinya. Semua tindakan yang merubah susunan kimianya
harus dihindarkan, baik tempat pengiriman maupun peralatan serta cara
pengambilannya.
D. Tata Kerja Pengambilan
Contoh Air
1. Persiapan
Alat dan Bahan.
Botol timba sampel
air 1 buah.
Jerigen plastik ukuran1000
ml (yang tidak mudah luntur): 1 buah.
Jerigen plastik ukuran
500 ml (yang tidak mudah luntur): 1 buah.
Botol plastik (dot) ukuran
250 ml: 1 buah.
Botol Winkler/tutup asah
250 ml (botol BOD): 1 buah.
2. Prosedur
Kerja.
a. Semua
peralatan dibilas dengan contoh air yang akan diambil sebanyak minimal 3 kali.
b. Isilah
masing-masing dengan contoh air dan dihindarkan terjadinya aerasi (terjadinya
gelembung udara) dengan jalan membalik botol timba, sehingga ujung selang pada
botol timba menempel pada dinding atau dasar tempat contoh air.
3. Penambahan
Bahan Pengawet.
a. Pada
contoh air 500 ml + 2,0 ml asam sulfat pekat.
b. Pada
contoh air 250 ml + 5 tetes toluol.
4. Masing-masing
tempat contoh air yang dikirim ke laboratorium harus ditempel suatu label yang berisi
keterangan sebagai berikut:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya:..........................................................
Kode:....................................................................................................................
Contoh air untuk pemeriksaan
Bakteriologi/Kimia: ...........................................
(Coret yang tidak perlu)
Diambil
oleh:........................................................................................................
Tanda tangan pengambil
sampel:.........................................................................
BAB 3
PEMBUATAN
LARUTAN PEREAKSI UNTUK
PEMERIKSAAN
KIMIA AIR DILAPANGAN
1. Pembuatan
larutan indikator Methyl Red: (pH:
4,2-6,2).
Timbang 0,1 gr Methyl Red, masukkan dalam tempat
pelarutan dari gelas. Tambahkan 18,6 ml 0,02N NaOH, kemudian dilarutkan dengan
aquadest sehingga volume menjadi 250 ml.
Atau:
Timbang 0,1 gr Methyl Red dilarutkan dalam alkohol 100
ml (harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat untuk menghindari
penguapan).
2. Pembuatan
indikator Brom Thymol Blue: (pH: 6,0-7,0).
Timbang 0,1 gr BTB (Brom Thymol Blue), masukkan dalam tempat
pelarut dari gelas. Tambahkan 8,0 ml 0,02 N NaOH, kemudian dilarutkan dengan
aquadest sehingga volume menjadi 250 ml.
Atau:
Timbang 0,1 gr BTB
dilarutkan dengan 100 ml alkohol 50 %.
3. Pembuatan
indikator Phenolred: (pH: 6,8-8,4).
Timbang
0,1 gr Phenolred, masukkan dalam
tempat pelarutan dari gelas. Tambahkan 14,20 ml 0,02 N NaOH, kemudian
dilarutkan dengan aquadest sehingga volume menjadi 250 ml.
4. Pembuatan
indikator Orthotolidine:
Timbang 1,35 gr Orthotolidine dihydrochloride,
dilarutkan dalam 500 ml aquadest dan diaduk sampai homogen. Tambah dengan
larutan campuran yang terdiri dari 150
ml HCl (P.A) dan 350 ml aquadest, sehingga larutan menjadi 1 liter. Dalam
pembuatan larutan indikator Orthotolidine
tidak diperkenankan menggunakan Orthotolidine
yang mengandung basa. Bila larutan menjadi kuning berarti larutan sudah
rusak.
5. Pembuatan
indikator Phenolptalein:
Timbang
1,0 gr PP, masukkan dalam tempat pelarutan dari gelas. Tambahkan100 ml alkohol
96 % (Ethyl alkohol/isoprophyl alkohol).
Campur hingga larut. Tambahkan 0,2 N NaOH tetes demi tetes sampai warna merah
jambu sangat muda.
6. Pembuatan
indikator Methyl Orange:
Timbang
Methyl Orange sebanyak 1.0 gr. Masukkan
dalam tempat pelarutan dari gelas. Tambahkan aquadest hingga volume menjadi 1
liter, kemudian diaduk hingga larut.
7. Pembuatan
larutan 0,1 N NaOH:
NaOH 0,1N adalah suatu
larutan NaOH, yang bebas CO2, dimana 25 ml NaOH 0,1N dinetralisir oleh 25 ml asam
oxalat 0,1N.
Asam oxalat 0,1N adalah
larutan dari 6, 3204 gr asam oxalat dalam 1 L Aq 50 gr NaOH kristal dimasukkan
dalam botol titran basa dan ditambah 50 ml aquadest bebas CO2, setelah itu
larutan didiamkan agar larutan yang atas menjadi jernih. Ambil 6,5 ml larutan
pada yang jernih dengan pipet. Tambahkan aquadest bebas CO2 hingga volume
menjadi 1 liter.
Standarisasi
dengan larutan 0,1 N asam oxalat:
Ambil 25 ml 0,1 N asam oxalat, tambah 25 ml aquadest
bebas CO2 dan 3 tetes indikator PP. Titrasi dengan 0,1 N NaOH sampai perubahan
warna yaitu menjadi merah sangat muda. Misal titrasi menggunakan X ml NaOH 0,1N.
Perhitungan:
Faktor (f) NaOH 0,1N
Pembuatan aquadest bebas
CO2:
Panaskan aquadest yang
akan dipergunakan sampai mendidih ditutup dengan kapas dan dibiarkan dingin
pada suhu kamar.
8. Pembuatan
larutan 0,02 N NaOH:
Ambil
larutan NaOH 0,1 N, diencerkan 5 kali dengan aquadest bebas CO2.
9. Pembuatan
larutan Asam Chlorida 0,1N:
Ambil
9,5 ml HCl pekat dengan menggunakan pipet (jangan dihisap),masukkandalam
aquadest yang tersedia hingga volume semua menjadi 1 liter.
Standarisasi dengan Borax:
Timbang
0,4 atau 0,5 gram borax, masukkan dalam labu Erlenmeyer dan larutkan dengan 50
ml larutan aquadest, ditambah 3 tetes indikator methyl Orange, kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1N sampai terjadi perubahan warna (V =
Ml HCl).
Perhitungan:
Berat
Borax 0,4 gr = 400 m gram
Reaksi:
1 gr ek =
B.M.
Normalitas HCl
............................. = X
Volume HCl
.................................. = V
10. Pembuatan
larutan Natrium thiosulfat 0,1N.
Timbang 25 gram Natrium thiosulfat
Larutkan dengan
aquadest hingga 1 liter, tambah 1 ml Chloroform.
Timbang 4,9 gram
Perhitungan:
Faktor (f) =
11. Pembuatan
4 N asam sulfat pekat (36 N).
N1.V1 =
X. 36 =
4. 1000 ml
X = 111,11 ml.
Ambil 111,11 ml
Ambil aquadest yang
diperlukan, masukkan dalam tempat yang sudah disediakan. Campurkan 111,11 ml
asam sulfat pekat sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dinginkan sehingga
volume seluruhnya menjadi 1000 ml.
12. Pembuatan
larutan pereaksi
Timbang
500 gr NaOH dan 135 gr Kj. keduanya dimasukkan dalam tempat pelarutan dari
gelas, kemudian aquadest hingga 1 liter.
13. Pembuatan
larutan indikator amylum:
1
gr pati/kanji dan 5 gr
14.
Pembuatan larutan Mangano Sulfat:
Timbang 480 gr Mn
15.
Pembuatan larutan Kalium
Permanganat 0,1N:
Timbang
3,16 gr Kalium Permanganat kristal dilarutkan dengan aquadest sampai 1 liter
16.
Pembuatan larutan 0,1 N
asam Oxalat.
Timbang
6,3024 gram asam oxalat kristal, dilarutkan dengan aquadest sampai
1
liter.
17.
Pembuatan larutan
penyanggah Phospat:
Larutkan
8,5 gram
18.
Pembuatan larutan Magnesium Sulfat:
Larutkan
22,5 gram
19.
Pembuatan larutan Calcium Chlorida:
Larutkan 27,5 gram anhydrous CaC12 dalam 1 liter
aquadest.
20.
Pembuatan larutan Ferri Chlorida:
Larutkan 0,25 gram
21.
Catatan:
a.
Semua larutan standar
harus disimpan dalam botol berwarna gelap yang tertutup rapat, tidak boleh kena
sinar matahari secara langsung (disimpan ditempat yang gelap pada suhu kamar).
b.
Untuk larutan NaOH 0,1N,
botol ditutup dengan karet yang dipasang pipa berbentuk U berisi serbuk kapur
(cairan kapur), berfungsi menahan gas
c.
Larutan Standar, setiap
kali perlu diperiksa faktornya.
BAB 4
TITRASI
A. Beberapa Pengertian
Analisis Jumlah: ialah cabang kimia
yang bermaksud menentukan jumlah unsur, senyawa atau gugusan yang terkandung
dalam suatu zat. Biasanya hasil penentuan dihitung sebagai persen bobot.Cara
yang akan digunakan dalam buku pedoman ini adalah analisa Titrimetri (titrasi).
Macam-macam titrasi, antara lain:
1. Asidimetri
dan Alkalimetri (dengan asam dan basa).
2. Permanganatometri
(dengan KMnO4).
3. Jodimetri
dan Jodometri (dengan J2 atau Na2S2O3).
4. Argentometri
(dengan AgNO3).
Bobot setara dan Normal
(N).
Dalam Titrimetri kepekatan larutan
yang sering disebut “Titarnya” dinyatakan dengan Normal (N).Suatu larutan
Normal sesuatu zat mengandung tepat 1 gram setara zat itu dalam 1 liter.
Suatu Gram setara sesuatu zat
ialah jumlah zat yang secara kimia adalah setara dengan 1 gram atom Hidrogen
(1,008 gram) atau dengan 1 gramion Hidrogen (1,008 gram).Biasanya dipergunakan
larutan-larutan yang encer misalnya 0,1 normal, berarti mengandung 0,1 gram
setara perliter.
Titar ditentukan dengan empat
angka dibelakang koma. Dilaboratorium di pergunakan misalnya: HCl (0,0987 N),
NaOH (0,1018 N).
Manfaat pemakaian Titar ialah bahwa
bila titar itudiketahui dan jumlah ml larutan yang diperlukan bagi suatu reaksi
maka hal itu sudah mencukupi untuk perhitungan, bila dipergunakan a ml larutan
yang b normal maka: dipergunakan a
x b mgst (mili gram setara)
pereaksi, karena itu terdapat pula ab mgst zat yang hendak ditetapkan, maka
tiap perhitungan mengenai penitaran dapat dilangsungkan menurut bagan berikut:
Dipergunakan a ml yang b
normal jadi ab mgs t, maka terdapat
ab mgst zat yaitu abc mg zat, bila c = bobot setara dari zat yang
ditetapkan itu, kadar zat yang ditetapkan dapat dihitung dari:
Bila m = banyaknya mg zat yang diperiksa
dalam hal ini pengenceran harus diperhatikan benar.
B.
Pembuatan
Larutan Normal.
Untuk membuat suatu larutan
zat A yang 0,1000 N, maka 0, 1000 gst zat itu harus dilarutkan dan larutan itu
harus diencerkan hingga isinya tepat 1 (satu) liter.Cara itu hanya
mungkin bila zat A murni sekali (larutan-larutan Asam Oxalat, Kalium dichromat,
Natrium Chlorida, Jod, dan lain-lain dapat dibuat secara itu). Sering juga
diperlukan larutan normal dari zat yang tak mungkin terdapat dalam keadaan
murni sebagai NaOH, KOH, HCl, H2SO4, KMnO4.
Dalam hal ini dibuat
suatu larutan yang kira-kira mempunyai titar yang dikehendaki jadi 0,1 N, lalu
titarnya ditetapkan dengan teliti berdasarkan reaksinya dengan suatu zat murni,
yang disebut bahan baku. Bila titarnya telah diketahui dengan teliti,
larutan dapat diencerkan hingga titarnya tepat 0,1000N, akan tetapi biasanya
hal itu tidak perlu.
Sesuatu zat yang
dipergunakan sebagai bahan baku harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Zat
itu harus murni atau mudah dimurnikan.
2. Zat
itu harus mantap, tidak memecah atau menarik air dari udara atau melepaskan air
hablurnya.
3. Juga
bobot setaranya hendaklah besar sehingga pengaruh ketelitian penimbangan
sekecil-kecilnya.
Syarat
kedua dan ketiga pada umumnya dipenuhi oeh bahan baku yang dipergunakan hingga
syarat yang pertama yang harus diperhatikan, bila dikatakan bahwa Asam Oxalat
dapat dipergunakan untuk menetapkan titar larutan NaOH, tidak berarti bahwa
tiap-tiap botol Asam Oxalat yang diambil dari gudang langsung dapat
dipergunakan. Tiap bahan baku sebelum dipergunakan harus di uji kemurniannya.
Juga ditegaskan bahwa suatu larutan harus ditetapkan berdasarkan larutan lain
yang titarnya diketahui, misalnya titar larutan lain yang titar larutan HCl
jangan ditetapkan berdasarkan larutan NaOH yang titarnya diketahui (botolnya
mempunyai etiket yang menyatakan bahwa pernah isinya mempunyai titar yang
tercantum), jadi tiap-tiap titar hendaklah ditetapkan langsung berdasarkan bahan
baku. Penetapan ini sekurang-kurangnya harus diulangi 3 kali dan tidak boleh
berbeda lebih dari 0,3%.
C. Asidimetri dan
Alkalimetri.
Menurut Arrhenius suatu
zat disebut Asam, bila zat itu dilarutkan dalam air menghasilkan
ion H+, demikian pula suatu
zat disebut basa bila menghasilkan ion OH-. Bila ditentukan berapa
ml larutan asam yang titarnya diketahui diperlukan untuk menetralkan suatu
larutan basa yang kadarnya atau titarnya dicari, maka pekerjaan itu termasuk asidimetri
penitraan sebaliknya disebut alkalimetri, reaksi dasar pada kedua cara itu
ialah:
H+
+
OH- = H2O
Ternyata bahwa satu ion H+setara
dengan satu ion OH- maka berdasarkan kaidah tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa satu gram asam atau basa adalah jumlah asam atau basa yang
mengandung satu gram ion H+atau satu gram ion OH-, dengan
kata lain satu gram setara asam atau basa yang bermartabat g ialah 1/g gram mol
zat itu. Misalnya:
1 grs HC1 = 36,5 g
1 grs HNO3 = 63,0 g
1 grs NaOH= 40,0 g
1 grs KOH =
56,1 g
1 grs H2SO4
=
1
grs Ba (OH)2=
1
grs H2C2O42H2O =
Untuk mengetahui apakah tambahan asam
atau basa cukup, apakah larutan memang telah dinetralkan diperlukan penunjuk. Untuk
penentuan titrasi asam/basa dipergunakan 3 macam penunjuk yaitu:
Penunjuk |
Singkatan |
Jarak Perubahan Warna |
Warna Asam Basa |
Sindur-Metil |
SM/MO |
3,1-4,4 |
Merah Sindur |
Merah-Metil |
MM/MR |
4,4-6,2 |
Merah Kuning |
Fenol-Ftalein |
PP |
8,2-10,0 |
TB Merah |
Keterangan:
SM: Sindur Metil (Methyl Orange).
MM: Merah Metil (Methyl Red).
PP: Phenolpthalein.
Penunjuk SM yang
dipergunakan ialah larutan 0,1 % dalam aquades bagi tiap-tiap 20 ml larutan
yang dititar dipergunakan satu tetes.Penunjuk MM terdiri dari larutan 0,1 %
dalam alkohol 60 % bagi tiap-tiap 20 ml dipergunakan larutan 2 – 3 tetes. Penunjuk
PP dipergunakan larutan 10 % dalam alkohol 60 % bagi tiap-tiap 20 ml
dipergunakan 1 tetes.
Cara membaca buret.
Bila asam kuat dititar
dengan basa kuat atau sebaliknya ketiga penunjuk dapat dipergunakan semuanya,
MM yang biasanya dipilih, bila asam lemah dititar dengan basa kuat penunjuk
yang dipergunakan harus PP. Bila suatu basa lemah dititar dengan asam kuat atau
sebaliknya, penunjuk yang harus dipergunakan SM atau MM.
Perbedaan antara titik
setara dan titik akhir.
Titik Setara
ialah saat bila tambahan asam atau basa pada umumnya zat yang bereaksi,
sedemikian bahwa perbandingan zat cocok dengan perbandingan Stechiometri,
dengan persamaan reaksi.
Titik akhir
ialah saat bila penitaran diakhiri, hal itu tergantung pada perubahan warna
penunjuk, pembentukan endapan dan sebagainya.
sedapatnya titik setara
harus sama dengan titik akhir, jika tidak sama berarti terdapat kesalahan penitaran.
Membuat larutan NaOH 0,1
N, BM=40, 1 gst=40 gr.
0, 1 N NaOH - 40
x 0,1=4 gr/1 liter.
Membuat larutan baku Asam Oxalat 0,1
N
Asam Oxalat/H2C2O4 2H2O, BM=126,
1 gst=
0,1 N
H2C2O4 2H2O=
Perhatikan:
Untuk pembuatan bahan baku harus
dilakukan seteliti mungkin. Menimbang bahan harus menggunakan analitik balance (timbangan analitik).
Melarutkan bahan (bahan yang akan dilarutkan dengan pelarut) minimal 25% dilakukan
dalam labu Erlenmeyer kemudian pindahkan
pada labu ukur hingga ukuran yang tepat.
Contoh kerja:
Teralah normalitas NaOH 0,1 N dengan
bahan baku asam oxalat 0,1 N.
Ukurlah 10 cc asam oxalat 0,1 N dengan
pipet gondok, dan masukkan kedalam Elenmeyer, jangan lupa tambahkan penunjuk.
NaOH yang ditera dimasukkan kedalam Buret. Titarlah tetes demi tetes pada
larutan oxalat sampai terjadi perubahan warna sesuai dengan jenis larutan
penunjuk yang ditambahkan untuk perhitungan selalu dipakai rumus:
V1 N1 = V2
N2
V1 =
Volume asam oxalat
N1 =
N asam oxalat
V2 = Volume
NaOH yang didapat pada penitaran
N2 = N
dari NaOH yang dicari
Lakukanlah Titrasi antara:
- Bahan
baku Borax ONa2B4O7 10H2O yang
dicari titar dari HC1
- Bahan
baku Soda Kering Na2CO3, yang dicari titar dari HC1
Perhatikan:
Na2CO3 yang
dipergunakan sebagai bahan baku harus dipanaskan dulu pada 270º. C-300oC
hingga bobotnya tetap untuk menghilangkan kadar airnya.
Hablur soda kering sangat mudah menarik air
sambil membentuk monohidrat.
Asam dan Basa pekat.
Zat |
% bobot |
BD |
Titar |
ml bagi 1 L Larutan 1 N |
Asam Chlorida |
35 |
1,18 |
11,3 |
89 |
Asam Nitrat |
70 |
1,42 |
16,0 |
63 |
Asam Sulfat |
96 |
1,84 |
36 |
28 |
Asam Asetat |
99,5 |
1,05 |
17,4 |
58 |
Ammonia |
27 (NH3) |
0,90 |
19,3 |
71 |
Bobot Setara
Zat |
S e t a r a |
Bobot Setara Rasional |
Ammonia |
NH3 |
17,0 |
Asam asesat |
C2H4O2 (CH3COOH) |
60 |
Asam benzoat |
C7H6O2 |
122 |
Asam borak |
H3BO3 |
61,8 |
Asam chlorida |
HC1 |
36,45 |
Asam nitrat |
HNO3 |
63 |
Asam oxalat |
1 /2 C2H2O4.2H2O |
63 |
Asam sulfat |
1 /2 H2SO4 |
49 |
Borax |
1 /2 Na2B4O2. 10H2O |
190,5 |
Kalium Hidroxida |
K O H |
56,1 |
Calsium Hidroxia |
1 /2 Ca (OH)2 |
37,0 |
Natrium Hidrogen |
1 /2 CaCO3 |
50 |
Natrium Hidroxida |
NaHCO3 |
84 |
Natrium Karbonat |
1
/2 Na2CO3 |
40 |
D. Permanganatometri.
Cara titrasi ini
menggunakanKalium Permanganat(KMnO4).
Kadang-kadang dipergunakan pengoksid lain misalnya:K2C2O7
CE (SO4)2 dan sebagainya. Umumnya titrasi demikian
disebut oxsidimetri. Pada suasana asam
dua molekul permanganat dapat melepaskan lima atom Oksigen (bila ada zat yang dapat dioksidasikan oleh oksigen
itu).
2KMnO4
+
3H2SO4
------ K2SO4 +
2MnSO4 + 3H2O + 50
Karena larutan KMnO4 sangat berwarna maka tidak diperlukan
penunjuk, satu tetes larutan KMnO4 0,1
N dalam ± 200ml air bersih telah menyebabkan warna merah jambu muda yang nyata.
Supaya larutan KMnO4 yang dibuat itu tidak berubah titarnya, maka
dibiarkan dulu seminggu lamanya, selama itu zat organik yang masih terkandung
dalam larutan dioksidasikan sehingga terbentuk MnO4 (pengoksid berlangsung dalam lingkungan
netral).
2KMnO4
+
H2O ------ K2SO4 + 2MnO2 +
2KO + 30
MnO2 yang terbentuk itu berlaku sebagai
katalis bagi pemecahan seterusnya, sesudah itu larutan ini dibiarkan seminggu
kemudian larutan ini disaring melalui asbes atau penyaring dari kaca pasir lalu
disimpan dalam botol coklat, larutan ini cukup mantap. Supaya reaksi dengan
KMnO4 berlangsung dengan
cepat, biasanya dipanaskan ± 60ºC, Untuk mengasamkan larutan selalu
dipergunakan asam sulfat.
Dari persamaan reaksi diatas:
2KMnO4
+
H2O ----------- 50
---------- 10H
Hingga
1 gst KMnO4 = 1/5 gmol
Perhatikan:
Bahwa untuk penitaran dalam
lingkungan netral atau basa 1 gram setara adalah 1/3 gmol hingga titar dalam
hal kedua 3/5 dari titar biasa.
Cara kerja:
Persiapan reagen:
- Membuat
larutan baku Asam Oxalat 0,1 N (lihat asidimetri dan alkalimetri).
- Membuat
larutan KMnO4 0,1 N
EM KMnO4 =
158
1 grl = 5
grek
0,1 N KMnO4 =
- Mengencerkan
larutan pekat H2SO2 (36 N) menjadi 4N
Memakai rumus: V1 x N1
= V2 x N2
Misal: membuatH2SO4 4
x 1.000 ml
Maka: 1.000
x 4 =
36 x V2(V2 adalah Volume dari H2SO4 pekat).
Harus diperhatikan:
Untuk pengenceran H2O
diukur dulu dalam tabung ukur kemudian tabung ukur direndam dalam air (agar
tidak panas pada waktu ditambahkan H2SO4 pekat),
kemudian secara perlahan-lahan
dimasukkan H2SO4 pekat sesuai dengan Volume yang
diperlukan.
Pelaksanaan kerja.
Larutan KMnO4 dimasukkan kedalam buret, aturlah
volume dalam buret dengan pipet gondok dimasukkan 10 ml larutan baku asam
oxalat dalam Erlenmeyer, asami dengan H2SO4 4N (10 ml)
panasi sampai 60ºC kemudian dalam keadaan panas kita titar.Amati perubahan
warna yang terjadi (merah jambu), hitunglah normalitas dari KMnO4.
E. Jodimetri dan Jodometri
Jodimetri=
penitaran dengan jod.
Jodometri=
penitaran dari jod dengan tio.
Zat yang bersifat
penyusut dapat langsung dititar dengan jod.
H2SO3 + J2 + H2O ----------
H2SO4
+ 2Hy
Zat yang besfitat pengoksid dalam larutan
asam membebeskan jod dari Ky.
2 TiC13 +
2 Ky ----------
2 TiC12 + 2KC1 +
J2
lalu Jod yang terbentuk dititar dengan
Tio.
J2 + 2
Na2S2O3
---------- 2 Nay + Na2S4O6
Kelebihan Jod menyebabkan
larutan berwarna kuning akan tetapi selalu diprgunakan larutan kanji sebagai
penunjuk, kanji dengan jod berwarna biru. Bila jod dititar dengan Tio maka
kanji baru ditambahkan bila sebagian besar jod telah bereaksi (warna dari
coklat telah mnjadi kuning), supaya jangan sampai banyaknya tio yang masih
diperlukan tak dapat ditaksir hingga penambahan tio dari permulaan penitraan
sampai akhir terpaksa dilakukan setetes demi setetes.
Bobot setara jod dan Tio ternyata dari
persamaan reaksi diatas:
2 Na2S2O3 ----------
J2 ---------- 2H
1 gst jod = 1 /2 gmol
1 gst tio
= 1 gmol
Catatatan:
Perhatikan bahwa
sebenarnya cara-cara ini juga termasuk oksidimetri.
Penetapan titar tio 0,1 N
(Na2S2O3) dengan KyO3. 0,1 N.
Persiapan reagensia:
Untuk melarutkan Na2S2O3
(tio) aquades harus selalu dididihkan lebih dulu untuk menghilangkan CO2,
kemudian didinginkan sebelum dipakai untuk melarutkan,
BM
Na2S2O3.5H2O = 248,1
1
grl =1 grek.
0,1 Na2S2O3 =
EM KyO3 =
214,2.
1 grl =
6 grek.
KyO3 0,1 N =
Reaksi:
KyO3 +
5 Ky + 6 HC1
---------- 6 KC1 + 3 H2O + 3 J2
HC1 4N dibuat dengan mengencerkan
yang pekat (11,3 N).
Ky 20% sebanyak 20 gram dilarutkan
menjadi 100 cc dengan aquadest. Amylum 1%, didihkan aquadest yang mengandung
NaC1 (p.j/menjadi setengah jenuh sampai 90 cc. 1 gram amilum dimasukkan dalam
10 cc aquadest, diaduk kemudian larutan amylum tersebut dimasukkan kedalam
aquades yang mendidih tadi sambil diaduk setengah rata, kemudian diangkat dari
api.
Cara kerja:
Tio dimasukkan dalam buret dengan
pipet gondok (teliti) diukurkan KyO3 0,1N, dimasukkan kedalam Erlenmeyer, tambahkan
(menggunakan pipet) Ky 20% sebanyak 5 cc. Kemudian tambahkan 5 cc HC1 4N (harus
segera dititar karena J2 telah terurai) hingga berwarna coklat
kemudian dilanjutkan titrasi dengan tio, setelah berwarna kuning muda baru
ditambahkan amylum 0,5 cc berubah menjadi
biru kemudian dititar lagi sampai warna biru hilang.
Baca: hitung N dari tio penetapan
titar larutan Jod 0,1 N dengan tio.
Membuat larutan Jod 0,1 N:
Timbang 12,7 gram Jod, masukkan dalam
Erlenmeyer yang bersumbat asah, tambahkan 40 gram KJ dan 25 ml H2O,
dikocok hingga Jod larut semuanya. Pindahkan larutan tersebut dalam labu ukur 1000
ml (1 L) hingga tanda garis. Larutan disimpan dalam suatu botol yang berwarna
sawo/agak coklat.
Cara pelaksanaannya:
Buret diisi dengan tio yang telah
diketahui titarnya, dengan ambil Jod dengan pipet gondok 10 ml kemudian masukkan
dalam Erlenmeyer, titar dengan tio, setelah warna berubah menjadi kuning muda,
terus tambahkan amylum 0,5 ml lanjutkan titar lagi sampai warna biru hilang,
hitung normalitas Jod.
Catatan:UntukKyO3 dapat juga dipakai K2G2O7
(Kalium bichromat) sebagai baku.
F.
Argentometri.
Pada penetapan ini ada beberapa cara
antara lain:
1. Cara
MOHR.
2. Cara
VOLHARD (tak dibicarakan).
3. Cara
Fayans (tak dibicarakan).
Untuk cara tersebut
diatas kita memakai bermacam macam petunjuk yang berbeda beda, tapi untuk bahan
baku dipakai satu macam: AgNO3. 0,1 N.
Membuat larutan AgNO3.
0,1 N , Perak nitrat dapat dibeli dalam keadaan cukup murni, untuk membuat
larutan normal, larutan AgNO3 tak boleh terkena sinar/ cahaya. Penitaran
Chlorida dengan CE.
Cara MOHR
Persiapan reagensia:
AgNO3. 0,1 N , EM AGNO3 =169,9, 1 gr1=1 grek.
AgNO3. 0,1 N =
K2CrO4 5%.
5 gram K2CrO4 dilarutkan
sampai 100 ml dengan H2O.
Cara kerja:
Jika suatu larutan Chlorida ditambahi AgNO3
diendapkan perak Chlorida ada yang berwarna putih.
Cl + AgNO3 ---------- AgC1
+ NO3
Untuk menunjukkan titik akhir
dipergunakan K2CrO4, yang
membentuk endapan merah dengan perak nitrat berlebihan.
K2CrO4 + 2
AgNO3 ---------- AgCrO4 + 2
KNO3
Karena hasil kali kelarutan perak
chromat lebih besar dari pada perak Chlorida, endapan itu baru dapat dibentuk
sesudah chlorida diendapkan semua.
Perak chromat dapat larut dalam asam,
maka cara MOHR ini hanya dapat dipergunakan untuk larutan yang netral atau yang
dapat dinetralkan (larutan asam dengan Borax, Natrium Hidrogen Carbonat atau
Magnesium Oksida, larutan basa diasamkan dulu dengan HNO3, lalu
dinetralkan).
AgNO3 0,1N dimasukkan kedalam
buret. Larutan Chlorida diukur dengan pipet gondok terus dimasukkan kedalam Erlenmeyer
dan ditambahkan 0,5 cc penunjuk, K2CrO4
5%.
Titar dan amati perubahan warna dari
putih kemerah sindur, hitung normalitasnya atau kadar (prosentase*) larutan
chlorida tersebut.
Cara perhitungan untuk menentukan normalitas
dan kadar (prosentase) beserta pengenceran akan diterangkan kemudian dalam
praktikum.
Prosen =
%
10 % artinya tiap penimbangan 10 gram
bahan dilarutkan dalam pelarutnya menjadi 100 ml, atau tiap 100 ml bahan
larutan tersebut mengandung 10 gram atau 10 ml bahan yang terkandung.
Bobot Atom.
Nama Zat |
Bobot
Atom |
A1 |
26,98 |
Ba |
137,36 |
S |
32,066 |
Fe |
55,85 |
B ( Bor ) |
10,82 |
Br ( Brom ) |
79,916 |
C1 ( Chlor ) |
35,457 |
Cr ( Chrom ) |
52,01 |
P |
30,975 |
H |
1,008 |
Pembersihan.
Untuk mencuci alat-alat
gelas yang terlalu kotor dapat direndam dengan larutan K2Cr2O7
+ H2SO4 pekat.
Cara
pembuatan:
30
gram K2Cr2O7 dilarutkan dalam
sedikit H2Okemudian dicampurkan H2SO4
pekat sampai 1000 ml.Untuk cuvette dapat dibersihkan dengan merendam
dalam larutan KOH dalam Alkohol. Alat alat yang sudah dicuci harus dibilas
dengan aquades kemudian dikeringkan dalam oven pengering.
Pemakaian
alat timbangan analitis harus dilakukan sangat berhati-hati, setelah pemakaian
harus dibersihkan dari bahan bahan kimia dan dikembalikan pada kedudukan semula
dan ditutup rapat. Pedoman kerja ini hanya dipakai sebagai dasar pengetahuan
praktikum laboratorium kimia, tidak dapat dipakai untuk pedoman memeriksa suatu
contoh pemeriksaan.
G. Penentuan Nitrat (NO3).
Dalam
suatu botol tertutup asah, masukkan dengan pipet gondok 100 cc contoh air yang
dianalisa. Tambahkan padanya 1 cc KOH 20 % (bebas NO3) dan sekeping
kertas Aluminium penambahan tersebut adalah sebagai pereduksi (dapat juga
diganti dengan 1 cc HCl 25 % dan sedikit Zincum.
Reaksi:
2
Al + 6KOH ........ 2K3AlO3 + 3H2
HNO3
+ H2 ....... H2NO2 + H2O
2H2NO2
+ H2 ....... 2NO + 2H2O
2NO
+ 5H2 ....... 2NH3 + 2H2O
Biarkan semalam (dalam
keadaan tertutup), saring jika ada endapan dan tetapkan seperti penetapan NH4.
Sebelum menghitung NO3
maka hasil dari NO2 dan NH4 yang terkandung dalam contoh
air tersebut harus dicari.
Pada penetapan NO2
(hasilnya diubah menjadi NH4).
NH4 =
Maka NO3 =
H. Penetapan Nitrit
Dengan
menggunakan tabung Nesslers. Masukkan pada tabung 1:50 cc air dan tambahkan
padanya 100 mg pereaksi GRIESZ-ROMYEN (G-R). Diamkan setengah jam setelah
dilakukan pengocokan. Masukkan pada tabung 2: 50 cc aquadest tambahkan 0,1 cc standar
No.2 dan tambahkan 100 mg pereaksi G-R, kocok, diamkan setengah jam. Timbulnya
pewarnaan merah pada kedua tabung tersebut menunjukkan adanya NO2,
baca dengan Spectrofotometer dengan gelombang 530.
Perhitungan =
50 = Volume contoh air.
1000 = 1 liter.
D bahan= pembacaan
hasil pada spectrofotometer (bahan) .
D standar= pembacaan
hasil spectrofotometer untuk standar.
0,1 = ml standar.
0,1 = ml standar setara
dengan 0,1 mg NO2.
Pereaksi (untuk Nitrit).
Standar (baku) Nitrit=NO2.
Menimbang dengan teliti
NaNO2 150 mg dilarutkan dalam labu ukur sampai 1000 ml (tambahkan
sedikit Toluol sebagai pengawet).
Penetapan standar NO2
(kerjakan setiap pemeriksaan):
500 ml larutan standar
Nitrit tambahkan 10 ml H2SO4 4N titer dengan 0,01N KMnO4 sampai
warna merah, panaskan kalau warna merah hilang, titrasi lagi sampai warna merah
tetap (tidak hilang).
Perhitungan:
50 ml larutan standar
misalkan hasil titrasi 25 ml KMnO4 0,01N.
1 ml 0,01 KMnO4
....... 0,23 mg NO2.
50 ml standar = 25 x f
x 0,23 mg NO2.
1 ml standar = (25 x f
x 0,23):50 mg NO2.
Pereaksi Griesz-Romyen:
1 bagian Naphtylamina.
10 bagian Asam
Sulfanilat.
89 bagian serbuk Asam
Tartrat.
Gerus dan campur merata.
Harus diperhatikan
bahwa aquadest yang dipakai harus betul-betul bebas dari bahan-bahan kimia.
I.
Penetapan
Ammonium (NH4)
Penentuan
ini baru dapat dilakukan jika bagian-bagian zat kimia yang mengganggu
dikeluarkan dari contoh yaitu: Ca, Mg, Fe, dan Al ini dapat dicapai dengan
melakukan penyulingan.
Cara Kerja:
Masukkan contoh air 200 cc kedalam labu untuk destilasi, dan tambahkan beberapa
tetes larutan lindi Carbonat. Kemudian lakukan distilasi. Hasil destilasi kita
ambil 50 ml yang kita masukkan kedalam tabung Nesslers. Pada tabung Nesslers
yang lain kita masukkan 50 cc aquadest dan ditambahkan 0,1 ml standar Ammonium
(tabung kedua).
Masukkan
50 cc aquadest pada tabung Nesslers yang ketiga. Kemudian ketiga tabung
tersebut masing-masing kita tambahkan 1 cc Nesslers pereaksi. Tangguhkan 5
menit dan baca pada spectrofotometer, bila ada pewarnaan kuning sampai coklat,
dengan gelombang 480 (bila tidak terbacakan pada spectrofotometermaka ulangi
pengambilan hasil destilasi tapi volume dikurangi dan lakukan pengenceran yang
terukurkan). Untuk penetuan titik nol dipakai tabung ketiga.
Perhitungan:
50 = ml contoh air.
1000= 1 liter.
D bahan= pembacaan
hasil pada spectrofotometer (bahan).
D standar= pembacaan
hasil spectrofotometer (standar).
0,1 = ml standar.
1 = ml standar setara
dengan 1 mg NH4
(disesuaikan dengan standar
yang dipakai di laboratorium).
Pereaksi:
1. Larutan
Seignete-Nesslers:
Garam Seignete 50 gram dilarutkan dalam
100 ml aquadest dan dimasukkan pada Nesslers Reagen 5 ml dan dikocok. Endapan
dibiarkan mengendap cairan yang jernih dituangkan kedalam botol coklat, tutup
dan simpan.
2. Nesslers-Reagen:
KY 5 gram dalam aquadest 5 cc. Kedalam
larutan ini dicampurkan larutan HgCl2 5% sebegitu banyak sehingga
mulai terbentuk endapan berwarna merah yang tidak hilang jika dikocok, kemudian
disaring.
Filtrat diencerkan sampai 100 ml dengan
KOH 15%. Tangguhkan 48 jam. Cairan yang jernih diatas yang dipakai.
3. Larutan
baku Ammonium:
NH4Cl 2,97
gram dilarutkan dalam aquadest1000 cc (1
liter) (teliti) 1 ml larutan baku ini mengandung 1 mg NH4.
4. Larutan
Lindi-Carbonat:
Sodium-Hydroxyde
50 gram dan Na2CO3 10H2O dicampurkan dan
dengan hati-hati dilarutkan dalam aquadest sampai volume menjadi 300 ml.
J.
Bilangan
Permanganat.
Ialah
banyaknya Permanganat yang dimakan oleh 1 liter air, makin kotor air makin
tinggi nilainya. Oksidasi dari Permanganat ini diganggu oleh adanya zat- zat
reduktor misalnya Sulfit dan Ferro ini dapat dihilangkan dengan oksidasi dalam
keadaan dingin.
Cara
kerja:
Masukkan 50 ml contoh air kedalam Erlenmeyer
dan diasamkan dengan 10 cc H2SO4. 4N. Kemudian tetesi
dengan KMnO4. 0,01N yang mana warna tersebut dalam waktu 5-10 menit
tidak hilang kembali. Taruh diatas kompor, setelah mendidih tambahkan KMnO4. 0,01N10 cc (tepat) biarkan
selama 10 menit tepat mendidih diatas kompor. Setelah 10 menit tambahkan 10 cc
Asam Oxalat 0,01N (tepat), biarkan sebentar sampai warna hilang.
Titar
dengan KMnO4. 0,01N sampai timbul warna violet muda kembali, baca
skala pada Buret: ..... ml. Tentukan juga Normalitas dari KMnO4 yang
sebenarnya dengan Asam Oxalat sebagai baku, untuk mencari faktor: Masukkan Asam
Oxalat 0,01N10 cc (tepat) dalam Erlenmeyer dan asami dengan H2SO4.
4N 10 cc, kemudian didihkan sebentar dan titer dengan KMnO4 sampai
timbul warna violet muda.
Hitung Normalitas KMnO4
dengan rumus:
V1N1
=V2N2.
V1= Volume
Asam Oxalat.
N1= Normalitas
Asam Oxalat.
V2= Hasil
titrasi KMnO4.
N2= Normalitas
dari KMnO4 yang dicari.
Maka Faktor adalah =
Perhitungan:
1000 = 1 liter.
50 = volume contoh air.
KMnO4. 0,01N
1 ml= 0,316 mg Ox.
Pereaksi:
1. KMnO4
0,1N.
316 mg KMnO4
dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml.
2. KMnO4
0,01N.
Mengencerkan dari yang 0,01N.
3. Asam
Oxalat 0,1N.
630 mg Asam Oxalat
dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml (teliti) didalam labu ukur.
4. Asam
Oxalat 0,01N.
Mengencerkan dari yang
0,1N.
5. H2SO4.4N
mengencerkan dari yang pekat (36N).
Awas pengenceran jangan terbalik,
aquadest dulu baru asamnya dan gelas ukur direndam dalam bak yang berisi air,
karena akan terjadi reaksi eksoterm (keluar panas).
K.
Penentuan
Ferrum.
Pelarutan Ferrum banyak
sekali dipengaruhi oleh kadar oksigen. Pada penentuan ini, besi (Ferrum) bervalensi
dua dirubah menjadi Ferrum bervalensi tiga yang mana dengan Rodanida memberi
warna merah.
Cara Kerja:
Sediakan tabung Nesslers tiga buah.
Tabung ke-1,
masukkan contoh air 50 cc, dan asamkan dengan H2SO4. 4N
sebanyak 10 cc kemudian oksidasikan dengan KMnO4.0,1N sampai
sempurna. Tabung ke-2, masukkancontoh air 50 cc dan asamkan dengan H2SO4
.4N sebanyak 10 cc. Tabung ke-3, masukkan aquadest 50 cc dan diasamkan
dengan H2SO4 .4N kemudian tambahkan standar Ferrum 0,1 cc.
Kemudian setiap tabung ditambahkan 5 cc KCNS/NH4CNS 20%
dengan timbulnya warna merah, maka Ferrum positif. Diamkan selama 5-10 menit
kemudian baca pada spectrofotometer dengan gelombang 530. Tabung Nesslers
pertama adalah hasil Ferro + Ferry. Tabung kedua adalah hasil Ferry. Jadi hasil
Ferro adalah hasil tabung pertama dikurangi hasil tabung kedua.
Perhitungan:
1000=
1 liter.
50=
volume contoh air.
D
bahan= pembacaan pada spectrofotometer untuk bahan.
D
baku = pembacaan pada spectrofotometer
untuk baku.
0,1=
volume pengambilan baku.
0,1=
1 ml baku setara dengan 0,1 mg Ferrum.
Pereaksi:
1. H2SO4
.4N dibuat dengan mengencerkan H2SO4 pekat (36N).
2. KCNS/NH4CNS
20% menimbang 20 gram garam KCNS/ NH4CNS dilarutkan sampai 100 cc
dengan aquadest.
3. KMnO4
.0,1N.
4. Larutan
baku Ferrum:
Masukkan secara
perlahan H2SO4 36 N 20 ml kedalam 50 ml aquadest dan
campurkan kedalamnya 1,916 gram Fe(NH4)2SO4 . 12H2O.
Teteskan KMnO4 0,1N dan perhatikan warna. Campuran bebas besi
kedalam 100 ml air destilasi dan perhatikan warna. Campuran bebas besi kedalam
100 ml air destilasi (sebagai standar besi). Setiap kali akan digunakan baru
dibuatkan campurannya. Pipet 40 ml stock campuran masukkan kedalam 100 ml. (vol
tabung dan campuran sampai tanda dengan larutan besi bebas dalam air destilasi:
1ml .............. 0,1 mg Fe).
Catatan:
Bila pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan
hari itu, harap diawetkan dengan penambahan 1 ml H2SO4
pekat untuk 250 ml contoh air. Khusus untuk penentuan B.O.D. sama sekali tidak
boleh diberi pengawet.
L. Penentuan Chlorida.
Pada
cara ini dipakai dengan titrasi Argentometri (MOHR), oleh karena itu suasana
harus diperhatikan (netral).
Pereaksi:
AgNO3 ......
0,1 N (tepat).
K2CrO4 ...... 5% (tiap
kali dipakai 0,5 ml).
Cara kerja:
Masukkan contoh air sebanyak 50 ml kedalam Erlenmeyer
dan tambahkan penunjuk K2CrO4 (untuk suasana netral dapat
ditambahkan bubuk MgO). Lakukan titrasi sampai warna berubah dari warna kuning
menjadi Sindur.
Perhitungan:
M.
Penentuan
Kadar Sulfat (SO4).
Untuk
penentuan ini berdasarkan timbulnya endapan putih dari BaSO4, dimana
endapan ini tidak larut dengan asam (berbeda dengan Carbonat).
Pereaksi:
Larutan BaCl2 ...... 10%
HCl ......
4N
Standar Sulphat ...... dari
ZnSO4. 0,1N (1 ml mengandung 9,5 mg SO4).
Cara kerja:
Siapkan dua tabung Nesslers yang berisi
contoh air 50 ml (untuk tabung pertama) dan aquadest 50 ml (untuk tabung kedua),
masukkan HCl 4N sebanyak 5 ml pada setiap tabung. Tambahkan juga standar
Sulphat sebanyak 0,1 ml (teliti) pada tabung kedua. Tambahkan 5 ml BaCl2
10% pada kedua tabung tersebut, kocok. Biarkan selama 30 menit dan sekali-kali
dikocok, baca pada spectrofotometer dengan gelombang 650.
Perhitungan:
N. Penentuan Mangan (Mn).
Sebelumnya
lakukan dahulu pemeriksaan dari Chlorida sehingga dapat diperhitungkan beberapa
jumlah AgNO3 yang dibutuhkan. Lakukan oksidasi dengan K2S2O8/KJO3
sehingga Mn yang terdapat telah berubah menjadi Permanganat.
Prinsip:
Mn + Oksidasi ...... warna permanganat.
Gangguan Chlorida
diendapkan dengan AgNO3.
Pereaksi:
AgNO3 ...... 0,1N/5%
K2S2O8/KJO3 ...... kristal
H2SO4 .....
4N
KMnO4 .....
0,1N .......
setara dengan 1,1 mg/ml Mn.
Cara kerja:
Masukkan
contoh air sebanyak 50 ml kedalam Labu Erlenmeyer tambahkan H2SO4 4N sebanyak 10
ml. Tambahkan AgNO3. 0,1N sesuai dengan jumlah penentuan Chlorida,
sehingga Chlorida terendap semua.
Tambahkan
K2S2O8100 mg kemudianpanaskan hingga mendidih
(tepat mendidih 5 menit). Segera dinginkan (direndam dalam air dingin), bila
timbul warna violet lakukan pembacaan dengan Spectrofotometer dengan gelombang
530.
Buatlah
standar: Aquadest 50 ml ditambah H2SO4 .4N 10 ml,
tambahkan KMnO4 0,1 ml, baca
spectrofotometer. Bila KMnO4 yang dipakai tidak 0,1N maka harus
dibuat faktor dulu dengan menera KMnO4 seperti pada penentuan Normalitas
KMnO4.
Maka:
Faktor
=
Perhitungan:
O. Kompleksiometri(Kesadahan).
Kesadahan
jumlah adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam Calsium dan Magnesium.
Cara kerja:
Kesadahan jumlah (1)
Masukkan
contoh air sebanyak 50 ml kedalam labuErlenmeyer kemudian tambahkan pereaksi
Erio-chrom-black-T sebanyak 100 mg dan Buffer 1 ml. Kesadahan (untuk merubah
pH), maka akan timbul warna violet, segera titer supaya tidak terjadi oksidasi
dengan udara titer dengan E.D.T.A. sampai timbul warna biru.
Perhitungan:I
Perbandingan antara CaO
: ºD = 10 : 1
56 ......... B.M
CaO
100 ........ B.M
CaCO3
Calsium (2)
Masukkan
contoh air 50 ml dalam LabuErlenmeyer150 ml kemudian tambahkan 1 ml NaOH. 1N
dan 100 mg Murexid maka akan timbul warna merah muda, titar dengan E. D. T. A
(segera lakukan untuk mencegah oksidasi dengan udara) sampai timbul warna
violet.
Perhitungan: II
40 ......... berat atom dari Calsium.
100 ......... berat
molekul dari CaCO3.
Magnesium (3)
Kesadahan
jumlah adalah = mg/1CaCO3 (dalam perhitungan Ca + mg/1 CaCO3
dalam perhitungan Mg).
Magnesium
= (ml titrasi kesadahan – ml titrasi Calsium)x
atau:
mg/1
CaCO3 (dalam perhitungan I) - mg/1 CaCO3 (dalam perhitungan
II)
=
............ x
Faktor (4)
Masukkan10 ml larutan standarCaCO3
(teliti) dalam LabuErlenmeyer padanya tambahkan 1 ml Buffer kesadahan dan 100
mg Erio-chrom=black-T.
Warna violet titar dengan E. D. T. A
sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
Faktor
=
Pereaksi-pereaksi untuk kesadahan:
1. Eriochrom
black T.
Eriochrom
Black T 0,5 gram + 100 gram NaC1 P.A digerus sampai rata.
2. Murexid.
Murexid 0,5 gram
digerus dengan 100 gram NaC1.
3. Reagen
E. D. T. A
E. D. T. A (Etylene Diamin Tetra Acid) 3,723 gram dilarutkan
dalam aquadest sampai 1000 ml.
4. Buffer
kesadahan.
NH4C1
16,9 dalam NH4OH 143 ml.
E.
D. T. A 1,179 gram + 780 mg MgSO4. 7H2O atau 644 mg MgC12.
6H2O dalam 50 ml aquadest.
Campurkan kedua larutan
tersebut menjadi satu, kemudian encerkan sampai 250
ml dengan aquadest,
aturlah dengan penambahan sedikit E. D. T. A.
5. NaOH
1N.
NaOH 4 gram dilarutkan
dalam aquadest sampai 100 ml.
6. Standar
CaCO3.
1 gram CaCO3anhydrous
kedalam 500 cc tabung, tambahkan sedikit 1 cc HCl dan larutkan dengan 200 cc
aquadest dan panaskan beberapa menit sampai keluar CO2 (gelembung).
Diinginkan, tambahkan beberapa tetes
Methyl red sampai dengan warna orange dan masukkan NH4OH atau 1:1
HCl dan tambahkan sampai dengan tanda. 1000 cc dengan aquadest.
P.
Alkalinitas
(Kebasaan)
Alkalinitas
ini disebabkan adanya senyawa-senyawa:
Bicarbonat=
HCO3.
Carbonat
= CO3.
Hydroxida=
OH.
Kebasaan
pada umumnya terjadi pada air alam didekat daerah kapur/pantai, juga beberapa
hasil buangan industri mengandung kebasaan ini, misalnya: Pabrik kulit pada
proses penghilangan bulu.Untuk keperluan air minum walau didalam syarat tidak
disebutkan, akan melibatkan timbulnya rasa yang tidak enak setelah direbus,
juga mempermudah terbentuknya kerak pada dinding ceret atau ketel.
Ca
(HCO3) panas ........
CaCO3 + H2O + CO2
Akibatnya
untuk memperoleh jumlah yang sama diperlukan bahan bakar yang banyak disamping
dikawatirkan ketel uap akan
pecah.Kebasaan juga menaikkan pH, hingga persyaratan air minum tidak terpenuhi.
Pereaksi:
P.P ....... 1%.
M.M ....... 0,1%.
S.M ....... 0,1%.
HCl ....... 0,1 N.
Reaksi:
1. OH + H (HCl) ......... H2O
2. CO3 + H ......... HCO3
3. HCO3 +
H ......... H2O + CO2 (M.M
= 4,5)
Cara kerja:
Siapkan 2 Erlenmeyer masing-masing diisi
dengan 50 ml contoh air. Erlenmeyer pertama ditetesi penunjuk PP maka ada dua
kemungkinan:
a. Tidak
berwarna berarti OH, 003 negatif.
b. Berwarna
merah berarti OH, 003 positif.
Titer dengan HCl, maka didapatkan hasil P
ml perhitungan lihat pada P yang tidak berwarna, Erlenmeyer kedua + MM titer
dengan HCl 0,1N, maka:
Perhitungan:
T
... HCO3 =
P ... OH =
P ... CO3 =
Q. Oksigen Terlarut
(Dissolved Oxygen).
Sangat
penting untuk makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan. Kekurangan O2
dalam air disebabkan adanya pertumbuhan bahan organik atau kegiatan mikroba.
Kadang-kadang jumlah O2 oleh kegiatan mikroba diduga terjadi
pencemaran, dengan kata lain O2 dapat dipergunakan sebagai penunjuk
pencemaran.Pencemaran ini dapat berasal dari rumah tangga atau industri.
Oksigen
penting dalam penentuan B.O.D/K.B.O, kalau B.O.D. tinggi jelas airnya
kotor.Kadar yang tinggi membahayakan instalasi industri terutama pipa pembawa
air dan uap air, menyebabkan kerusakan atau korosi.
Fe
(pipa) + O2 ............ Fe+++
(larut).
Kandungan O2 kurang dari 3
mg/l menyebabkan ikan mati/tidak tahan. Penambahan O2 dapat bermacam-macam,
antaranya dengan aerasi (penghawaan) yang mudah ialah air diterjunkan,
disemprotkan.
Penurunan
O2:
1. Pemanasan
lebih dari 100 ºC.
2. Adanya
reduktor (Oxinon=perdagangan).
Cara
penentuan Winkler-Alsterberg.
Adanya
Nitrit akan mengganggu titik akhir.
Prinsip:
Oksigen diendapkan dengan MnSO4
sebagai Mn (OH)2 atau MnO2.
Endapan yang terjadi setelah peristiwa oksidasi
berjalan baik dilarutkan dengan H2SO4 pekat, terjadilah
Jodium yang larut.
Jodium ini dititrasi dengan Na2SO3.
Untuk mengetahui selesainya reaksi dipakai indikator Amylum.
Reaksi:
1. Pengendapan:
Diperlukan pereaksi O2.
NaOH + KJNaN3 (menghambat Nitrit).
NaOH + MnSO4 .......
Mn(OH)2 + Na2SO4.
Mn(OH)2 +O2 ....... MnO2 (coklat).
2. Pelarutan:
MnO2 + H2SO4
(pekat) ......... MnSO4 +
On + H2O.
Kj + H2SO4 + On
......... H2SO4 +
J2 + H2O.
3. Titrasi:
J2 + Na2SO3
........ Na2S2O6 +
NaJ.
Amylum (biru) ........ biru sangat muda.
NaN3 + H + ........ NH3 + Na+
NH3 + NO2 ........ N2 + N2 + N2O.
1 ml N/8
Thio = 1,0
mg O2.
1 ml N/40 Thio = 0,2 mg O2.
Perhitungan:
Faktor =
Cara mencari Normalitas Thio (untuk
mencari Faktor):
5 ml KJO3 0,1N
+ 5 ml Kj 20% +
5 ml HCl 4N.
Titer dengan Thio dengan penunjuk Amylum.
V1
N1= V2 N2.
V1 ........... ml KJO3 0,1N.
N1 ........... normalitas KJO3.
V2 ........... Volume
hasil titer.
N2 ........... hasil normalitas
Thio yang dicari.
Untuk
penentuan BOD dibuat air pengencer yang telah aerasi selama 6 jam. Air
pengencer sebelum diaerasi diberi untuk tiap 1 liter:
Buffer Phospat ................ 1
ml.
CaCl2 ................ 1 ml.
FeCl2 ................ 1 ml.
MgSO4 ................ 1 ml.
Tambahkan
air pengencer dengan air kotor (mikrobia) sebanyak 1 ml.
R.
BOD
/KBO
Untuk penentuan BOD/KBO
perlu diketahui banyaknya Oksigen yang terkandung dalam air kotor, yang hal
tersebut dipakai untuk memperkirakan pengenceran yang akan dilakukan, makin
sedikit kadar Oksigen makin tinggi pengenceran yang harus dibuat.
Cara membuat pengenceran:
Selalu usahakan jangan sampai terjadi
aerasi.
Misalkan dibuat pengenceran 10 kali maka:
Air kotornya =
100 ml.
Air pengencer = 900
ml dilakukan pada gelas ukur.
Dari 1000 ml air yang telah diencerkan
tersebut dimasukkan dalam botol Oksigen menjadi 3 botol, yang mana 1 botol
ditentukan D.O nya hari ini.
(DO segera), yang dua botol dieramkan 3
hari suhu 27ºC atau 5 hari 20ºC.
Untuk kemudian ditentukan DOnya setelah
dilakukan pengeraman.
Hasil BOD= (DO segera - DO di eramkan) x
pengenceran.
Untuk pengambilan contoh supaya dilakukan
dengan botol khusus untuk botol pengambilan contoh pada penentuan BOD, usahakan
jangan terjadi aerasi. Untuk air buangan yang banyak mengandung bahan-bahan
kimia tidak dapat dilakukan untuk penentuan BOD tapi harus dilakukan penentuan
C. O. D.
Pereaksi:
1. Pereaksi
Oksigen.
Alkali
Jodide Azid reagent.
500
gram Sodium Hydroxide (NaOH) atau 700 gram KOH.
135 gram NaJ atau 150
gram KJ dilarutkan dalam 1000 ml aquadest ditambah10 gram NaN3 dalam 40 ml
aquadest.
2. Reagen
MnSO4.
MnSO
4 . 4H2O. . . . . 480 gram.
atau MnSO 4 . 2H2O . . . . . 400 gram.
atau MnSO 4 . 2H2O .
. . . . 360 gram.
Dilarutkan dalam
aquadest sampai 1000 ml.
3. Na2S2O3
5H2O 0.1 N.
Aquadest yang akan
dipakai untuk melarutkan harus dihilangkan CO2nya dulu dengan jalan
mendidihkan, dan kemudian didinginkan.
24.81 gram Na2S2O3
dilarutkan dalam aquadest sampai 1 liter, disimpan dalam botol dengan
penambahan sedikit Chlorofom untuk pengawet.
4. Na2S2O3.
0.025N.
Dibuat dengan
mengencerkan yang 0. 1 N.
5. KJ
20%.
Di timbang 20 gram
kristal KJ dan dilarutkan sampai 100 ml, di simpan dalam botol coklat.
6. Amylum
1%.
Larutkan 1 gram Amylum dalam
aquadest panas (mendidih) yang mengandung NaC1 setengah jenuh, sampai 100 ml.
7. Buffer
Phosphat.
NaHPO4 . . . . .
8,35 gram.KH2PO 4 . .
. . . 2.125 gram.
K2HPO 4 . . . . .
5.437 gram.NH4C1 . . . . .
0.425 gram.
Ditambahkan aquadest
250 ml.
8. MgSO4
5.625gram ditambahkan 250 ml aquadest.
9. CaC12 6.875gram ditambahkan 250 ml aquadest.
10 .FeC13
0.0625gram ditambahkan 250 ml aquadest.
11.H2SO4 pekat=H2SO4
36N.
12.KJO3 0,1 N (sebagai baku).
375 mg KJO3 dilarutkan dalam
100 ml (dalam labu ukur dengan aquadest)
Cara kerja:
1. Tentukan
air pengencer segera.
Disini tidak dilakukan Oksidasi
dengan KMnO4
Botol Oksigen berisi
air pengencer dimasukkan kedalamnya:
-
1 ml pereaksi Oksigen.
-
1 ml MnSO4 (tunggu
5 menit).
-
4 ml H2SO4
pekat.
Dibolak-balik sampai
larut kemudian tentukan oksigennya (O2).
2. Tentukan
Oksigen air kotor asli sebelum pengenceran (menurut Riedel Steward).
Botol Oksigen berisi air kotor, ditambahkan
kedalamnya:
-
0,5 ml H2SO4
pekat sebagai pengasam.
-
0,01 N KMnO4 (atau
0,1 N) tetes demi tetes sampai dalam waktu 5 menit, warna merah muda tidak
hilang.
-
0,01N atau 0,1 N Asam
Oxalat sedikit demi sedikit untuk menghilangkan warna merah muda.
-
3 ml pereaksi Oksigen.
-
2 ml MnSO4: bolak-balik
sampai rata betul dan amati harus terjadi endapan, bila tidak penambahan pereaksi
O2 + MnSO4 diulang. Diamkan sampai
endapan yang terjadi mengendap semua.
-
5 ml H2SO4
pekat, bolak-balik sampai endapan terlarut semua.
-
Tentukan Oksigen (O2).
3. Tentukan
Oksigen dari contoh yang telah diencerkan.
(Menggunakan Methode
Riedel Steward).
BAB 5
PEMERIKSAAN SAMPEL AIR
A.
Derajat
Keasaman (pH=power hydrogen/potensial hydrogen)
Indikator
yang digunakan yaitu BTB (Bromthymol Blue)
rentang nilai pH 6,0 – 7,6. Indikator AP (Aqua
Purple) rentang nilai pH 7,6 – 9,2.
Proses
kerja:
1. Masukkan
contoh air kedalam 2 tabung komparator sampai tanda garis (tabung A dan B).
2. Tambahkan
larutan indikator BTB 0,75 ml ke dalam Tabung A, campur hingga homogen.
3. Bandingkan
dalam komparator dengan blangko tabung B (tabung yang tidak ditambah
indikator).
4. Putar
piringan pH sampai mendapatkan warna yang sama.
Catatan:
Bila pH lebih besar dari 7,6 maka gunakan
indikator AP.
B. Aciditas
1. Alat
yang digunakan:
a. Labu
Erlenmeyer 250 ml (2 buah).
b. Beaker
glass 50 ml.
c. Pipet
ukur 1 ml.
2. Proses
kerja:
a. Masukkan
contoh air masing-masing 50 ml ke dalam labu 1 dan labu 2.
b. Tambahkan
indikator MO sebanyak 3 tetes pada labu
1 dan tambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes pada labu 2.
c. Titrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Pada labu 1 perubahan warna
dari orange ke kuning sedangkan labu 2 dari tidak berwarna menjadi rose.
d. Catat
masing-masing volume titrasi.
Aciditas MO sebagai CaCO3
Aciditas PP
sebagai CO2 (Aciditas jumlah)=
C. Alkalinitas
1. Alat
yang digunakan:
a. Labu
erlenmeyer 250 ml (2 buah).
b. Beaker
glass 100 ml.
c. Pipet
ukur 1 ml.
2. Proses
kerja:
a. Masukkan
contoh air 100 ml dalam Labu 1.
b. Tambahkan
larutan pereaksi MO sebanyak 3 tetes.
c. Masukkan
larutan HCl 0,1 N ke dalam buret.
d. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
e. Titrasi
dengan HCl 0,1 N sampai perubahan warna dari kuning menjadi orange.
f. Catat
volume HCL 0,1 N yang digunakankan.
g. Masukkan
contoh air sebanyak 100 ml kedalam labu 2.
h. Tambahkan
indikator PP sebanyak 3 tetes.
i. Titrasi
dengan HCl 0,1 N sampai perubahan warna dari rose menjadi tidak berwarna.
j. Catat
volume HCl 0,1 N yang digunakan.
Alkalinitas
MO (jumlah) sebagai HCO3
Alkalinitas
PP sebagai CaCO3
= ......... mg/l.
D.
Aciditas
PP sebagai CO2
Proses kerja:
1. Bilas
labu Erlenmeyer dengan sampel air.
2. Masukkan
sampel air sebanyak 5 ml ke dalam labu.
3. Tambahkan
indikator PP sebanyak 2 tetes sehingga tidak berwarna.
4. Masukkan
larutan NaOH ke dalam buret.
5. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
6. Titrasi
dengan NaOH sampai perubahan warna menjadi merah muda (rose).
7. Catat
volume larutan NaOH yang digunakan.
Aciditas PP
(jumlah) sebagai CO2 = x ml titrasi x 44 x mg/l CO2/l.
E.
Aciditas
MO sebagai CaCO3
Proses kerja:
1. Bilas
labu Erlenmeyer dengan sampel air.
2. Masukkan
sampel air sebanyak 5 ml ke dalam labu.
3. Tambahkan
indikator MO sebanyak 2 tetes sehingga berwarna merah.
4. Masukkan
larutan NaOH ke dalam buret.
5. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
6. Titrasi
dengan NaOH sampai perubahan warna dari merah menjadi biru.
7. Catat
volume larutan NaOH yang digunakan.
Aciditas MO
sebagai CaCO3 = x ml
titrasi x 50 = 50 x mg CaCO3/l.
F.
Alkalinitas
jumlah (MO) sebagai HCO3
1. Labu
Erlenmeyerdibilas dengan air sampel.
2. Masukkan
air sampel sebanyak 5 ml ke dalam labu.
3. Tambahkan
indikator MO sebanyak 2 tetes hingga berwarna kuning.
4. Masukkan
larutan HCl ke dalam buret.
5. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
6. Titrasi
dengan HCl sampai perubahan warna kuning sehingga menjadi orange.
7. Catat
volume HCl yang digunakan.
Alkalinitas jumlah
(MO) sebagai HCO3 = x ml volume titrasi x 50 = 50x mg CaCO3/l.
G. Alkalinitas PP sebagai
CaCO3
1. Tabung
dibilas dengan air sampel.
2. Masukkan
air sampel sebanyak 5 ml ke dalam tabung.
3. Tambahkan
indikator PP sebanyak 2 tetes hingga berwarna rose.
4. Masukkan
larutan HCl ke dalam buret.
5. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
6. Titrasi
dengan HCl sampai perubahan warna dari warna rose menjadi kuning.
7. Catat
volume larutan HCl yang digunakan.
Alkalinitas PP
sebagai CaCO2 = x ml titrasi x 50 = 50x mg CaCO3 /l.
H. Sisa Chlor (Cl2)
Proses kerja:
1. Masukkan
contoh air ke dalam 2 tabung komparator sampai tanda garis (10 ml).
2. Tambahkan
Orthotolidine ± 0,5 ml dalam salah satu tabung, campur sampai homogen.
3. Bandingkan
dalam komparator dengan blangko tabung yang tidak ditambah Orthotolidine.
4. Putar
piringan pH sampai mendapatkan warna yang sama.
Catatan:
Bila
sisa chlor > 1,0 ppm contoh air diencerkan.
I.
Ammonia
(NH4+)
Proses kerja:
1. Masukkan
contoh air ke dalam tabung komparator
sampai tanda garis (10 ml).
2. CNSTambahkan
K Na Tartrat 10 % sebanyak 5 tetes dan tambahkan larutan Nessler 0,5 ml. Campur
sampai homogen. Tunggu ± 3 menit.
3. Bandingkan
warna yang terjadi dengan standar Amonia (NH4+ ) yang ada
pada alat komparator dengan blangko sampel yang tidak ditambah reagen (larutan
pereaksi).
4. Baca
hasilnya dalam satuan ppm (Mg/liter).
J.
Besi
(Fe)
Fe Total
Proses Kerja:
1. Masukkan
contoh air ke dalam tabung komparator sampai tanda garis (10 ml).
2. Tambahkan
H2SO4 4N sebanyak 0,5 ml dan KMNO4 sebanyak 0,1 N sebanyak 1-2 tetes (atau sampai
berubah warna rose).
3. Tunggu
± 1 menit setelah sebelumnya dicampur sampai homogen.
4. Tambahkan
NH4CNS 20 % sebanyak 1 ml dan campur sampai homogen.
5. Bandingkan
warna yang terjadi dengan standar Fe yang ada pada alat komparator dengan
blangko sampel yang tidak ditambah reagen.
K. Kekeruhan
1. Alat
yang digunakan yaitu: tabung Nessler 100 ml (2 bh), measuring pipette/pipet
ukur 1 ml.
2. Masukkan
contoh air dalam tabung Nessler sampai tanda batas (100 ml).
3. Buat
larutan pembanding pada tabung Nessler yang lain dengan ukuran yang sama. Isi dengan
aquades dan larutan standar SiO2 sampai menampakkan kekeruhan yang
sama dengan pemeriksaan.
4. Catat
volume larutan standar yang dibutuhkan (ml).
Kekeruhan =
=
...................Mg/l SiO2
= ................... unit skala SiO2.
Catatan:
Bila menggunakan tabung
Nessler ukuran 50 ml, maka perhitungannya adalah:
Kekeruhan =
=
............................. Mg/l SiO2
= .............................
unit skala SiO2.
Setiap mengambil
larutan standar dari botol penyimpanan harus dicampur dahulu.
L. Nitrit (NO2)
Proses kerja:
1. Sediakan
alat:
a. Tabung
nessler 100 ml (2 buah).
b. Pipet
ukur 1 ml (1 buah).
c. Sendok
plastik (1 buah).
2. Masukkan
sampel air ke dalam tabung nessler 100 ml sampai tanda batas dan tambahkan
reagen nitrit sepucuk sendok (ujung sendok).
3. Campurkan
bolak-balik dan diamkan selama 30 menit.
4. Jika
terjadi perubahan warna merah artinya NO2 positif.
5. Siapkan
pembanding dari 100 ml aquades ditambah reagen nitrit kemudian campurkan
bolak-balik.
6. Titrasi
larutan tersebut dengan standar nitrit sampai kedua tabung menjadi sama (warna
pembanding sama dengan warna pemeriksaan).
7. Catat
volume larutan standar NO2 yang dibutuhkan.
NO2
=
=
= ............... Mg/l.
M.
Clorida
(Cl)
1. Alat
yang digunakan:
a. Labu
Erlenmeyer 250 ml (1 buah).
b. Beaker
gelas 100 ml (1 buah).
c. Pipet
ukur 1 ml (3 buah).
d. Sendok
plastik/sendok penyu (1 buah).
e. Kertas
lakmus biru.
2. Bahan:
a. HNO3
10 %.
b. K2ClO4
1 %.
c. AgNO3
0,1N.
d. MgO
bubuk.
3. Proses
kerja:
a. Masukkan
sampel air ke dalam labu sebanyak 100 ml.
b. Tambahkan
HNO3 10 % sampai asam (bila sampelnya sudah asam tidak perlu
ditambah HNO3).
c. Tambahkan
bubuk MgO sampai netral/sedikit basa.
d. Kocok
kuat-kuat.
e. Tambahkan
(0,5 ml) K2ClO4 1%.
f. Masukkan
larutan AgNO3 0,1 N ke dalam
buret.
g. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
h. Titrasi
dengan AgNO3 0,1 N sampai
terjadi endapan merah bata.
i. Catat
volume larutan AgNO3 0,1 N yang digunakan.
Cl=
N. CO2 Agresif
1. Alat
yang digunakan:
a. Botol
nessler tutup asah 250 ml.
b. Beaker
gelas 50 ml.
2. Proses
kerja:
a. Masukkan
sampel air ke dalam botol nessler tutup asah 250 ml sampai penuh.
b. Cara
memasukkannya melalui dinding botol dan tidak boleh terjadi gelembung udara (aerasi).
c. Ambil
50 ml kemudian sisanya ditambah dengan 3 tetes indikator PP.
d. Masukkan
larutan NaOH 0,1 N ke dalam buret.
e. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
f. Titrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi warna rose mudah.
g. Catat
volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan.
h. Tambahkan
2 tetes indikator MO.
i. Masukkan
larutan HCl 0,1 N pada buret yang lain.
j. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
k. Titrasi
dengan HCl 0,1 N sampai menjadi orange.
l. Catat
volume larutan HCl 0,1 N yang digunakan.
Kadar
CO2
Kadar
HCO3 = [{C x D} – (a x B)] x
6,1 x
Catatan:
Titrasi
I membutuhkan a ml NaOH 0,1 N Faktor B.
Titrasi
II membutuhkan c ml HCl 0,1 Faktor D.
O. Kesadahan
1.
Kesadahan
Total
a. Masukkan
50 ml air sampel ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
b. Tambahkan
1 ml R // buffer D.
c. Tambahkan
kristal NaCN seujung sendok dan indikator EBT seujung sendok.
d. Masukkan
larutan EDTA 0,01 M ke dalam buret.
e. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
f. Titrasi
dengan EDTA 0,01 M sampai berwarna biru.
g. Catat
volume larutan EDTA 0,01 M yang digunakan.
Kesadahan
=
2.
Kalsium
a. Masukkan
air sampel 50 ml ke dalam labu Erlenmeyer 150 ml.
b. Tambahkan
NaOH 1 N sebanyak 1 ml.
c. Tambahkan
seujung sendok indikator Murexid.
d. Masukkan
larutan EDTA 0,01 M ke dalam buret.
e. Catat
skala awal dari larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan
larutan tidak boleh melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
f. Titrasi
dengan EDTA 0,01 M sampai berwarna violet (ungu).
Ca
3.
Magnesium
Mg
=
P.
Oksigen
Terlarut (DO=Dissolved Oxygen) Metode
Winkler
1. Alat
yang digunakan:
a. Botol
oxygen (botol winkler).
b. Pipet
ukur 1 ml, 5 ml.
2. Proses
kerja:
a. Ukur
volume botol winkler dan catat hasilnya.
b. Isi
dengan sampel air hingga penuh, kemudian tutup.
c. Tutup
dibuka dan tambahkan 0,7 ml H2SO4 pekat.
d. Tambahkan
3-4 tetes KMnO4 0,1 N atau
sampai berwarna merah mudah (rose).
e. Tunggu
5 menit sampai warna hilang, kemudian tambah lagi dengan asam oxalat 0,1 N
tetes demi tetes sampai warna rose hilang. Tunggu 5 menit dan tambah 2 ml MnSO4
dan 3 ml R // oksigen.
f. Apabila
endapan yang timbul berwarna coklat artinya Oksigen +, sedangkan apabila
endapan yang timbul berwarna putih artinya Oksigen –
g. Kemudian
tambah dengan 2 ml H2SO4 pekat campur sampai larut.
h. Dari
larutan tersebut di atas diambil 200 ml dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
500 ml.
X =
p = jumlah volume pereaksi yang ditambah selain
2 ml H2SO4 pekat.
v = volume botol oksigen.
i.
Masukkan larutan
Natrium Thioulfat (Na2S2O3) 1/80N ke dalam
buret.
j.
Catat skala awal dari
larutan dalam buret (sebaiknya dimulai dari skala 0) dan larutan tidak boleh
melewati skala di ujung bawah buret atau habis.
k. Titrasi
dengan Natrium Thiosulfat 1/80N sampai terjadi perubahan warna dari kuning tua
menjadi kuning muda.
l. Tambahkan
1-2 ml indikator amylum 0,2 %.
m. Titrasi
dilanjutkan sampai warna biru hilang.
n. Catat
volume larutan Natrium Thiosulfat 1/80N.
DO =
Q. Nitrit (NO2)
Metode yang digunakan:
Aquaquant kit Merck-14408
Proses kerja:
1. Masukkan
air sampel 20 ml ke dalam tabung aquaquant.
2. Tambahkan
1 sendok reagent Nitrit (NO2- AN) dan campur.
3. Tunggu
3 menit.
4. Baca
dalam aquaquant dan bandingkan dengan warna standar dengan cara
menggeser-gesernya sampai memperoleh warna yang cocok (dengan blangko larutan
sampel).
R. Kesadahan
Proses kerja:
1. Isi
tabung dengan 5 ml sampel air.
2. Tambahkan
1 indikator tablet campur.
Catatan:
Warna hijau => 0o D (0o British).
Hijau violet => 0,05oD (0,063o British).
Violet kehijauan => 0,1oD (0,125o British).
Violet kemerahan => 0,5oD
(0,63o British).
Merah => 0,5oD (0,63o
British).
3. Titrasi
dengan titrant sampai hijau.
4. Hitung
berapa tetes yang dibutuhkan. (1 tetes = 1,8o Perancis = 1,25o Inggris).
BAB 6
PEMERIKSAAN
PRODUK MAKANANDAN MINUMAN
SECARA KIMIA
A. Minuman yang mengandung
Alkohol
1. Kadar
Alkohol.
Bukalah tutup botol/kaleng
anggur/anggur beras kencur/bier.
Ukurlah sebanyak 100 ml.
a. Masukkan
kedalam labu yang dipakai untuk distilasi, tambahkan 50 ml aquades pada labu Erlenmeyerdan
100 mg CaCO3 (kristal).
Untuk
anggur beras kencur tambahkan sedikit malam, gunanya untuk mencegah terjadinya
letupan-letupan dari beras.
b. Pasanglah
pendingin, aliran air dipasangkan pada pendingin tersebut, bukalah kran air
selama melakukan destilasi. Pemanasan diatur. Hasil destilasi ditampung dalam
gelas ukur sebanyak 95 ml dan tambahkan 5 ml aquades.
c. Ukurlah
berat jenis (specific gravity) dengan
piknometer/hidrometer pada suhu 25ºC.
d. Hasil
penentuan berat jenis (BD) tersebut dibandingkan/disesuaikan dengan tabel pada
Pharmacopea untuk alkohol, hasil tersebut dihitung sebagai kadar alkohol
(Etanol=C2H5OH).
2. Methanol.
Methanol sangat beracun
dimana keracunan tersebut dapat menyebabkan kebutaan pada mata. Oleh karena itu
untuk pemeriksaan minuman beralkohol pemeriksaan methanol harus dilakukan.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan secara kwalitatif.
Pereaksi:
Pereaksi 1:
Larutan
KMnO4
3
gram KMnO4 dalam aquades yang mengandung 15 ml H3PO4.
Pereaksi
2:
Larutan
Asam Oxalat.
5
gram Asam Oxalat dalam aquades 100 ml yang mengandung 50 ml H2SO4pekat
(BD = 1,84).
Pereaksi
3:
Larutan Rose Aniline (Basic fuchsine).
100 mg Rose
aniline (Basic fuchsine) dalam 60 ml aquadest panas, dinginkan,
tambahkan
1 gram NaHSO3 dalam 10 ml aquadest. Kemudian tambahkan 1 ml HCl
pekat dan encerkan sampai 100 ml. Larutan tersebut setelah ditangguhkan harus
tak berwarna atau sekurang-kurangnya warnanya hampir hilang, disimpan dalam
lemari es dan hindarkan dari sinar
matahari.
Cara Kerja:
a. Hasil
destilasi tersebut diatas yang telah diketahui kadar alkoholnya, diencerkan
dengan aquadest sehingga didapatkan alkohol berkadar 5%.
b. Siapkan
2 tabung reaksi yang masing-masing diberi kode 1 dan 2.
Kode
1 = untuk bahan
Kode
2 = untuk blanko
Tabung
1: isikan 2 ml hasil distilasi yang telah diencerkan menjadi 5%.
Tabung
2: isikan 2 ml aquadest yang diberi beberapa tetes Methanol.
c. Tabung
1 dan tabung 2 ditambahkan 0,5-1 ml pereaksi 1, tangguhkan selama 10 menit
....... warna violet.
d. Warna
larutan tersebut dihilangkan dengan menambahkan 1 ml pereaksi 2, kocok,
tangguhkan 1 menit sampai warna hilang.
e. Setelah
warna violet hilang tambahkan 2 ml pereaksi 3 dan kocok pelan-pelan tangguhkan
paling cepat 20 menit untuk mendapatkan warna sempurna.
Amati
kedua tabung tersebut, tabung 1 dan tabung 2 harus berbeda. Bila tabung 2 jelas
akan berwarna violet, karena memang mengandung
Methanol, bila tidak maka pereaksi telah rusak, harap dibuat yang baru.
3. Minyak
Fussel (Fussel Oil).
Minyak fussel terdiri
dari bahan-bahan penyebab rasa yang berbeda dalam cairan yang baru disuling.
Terutama alkohol tingkat tinggi dan ester-esternya. Minyak fussel ini selalu
terdapat dalam Whyski. Makin lama disimpan
makin banyak terdapat minyak fussel. Seperti yang telah disebutkan susunan
utama dari minyak fussel ialah: amylalkohol, isobutyl alkohol, propyl alkohol
dan isopropyl alkohol dalam jumlah yang kecil dan ester-esternya dari alkohol.
Pereaksi:
1. Pereaksi
Salysil aldehida:
1
ml salysil aldehide pekat encerkan dengan ethanol 95% samapai 100 ml.
2. Standar
minyak fussel:
0,25
ml amyl alkohol pekat diencerkan dengan ethanol sampai 100 ml.
3. H2SO4
pekat
Cara kerja:
1. Siapkan
2 (dua) tabung reaksi masing-masing diberi kode 1 dan 2.
Kode 1 = untuk bahan
Kode 2 = untuk standar
2. Pada
tabung 1 diisikan hasil destilasi sebanyak 2 ml, pada tabung 2 diisikan 1,5 ml
aquadest dan 0,5 ml standar minyak fussel.
3. Kedua
tabung masing-masing tambahkan salysil aldehyde 5 tetes dan dikocok.
4. Kedua
tabung masing-masing tambahkan 5 ml H2SO4 pekat melalui
pinggir tabung (hati-hati) supaya terbentuk cincin coklat (kuning) yang baik
(jangan sampai terkocok).
5. Bandingkan
antara tabung 1 dan tabung 2, warna yang timbul antara kuning sampai coklat
menandakan minyak fussel positif.
Persyaratan
kadar alkohol pada minuman, mempunyai persyaratan sendiri-sendiri, bisa dipakai
standar pada Departemen Perindustrian.
B. Syarat-ayarat Mutu Alkohol (Ethanol)
yang
Terkandung Dalam Minuman
Macam
Minuman |
Kadar
Alkohol (%) |
Anggur |
11-18 |
Anggur
Buah |
9-18 |
Anggur Obat |
9-18 |
Bier |
3-5 |
Liquor |
minimum 24 * |
Whisky |
minimum 30 |
Genever |
minimum 30 |
Brandy |
minimum 30 |
Cognac |
minimum 35 |
Gin |
minimum 38 |
Arak |
minimum 38 |
Rum |
minimum 38 |
Vodka |
minimum 40 |
*)
Termasuk minuman keras (adalah yang mengandung Ethanol 20-55 %).
Yang dimaksud dengan minuman yang mengandung Alkohol (Ethanol).
- Anggur
(dari buah anggur).
- Anggur
Obat.
- Anggur
buah-buahan.
- Bier
dan anggur putih (destilasi dari anggur tersebut), dan dari karbohidrat yang
telah difermentasikan menjadi Alkohol.
C. Minuman Yang Tidak Mengandung Alkohol
(Minuman Ringan)
Yang
termasuk dalam minuman ringan antara lain: Sirup, Limun, Sari buah, Air soda
dan lain-lain. Pemeriksaan terutama dilakukan untuk menentukan kadar Gula (Sacharoce).
Syarat-syarat
mutu kadar gula (Sacharoce):
1. Syrup:
Syrup no. 1 ........... minuman 65%.
Syrup no. 2 ........... 60 – 65 %.
Syrup no. 3 ........... 55 – 65 %.
2. Limun............
minimum 10 %.
Untuk penentuan kadar
gula ada beberapa cara:
- Volumetri.
- Gravimetri.
- Polarimetri
Yang
dipakai disini adalah cara Volumetri.
Secara
kimia gula dibagi dalam 2 (dua) golongan:
1. Gula
Reduksi.
2. Bukan
Gula Reduksi.
Sebagai contoh dari Gula Reduksi
ialah:Dextrose, Levulose, Galaktose, Laktose dan Maltose.Gula bukan Reduksi ialah: Sacharose dan Rafinose.
Sacharose (Sucrose) adalah gula yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan misal gula
tebu, gula beat, gula maple dan
macam-macam tumbuhan lain.
Syrup: dibentuk oleh hydrolisa dari
gula tebu mentah dikenal dengan Gula Invert.Laktose adalah gula, berasal dari
binatang dan diperoleh dari binatang menyusui, tidak mudah dihidrolisa seperti
Sucrose.
Laktose adalah gula yang mereduksi
tetapi tidak dapat diragikan oleh ragi roti dan dengan demikian mungkin
dipisahkan oleh peragian dari Dextrose dan sama dengan peragian pada gula.
Untuk identifikasi macam-macam gula dapat
dilihat pada buku teori Kimia Organik.Cara penetuan kadar gula secara Volumetri
dapat dipakai dengan macam-
macam cara antara lain:
- Lane-Eymon
titrasi.
- Munson
dan Walker.
- Yodine
Thio Sulfate.
- Tauber.
Secara
lengkap untuk cara-cara tersebut diatas dapat dilihat pada: Chemical analysis of food and foods
products.
Cara Lane Eymon
(Cause De Baunan Pereaksi)
Pada
cara ini dipakai Pereaksi Cause De Baunan S.
Pereaksi:
Reagen I (satu): C.B.I.
CuSO4. 5H2O .................. 35
gram.
H2O .................. 250 gram.
H2SO4 pekat .................. 5
gram.
Larutkan dengan H2O sampai
dengan 1000 ml.
Reagen
II (dua): C.B.II.
KNa
tartart (Garam Siegnete) .................
150 ml.
NaOH
................. 90 gram.
Larutkan
dengan H2O sampai 1000 ml.
Reagen
III (tiga): C.B.III.
K4Fe
(CN)6 ................ 5 %
Glukose
................ 1 %
(untuk
penetuan faktor).
Untuk
setiap kali titrasi dibuat campuran ketiga macam C.B. tersebut.
C.B.I. .................. 10 ml
C.B.II. .................. 10 ml
C.B.III
.................. 5 ml
Oleh karena gula reduksi dapat
mereduksi larutan Limdi tembaga maka sifat ini dipakai sebagai dasar titrasi
untuk menentukan kadar gula reduksi. Karena Suchrose sendiri tidak mempunyai
sifat reduksi, maka harus diubah dulu menjadi gula reduksi alah dengan
menghidrolisa dengan HCl, maka 95 bagian suchrose menjadi 100 bagian gula
invert.
C12H22O11 + H2O .............
C6H12O6
+ C6H12O6: 342
/ 360 = 0,95
342
18 180
Suchrose Dextrose
Levolose
Karena itu untuk merubah gula invert
menjadi sucrose hasilnya harus dikalikan dengan 0,95.
Kesimpulan:
%
Suchrose = (% gula invert sesudah inversi -
% gula invert sebelum inversi) x 0,95.
Penetuan
Faktor:
Larutan Glukose 1 % dimasukkan
kedalam Buret Campuran C.B.I., C.B.II dan C.B. III dimasukkan kedalam Erlenmeyer
dan dididihkan diatas kompor. Kemudian lakukan titrasi (langsung diatas kompor
dan harus selalu mendidih, sambil diamati perubahan warna yang terjadi tetes
demi tetes titrasi dilakukan secara teratur).
Perubahan
warna yang terjadi:
Biru
.......... Jernih ....... sampai mulai timbul warna hitam, titrasi dihentikan.
Volume
pada Buret dibaca : misalkan habis 5 ml, maka:
Faktor
=
Faktor
= 10 x 5 = 50
Perhitungan:
Kadar
gula reduksi =
=
......... gram %.
Pengenceran: misalkan 10 ml sirup
diencerkan menjadi 100 ml, maka pengencerannya adalah 100 : 10 = 10 kali.
Kadar gula invert = kadar gula reduksi,
tetapi hasil dari gula yang telah dilakukan inversi dengan HCl.
Cara kerja: Gula Reduksi
Dipipet 10 ml contoh bahan (bila tidak mengandung
protein langsung dikerjakan, bila mengandung protein perlu dihilangkan dulu,
lihat pada susu) masukkan dalam labu ukur dan netralkan dengan NaOH dan
penunjuk P.P. Encerkan sampai tanda dengan aquadest, masukkan kedalam Buret
(bila ada endapan harap disaring lebih dulu). Siapkan larutan C.B.I, C.B.II dan
larutan C.B.III, didihkan, titer dan hasilnya dibaca, dihitung seperti
perhitungan diatas.
Gula invert:
10 ml contoh (bahan) dimasukkan
kedalam labu dan tambahkan 10 ml HCl (untuk inversi), rendam dalam air hangat
selama 10 menit (tepat), kemudian segera dinginkan dengan merendam dalam air
dingin supaya inversi segera berhenti. Netralkan dengan NaOH 10 % dengan
penunjuk P.P.
Encerkan sampai tanda dengan
aquadest, masukkan dalam Buret dan titrasi dengan C.B.I, C.B.II, C.B.III
(mendidih) hasilnya dibaca dan dihitung.
Gula Sacharose (Sucrose):
(
% Gula invert - % Gula Reduksi ) x 0,95
Catatan
: Untuk penentuan kadar gula dalam susu supaya proteinnya diendapkan dulu,
karena protein dalam susu bersifat mereduksi larutan lindi tembaga, sebab itu
harus dihilangkan dulu.
Caranya:
25 ml susu + 40 ml aquadest + 10 ml
CuSO4 (69,25 gram/l) + 35 ml NaOH 0,1 N encerkan sampai 500 ml
campur dan seterusnya disaring, filtratnya dipakai untuk test dari pada gula.
D. Protein
Distruksi
dilakukan untuk menghancurkan bahan-bahan tersebut dan mendapatkan Nitrogen,
jadi hasil protein yang terkandung dalam bahan. Nitrogen yang terkandung direaksikan
dengan Reagen Nesslers sehingga didapatkan warna endapan kuning sampai coklat. Hasil
distruksi dilakukan pembacaan dengan Spectrofotometer.
Reagensia:
CuSO4
. 5 H2O ......... 1 %
H2SO4 ......... pakat
NaOH
10 % ......... 10 gram / 100 ml aquadest.
Reagen Nesslers:
R
/ 5 gram KJ + 5 ml H2Otetesi larutan HgCl2 dalam air (1:20)
hingga terbentuk endapan merah yang bila dikocok tidak hilang. Saring
filtratnya diencerkan sampai 100 ml dengan KOH 15 %. Tangguhkan 48 jam, cairan
jernih yang diatas yang dipakai.
Standar Protein:
R/
Timbang teliti 471 mg (NH4) 2SO4 dilarutkan dalam labu
ukur 1000 ml, larutan ini tiap 1 ml setara dengan 0,05 mg Nitrogen (N).
Cara kerja:
1
gram contoh (teliti) dimasukkan kedalam labu Kyedahl. Kemudian ditambahkan 1 ml
CuSO4 . 5H2O 1 %, diamkan semalam. Esoknya dipanaskan
dalam kamar asam dengan nyala yang kecil dan mulut labu ditutup dengan corong
dan kedudukan labu diletakkan agak miring dan dijepit dengan standar. Pemanasan
supaya diawasi dan kipas angin harus selalu diatur agar gas SO2 yang
terbentuk dapat segera keluar diudara bebas. Pemanasan diteruskan sampai bahan
tersebut mencair semua (semula keadaannya seperti arang). Setelah mencair semua
dinginkan, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit H2O2
pekat. Waktu penambahan H2O2 harus didinginkan dahulu
karena H2O2
mudah
terurai karena pemanasan, setelah itu baru dipanaskan lagi pelan pelan sampai
kita dapatkan hasil akhir yang jernih, dinginkan.
Netralkan
dengan NaOH 10 % dan dipindahkan kedalam labu, encerkan sampai tanda (100 ml).
Pada waktu penambahan basa harus diperhatikan, karena penambahan basa yang
terlalu berlebihan protein akan mengendap.
Siapkan tiga tabung
Nesslers:
Tabung
untuk: bahan-standar-blanko
Berisi:
Ekstrak
1 ml - -
Aquadest
9 ml 9,8
ml 10 ml
Larutan
standar -
0,2 ml -
Nessler R 2
2 2
Diamkan
5-10 menit, dibaca pada Spectrofotometer pada gelombang 480.
Perhitungan:
Hasil tersebut diatas
merupakan hasil sebagai Nitrogen, oleh karena itu untuk merubah menjadi protein
dikalikan dengan 6,38.
E. Penentuan Kadar Air (Moisture)
Ada 3 cara untuk penentuan kadar air:
1. Pengeringan dengan oven.
2. Dengan
infrared.
3. Distilasi
dengan toluene.
1. Cara
Pengeringan dengan OVEN
Pengeringan
dengan Oven dipilih karena cara ini lebih teliti daripada dengan cara lainnya
dan merupakan langkah dalam persiapan dari contoh-contoh untuk analisa
berikutnya, kecuali jika diperlukan hasil yang cepat dan dibutuhkan ketelitian
yang sempurna.
Peralatan:
- Oven
pengering, lebih baik dengan hembusan udara yang berputar.
- Desikator
(untuk mencegah dari kelembaban udara).
- Tempat
contoh (dari Aluminium dengan ukuran yang sesuai).
- Timbangan
listrik / analitik dengan kapasitas 200 gram dan berskala sampai 0,1 gram.
Cara
Kerja:
Kerjakan
dengan memakai dua contoh.
Timbang
sejumlah contoh (5-10 gram) dapat juga lebih kecil dari ukuran tersebut asal
teliti cara penimbangannya. Masukkan dalam tempat Aluminium tersebut (yang
telah diketahui beratnya) dan masukkan kedalam oven yang dapat diatur suhunya antara
100-105 ºC selama 4 jam, kemudian dimasukkan kedalam desikator sampai dingin.Setelah
dingin ditimbang kembali, kehilangan berat adalah banyaknya kandungan air yang
terdapat pada bahan tersebut.
Perhitungan:
Kadar
Air =
F.
A
B U
Kandungan abu dari
susu adalah salah satu sifat yang paling mantap (constan). Meskipun pada
literatur-literatur tertentu menyatakan bahwa kadar abu dari susu bervariasi
dalam jenjang (range) 0,6 – 0,9 %, tetapi jarang kadar abu berada (menurun)
dibawah 0,68 % atau miningkat diatas dari 0,74 % nilai rata-rata (umumnya
sekitar 0,7 %).
Cara kerja:
Masukkan kedalam cawan porselin yang
telah ditimbang dengan menggunakan pipet pengukur berat contoh susu sebanyak 20
gram. Tambahkan 6 ml asam Nitrat (HNO3) dan uapkan sampai kering,
bakar pada temperatur dibawah pijar sampai abu bebas dari Carbon. Dinginkan
dalam desikator, timbang dan hitung beda berat sebagai berat abu.
G.
Bahan-Bahan
Pengawet.
Ekstraksi
bahan-bahan pengawet dengan Ether-Ethyl.
Cara Braverman:
Cara ini adalah cara yang cepat dan
cara kerja yang sederhana untuk penunjukkan dari ekstraksi bahan-bahan pengawet
yang larut dalah ether. Menghindarkan pembentukan dari emulsi yang menyusahkan
seperti lemak-lemak dan protein- protein dihilangkan dengan mengendapkan dengan
CuSO4 larutan dan NaOH larutan. Bahan-bahan pengawet diekstraksi
dengan Ethyl-Aether dan kemudian diidentifikasi.
Cara Kerja:
Timbang 50 gram bahan kedalam Beaker
glass, jika dalam bentuk pasta atau padatan tambahkan 50 ml aquadest dan aduk
secara merata.
Jika bahan merupakan cairan pakailah
100 ml langsung, tambahkan 5 ml NaOH 10 % dan aduk baik-baik. Tambahkan 10 ml
CuSO4 35 % , aduk secara
merata. Taruh diatas hot plate (kompor) didihkan, aduk baik-baik, langsung
disaring dan langsung masukkan kedalam labu pemisah. Dinginkan dengan air yang
mengalir, tambahkan 5 ml asam chlorida (4N) dan campur, tambahkan Ethyl-Aether
75-100 ml dan kocok, biarkan terpisah.
Air yang berada dibawah dipisahkan,
cuci larutan aether yang tertinggal tiga kali dengan aquadest sebanyak 5 ml.
Pindahkan larutan pencuci sebelum penambahan pencuci berikutnya. Rindahkan
larutan Ethyl-aether (ekstak) kedalam cawan penguap dan uapkan aethernya.
Jika tidak ada kristal endapan maka
pengawet negatif, jika timbul kristal endapan itu mungkin dari:
Asam
Benzoate, Asam Salysilat, Methyl p-hydrohybenzoate dan sejenisnya Furoic acid,
Sacharin, Dulcin dan lain-lain atau
beberapa ekstraksi buah-buahan.
Asam
Benzoate
Mungkin dibuktikan dengan bau,
kristal yang timbul dengan sublimasi dari endapan, dengan pembentukan
Ethyl-Benzoate dengan ciri khas bau buah-buahan pada waktu pemanasan, suatu
larutan alkohol dari sublimasinya dengan larutan H2SO4
consentrated (pekat), dengan pembentukan warna daging dengan cepat pada
penambahan larutan Ferry Chlorida pada suatu larutan sublimat (menyublim) dalam
air.
Asam Salysilat
Dapat
dibuktikan dengan penunjukkan warna violet dengan larutan FeCl3.
Bahan-bahan lain juga memberi warna dengan larutan Ferry Chlorida, tetapi
mereka tidak akan timbul dengan penambahan asam Salysilat.
Didalam
suatu hal terjadi keraguan, gunakan test Jorissen.
Pada
suatu endapan yang dilarutkan dalam air teteskan 4-5 tetes dari larutan KNO2
(Pot, Nitrit) atau NaNO2 (Sod Nitrit) 10 %, 4-5 tetes asam asetat,
dan 1 tetes larutan CuSO4 1 %, panaskan jika timbul warna merah maka
Asam Salysilat positif. Phenol akan memberi reaksi yang sama.
Saccharin
Dapat
dibuktikan dengan merasakan rasa manis dan dengan merubah bentuk menjadi Asam
Salysilat, yang mana kemudian dapat ditunjukkan seperti diatas.
Kerjakan
seperti berikut:
Pindahkan endapan tersebut dengan
ether kedalam cawan dari Nikel dan uapkan ether tersebut. Tambahkan 10 ml NaOH
10 % dan uapkan sampai kering. Panggang selama satu ham atau lebih dan campur
dengan hati-hati diatas nyala Bunsen. Campur dengan aquadest dan pindahkan
kedalam suatu labu pemisah. Asamkan dengan Chlorida, buatlah ekstraksi dengan
Aeteher Ethyl dan cuci seperti petunjuk diatas.
Pindahkan Aether yang tertinggal pada
suatu cawan penguap dan aethernya diuapkan. Lakukan test endapan hasil
penguapan tersebut terhadap Asam Salysilat. Jika test untuk asam salysilat
negatif sebelum dicampur dan positif setelah dicampur, Sacharin telah ada pada
contoh asli.
Sublimat
(sisa uap): dilarutkan dengan aquadest (panas) dengan lempeng tetes.
Bahan
(2–3 tetes) + 1 tetes FeCl3 5% ... Violet ... Asam Salysilat.
Bahan
(2–3 tetes) + 1 tetes FeCl3 5% ...Daging (endapan coklat).. Asam
Benzoate.
Untuk pekerjaan kwantitatif cara
kerjanya sama, hanya pekerjaannya harus lebih teliti dan semuanya terukur. Dan
pada sisa penguapan (sublimasi) dilarutkan dengan alkohol netral dan kemudian
dititer dengan NaOH (Sodium Hydroxid) 0,1 N dengan penunjuk PP 1 %.
1 ml NaOh 0,1 N .... setara dengan 13,81 mg
Asam Salysilat.
1 ml NaOH 0,1 N ... setara dengan 12,21 mg
Asam Benzoate.
Bahan-bahan
organik ada beratus-ratus yang dipakai sebagai bahan pengawet. Secara umum
untuk mengetahui bahan-bahan organik dan pemanis dapat dibagi menjadi dua cara:
1. Yaitu
yang mudah menguap (terurai) Volatile, bahan itu dapat disuling dan selanjutnya
diidentifikasi.
2. Bila
dapat larut dalam pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air, bahan- bahan
tersebut diatas diekstraksi dengan menggunakan pelarut dan kemudian
diidentifikasi.
Contoh: Asam Benzoate,
Asam Salysilat, Sacchaarin dan lain-lain.
H. Logam-Logam Dalam
Makanan.
1. Persiapan
Pengabuan.
Secara
umum ada dua cara untuk menghancurkan dari campuran unsur-unsur organik.
Ke-1:
Wet Ash (Abu Basah) atau Acid Digestion.
Ke-2:
Pengabuan secara biasa yaitu dengan pemanasan atau dengan bantuan suatu
campuran Alkali untuk logam-logam yang mudah menguap, misalnya Arsen atau
Raksa.
Acid
Digestion: diutamakan untuk: Arsen, Raksa dan Timah.
a. Wet-Ash
(Acid Digestion).
Tergantung pada jenis
makanan dan apakah pencemaran menyeluruh pada bahan makan yang mungkin terjadi
pada ikan, atau apakah itu banyak terjadi pada bagian luar dari bahan, seperti
dalam hal pemberian zat-zat insecticida pada buah- buahan.
Timbang, umumnya 100 gram-200 gram, kadang
bervariasi antara 5 gram-5 lbs, tergantung pada kandungan logam-logam
didalamnya, kupaslah jika mungkin letakkan bahan yang telah ditimbang atau yang
telah dikuliti pada labu Kyedahl. Tambahkan padanya 50 ml Asam Nitrat pekat dan
kemudian dengan hati-hati tambahkan 20 ml Asam Sulphat pekat. Panaskan dengan
hati-hati sampai tidak keluar asap. Tambahkan Asam Nitrat sedikit demi sedikit sampai
semua bahan organik dihancurkan.
Titik
tercapainya penghancuran ini sampai tidak ada warna kegelapan pada larutan
tersebut, dan hasilnya tidak berbau SO3, dinginkan tambahkan
aquadest 75 ml dan 25 ml larutan Amonium Oxalat jenuh, untuk membantu menghilangkan
uap Nitrogen. Uapkan lagi untuk menghilangkan uap SO3. Dinginkan
dengan aquadest, pindahkan pada labu ukur 500 ml dan encerkan sampai tanda.
Pakailah larutan tersebut untuk analisa logam-logam.
b. Pengabuan
Dengan Pemanasan (Pembakaran).
Timbang bahan yang akan dianalisa dan
masukkan dalam cawan porselin. Penimbangan antara 5-200 gram tergantung pada
jumlah logam yang terkandung pada bahan makanan tersebut.
Tambahkan larutan Al (NO3)3
+ Ca (NO3)2 sebanyak 2-5 ml.
R/ 40 gram Al (NO3)3
.9H2O.
20 gram Ca (NO3)2 .4H2O.
Tambahkan Aquadest sampai 100 ml.
Keringkan pada oven dengan mengatur suhu
pada 100ºC.
Abukan pada Muffle semalam, bila mungkin,
dan tidak lebih 45 ºC.
Bila tidak mendapatkan abu bersih,
dinginkan dan tambahkan lagi pada abu tersebut larutan Al (NO3)3
+ Ca (NO3)2 atau Asam Nitrat 2-3 ml, jika diperbolehkan
keringkan dan abukan lagi.
Jangan menambahkan Asam Nitrat jika kita
memerlukan abu yang alkali, misalnya, jika diperkirakan mengandung Arsen.
Larutkan jika diperkirakan pekerjaan tersebut telah selesai, dan lakukan
pekerjaan analisa dengan cara berikutnya.
2. Logam-Logam
Berat.
Pada umumnya cara analisa
kwalitatif untuk menunjukkan adanya logam-logam berat didalam bahan makanan
dapat dipakai cara menurut golongan Sulfida.
Cara Kerja:
Pindahkan Wet-ash kedalam
beaker glass, endapkan dan netralkan. Tambahkan 1 ml HCl (Asam Chlorida) 1 : 3
pada tiap-tiap 10 ml larutan Wet ash (abu) dan hangatkan pada suhu 50 ºC.
Jika tidak timbul warna
atau sedikit endapan yang dihasilkan pada reaksi tersebut berarti logam-logam
berikut tidak ada: Perak, Arsen, Antimon, Timah, Kuffer Raksa, Bismuth,
Thalium, dan Cadmium.
Timbal (Plumbum) bersisa
sebagai PbSO4, pada cara abu basah (Wet-ash), pada reaksi ini, jika
beberapa endapan tersisa untuk Plumbum harus dilakukan analisa tersendiri,
dengan larutan Ammonium-Acetat.
Jika campuran larutan
contoh (bahan) dan Hydrogen-Sulfida kemudian disaring dan dibuat alkali dengan
Ammonium-Hydroxida, timbul endapan yang mana salah satunya dalam bentuk berikut:
Aluminium, Zink, Choromium, Mangaan Besi, Cobalt, dan Nikel.
Sebagian dari percobaan
ini tidak ada nilainya karena beberapa makanan mengadung besi, dimana akan
memberikan hasil positif pada percobaan ini.
Reinsch-Test (Arsen, Antimon, Bismuthdan Raksa.
Cara ini sangat sederhana
dan juga tidak begitu sensitif. Cara ini didasarkan pada pembentukan dari pada
Arsen dari suatu larutan seperti Kuffer-Arsenide. Cara ini sering digunakan
secara langsung tanpa mengadakan penghancuran dari pada bahan organik.
Cara kerja:
Tempatkan 200 ml makanan
cair atau minuman, atau campuran makanan padat dalam air, dalam air, dalam
suatu cawan atau tempat yang semacam, dan asami dengan 1 ml Asam Chlorida dan
sepotong logam Kuffer.
Jaga, dan cairan didihkan
perlahan-lahan selama 1 jam dan tambahkan aquadest untuk mengganti air yang
menguap. Jika pada akhir pekerjaan warna Kuffer (tembaga) tetap bersinar maka
logam-logam tersebut negatif. Jika timbul kilapan seperti perak (mengkilap)
maka: Raksa positif, jika timbul warna hitam atau coklat (kelabu), maka
kemungkinan logam-logam diatas selain Raksa adalah positif.
Ambil logam tembaga
tersebut dan cucilah dengan alkohol, ether dan keringkan. Masukkan dalam suatu
tabung reaksi kecil yang pada mulutnya dikecilnya beri objek glass, panasi
pelan-pelan dengan api kecil.
Jika timbul sublimate dan bila diamati
dengan mikroscope maka Arsen akan membentuk pada objek glass tersebut sublimat
berbentuk As2O3 hablur octa hedral. Untuk Antiomon (Sb2O3)
berbentuk amoorph.
Untuk Raksa pada tabung
yang telah disempitkan diatas dengan adanya sublimasi dimasukkan sedikit hablur
Jodium, panasi pelan-pelan dan hati-hati sekali, maka karena uap Jodium yang
terjadi terbentuklah HgJ2 yang berwarna merah. Bismuth tidak
menyublim.
3. Gutzeit
Untuk Arsen.
Dalam suatu tabung reaksi atau botol kecil
(Guitzeit-Generator) masukkan bahan yang akan diperiksa, kemudian tambahkan
Asam 6N, sedikit logam Zinkum (bila dipakai basa KOH maka logam yang dipakai
adalah Aluminium). Tutuplah dengan kapas atau glass wool yang dibasahi dengan larutan
Plumbum Asetat 10 %.
Plumbum Asetat dipakai
untuk menghilangkan Sulfida yang mungkin terkandung pada bahan-bahan tersebut
(terbentuknya Plumbum Sulfida), kemudian diatasnya diberi tutup karet yang
berlobang dan dipasangkan tabung yang sempit dan panjangnya lebih kurang 2,6
mm-2,7 mm. Pada ujung tabung dipasangkan kertas yang mengandung HgCl2
atau HgBr2. Dengan adanya Arsen maka akan timbul warna kuning sampai
coklat pada kertas saring tersebut.
Reaksi 1:
3 KOH + Al......... K3Al103 + 3 Hn
Atau:
Zn
+ 2 HCl .......... ZnCl2 + 2 Hn
AsO43-
+ SO32-
.......... AsO3-
+ SO42-
AsO33-
+ 6 Hn .......... AsH3 + 3 OH 1-
Kalau zat mengandung Sulfida (As2S3)
maka As2S3 ini dengan KOH membentuk reaksi sebagai
berikut:
As2S3 + 6OH1- ........ AsO33-
+ AsH3- + 3 H2O ion Sulfoarsenit
AsS33-
+ 6 Hn ........ AsH3 + 3 HS1- garam
Arsen
HS1- + H2O
........ H2S + OH1-
H2S + Pb
Asetat ....... PbS + 2 CH3COOH
AsH3 + 3 HgCl2 ....... As (HgCl)3 + 3 HCl (kuning)
AsH3 +
As(HgCl)3 ....... As2Hg3 + 3 HCl
(coklat)
4. Cyanide
(Griqnard Reaksi).
Dengan
memakai kertas Aman pikrat-Na2CO3.Sepotong kertas yang
telah dibasahi dengan Asam Pikrat dan dikeringkan dan tetesi dengan larutan Na2CO3.
Bahan
yang diperiksa dimasukkan kedalam botol kecil atau Erlenmeyer dalam jumlah
bahan yang agak banyak 50 gram dan tambahkan 50 ml aquadest. Gantungkan kertas
pikrat tersebut pada botol tersebut dan tutup, hangatkan campuran tersebut
selama 15 menit pada 50ºC pada water bath. Terdapatnya Asam Cyanida memberi
warna merah-rose pada kertas pikrat.
5. ABU.
50 gram contoh bahan
dimasukkan kedalam porselin-crucible, basahi dengan 1 ml larutan Na2CO3,
keringkan didalam oven, kemudian dengan hati-hati masukkan kedalam muffle-furnance
dengan suhu 50ºC sampai menjadi abu berwarna abu-abu atau putih.
BAB 7
PETUNJUK TEKNISPENGUKURAN KUALITAS
PARAMETER KIMIA UDARA
A. Rencana Pengambilan Sampel
Tahap
pertama rencana program pengambilan sampel udara adalah:
1. Pemilihan
lokasi yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan data yang diperlukan.
2. Prosedur
pengambilan sampel untuk setiap tempat yang akan diambil.
Pengambilan
sampel adalah suatu rangkaian dalam rantai kegiatan pengawasan kualitas udara. Sampel
udara yang akan diambil untuk parameter yang dianalisa harus representatif atau dapat mewakili
kondisi udara asalnya, jika tidak maka dapat menyebabkan kekeliruan/salah dalam
pengambilan keputusan.
B. Parameter Kimia Udara.
Parameter
yang diukur di dalam kegiatan pengawasan kualitas untuk parameter kimia,
meliputi:
1. Parameter
debu melayang (suspended particulate
matter).
2. Sulfur
dioksida.
3. Karbon
monoksida.
4. Nitrogen
oksida.
5. Kadar
oksidan (ozon).
6. Hydro
karbon.
7. Hydrogen
Sulfida.
C. Lokasi Pengambilan Sampel.
Tahap
awal untuk mengumpulkan data tentang parameter pencemaran udara yang akan
diukur, maka perlu ditentukan lokasi pengambilan sampel yang dapat mewakili
suatu lokasi pengambilan sampel yang dapat mewakili uatu kondisi lingkungan
yang akan diukur. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan daerah, dan hail pemetaan
ini merupakan masukan untuk menentukan titik lokasi pengambilan sampel udara.
Pada
umumnya, lokasi pengambilan sampel dalam pengukuran udara paralel dengan bentuk
sumber pencemaran. Misalnya, bila sumber
pencemar berbentuk lingkaran, maka titik pengambilan sampel juga
berbentuk lingkaran dengan jarak tertentu dari sumber tadi. Bila sumber pencemar
berbentuk garis, maka lokasi pengambilan sampel juga berbentuk garis paralel
dengan sumber.
Hal-hal
lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel adalah
arah angin. Lokasi untuk pengambilan hendaknya terletak di daerah yang searah
dengan angin bertiup.
D.
Pengukuran
Parameter Kimia Udara
1. Partikel
Debu.
Partikel debu melayang (Suspended Particulate Metter) adalah suatu
kumpulan senyawa dalam bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara dengan
diameter yang sangat kecil, < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.
Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1
mikron sampai 10 mikron.
Partikel
debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang-layang, dan dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu
juga mengganggu daya tembus pandang mata dan juga dapat mengadakan berbagai
reaksi kimia di udara.
a. Prinsip
kerja metode Gravimetri.
Metode ini merupakan metode yang telah
dianjurkan dalam rancangan Baku Mutu Lingkungan di Indonesia. Di samping itu,
WHO juga telah menganjurkan pemakaian metode ini untuk pengukuran partikel
debu. Dalam penulisan berikut ini akan diuraikan Gravimetric High Volume Methode sebagai metode pembanding. Prinsip
kerja metode ini ialah dengan cara melewatkan udara dalam volume tertentu
melalui saringan serat gelas (glass fiber
filter). Baik sebelum maupun sesudah pengambilan contoh, saringan serat
gelas tersebut ditimbang untuk menentukan jumlah partikel debu di udara. Selama
pengambilan contoh udara, kecepatan aliran udara yang dilewatkan melalui filter
dijaga agar tetap konstan yaitu dengan menggunakan suatu alat yang disebut flow controller. Demikian juga perlu
digunakan lapse time meter yang dapat mencatat kurun waktu pengambilan contoh
Total volume contoh udara dihitung dengan memperhatikan kecepatan aliran dan
waktu sampling tersebut di atas.
Metode ini dapat digunakan untuk
mengumpulkan contoh partikel debu melayang dalam jumlah yang banyak, sehingga
akan dapat dilakukan analisa lanjutan bilamana diperlukan.
b. Prosedur
kerja
Udara
ambien dihisap dengan pompa hisap berkecepatan 1,1 sampai dengan 1,7 m3/menit
dari bawah atap rumah sampler dengan melewati suatu saringan. Partikel debu
dengan diameter 0,1 sampai 100 mikron akan masuk bersama aliran udara dan
terkumpul pada permukaan saringan serat gelas. Metode ini dapat digunakan untuk
mengambil contoh udara selama 24 jam. Apabila kandungan partikel debu sangat
tinggi, maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 sampai 8 jam.
c. Peralatan
1) Sampler
yang terdiri dari face plate, gasket, tempat saringan, pengontrol aliran udara,
pengatur waktu dan motor. Sampler ini harus mampu menghisap udara dengan
kecepatan antara 1,1 sampai 1,7 m3/menit dan udara dilewatkan
melalui saringan berukuran 20 x 25 cm.
2) Pelindung
sampler (sampler shelter)
Alat sangat penting untuk
melindungi seluruh komponen alat dari segala gangguan yang tidak diinginkan.
3) Alat
pencatat aliran udara. Alat ini berguna untuk mencatat kecepatan aliran udara,
untuk periode waktu selama 24 jam.
4) Pengatur
aliran udara.
Alat ini berguna untuk
mengatur aliran udara contoh dengan daya sekitar 0,008 m3/menit.
5) Meteran
waktu. Harus mampu menunjukkan sampai minimal 1440 menit (24 jam) dengan
ketelitian 1 menit.
6) Timbangan
analitis. Dapat menimbang filter berukuran 20 x 25 cm, dengan kepekaan 0,1 mg.
7) Saringan
serat gelas ukuran luas 400 cm2.
d. Cara
Pengambilan Contoh
1) Persiapan
filter. Filter yang akan dipakai diperiksa dahulu dari kemungkinan
lobang/kerusakan dan perlu diberi nomor. Sebelum digunakan filter
disetimbangkan dengan memasukkan kedalam desikator selama 24 jam. Filter
ditimbang ampai ukuran miligram, dan jangan dilipat sebelum digunakan dalam
pengambilan contoh udara.
2) Pengambilan
contoh. Filter serat gelas dipasang pada tempat yang telah ditentukan, dengan
bagian yang kasar menghadap ke atas. Setelah pengambilan sampel (24 jam) catat
jumlah waktu yang diperlukan, nomor filter, nomor seri alat HV, lokasi serta
keterangan lain pada amplop manila yang telah disiapkan. Filter yang telah
dipakai diambil, dilipat pada bagian panjang filter, hingga permukaan yang
mengandung partikel debu sampel yang saling bersentuhan.
e. Cara
Analisa
Untuk analisa gravimetri,
filter yang telah dipakai sebelumnya disimpan dalam desikator selama 24
jam kemudian ditimbang. Bila diperlukan, filter yang sudah ditimbang dapat
disimpan untuk analisa selanjutnya. Berat SPM dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
SPM= berat partikel debu,
µg/m3
Wf = berat akhir filter, gram
Wi = berat awal, gram
Vt = volume udara contoh, m3.
106 = faktor konversi dari gram ke µg.
Catatan: Untuk pengukuran
kadar kimia debu, tergantung dari jenis industri dan jenis pencemar udara.
2. Sulfur
Dioksida.
Salah satu bahan polutan yang dapat
mencemari udara ialah gas sulfur dioksida. Gas SO2 ini ditimbulkan
sebagai akibat proses pembakaran bahan fosil untuk energi. Disamping itu gas SO2
timbul dari hasil kegiatan industri peleburan (smelting), industri asam sulfat dan pengilangan minyak.
Gas SO2 merupakan gas yang tidak dapat terbakar, tidak berwarna
dan dapat berada di udara baik dalam bentuk gas maupun yang terlarut dalam
butiran-butiran air.
a. Prinsip
kerja metode Pararosaniline
Metode Pararosaniline berdasarkanberdasarkan
pada prinsip kerja penyebaran gas SO2 di udara dalam larutan potassium
tetrachloromercurate dan akan terbentuk dichlorosulfitomercurate kompleks yang
tahan terhadap oksidasi oleh zat asam dari udara.
Dari metode ini akan
terbentuk suatu warna yang intensitasnya dapat diukur sebagai gambaran kadar SO2
di udara.
Intensitas warna dapat
diukur dengan Colorimeter atau spectrophotometer. Metode ini dianjurkan karena
peralatan yang digunakan relatif cukup sederhana. Untuk pengukuran SO2
pada konsentrasi antara 25 sampai 1000 µg/m3, dapat diukur dengan
menggunakan prescribe sample conditions. Sedangkan untuk kadar di bawah 25 µg/m3
dapat diukur dengan cara memperbesar contoh udara yang dihisap. Salah
satu aset metode ini ialah didapatnya suatu keadaan sampel yang relatif stabil sesudah pengambilan contoh. Apabila
sampel disimpan dalam suhu 3oC selama 30 hari, maka tidak dijumpai
adanya ga SO2 yang hilang.
b. Proses
kerja
Metode ini didasarkan pada reaksi Schiff.
Pada awalnya reaksi ini digunakan untuk menguji formaldehyde dan kemudian
dimodifikasi untuk mengetes SO2 oleh Steigmann dan Kozlyaeva. Metode ini
digunakan oleh EPA di USA. Dalam pengukuran SO2ada kemungkinan
gangguan-gangguan dari beberapa bahan oksidan, seperti NOx, Ozone,
Besi, Mn dan Cr. Namun demikian gangguan tersebut dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan penambahan larutan sulfamic acid, asam phosphat atau dapat
juga dengan penundaan waktu analisa.
c. Peralatan
1) Absorber
Ada dua type yang
dianjurkan, masing-masing untuk pengambilan sampel dalam waktu 30-60 menit, dan
24 jam.
Spesifikasi absorber
ialah:
a) Tube
penghisap: pipa polypropylene 162 dengan gari tengah 32 mmm, dilengkapi dengan
penutup yang terdiri dari 2 bagian, terbuat dari polypropylene. Hendaknya tidak
memakai tutup karet.
b) Disperser:
dari pipa gelas dengan diameter luar 8 mm dan diameter dalam 6 mm, panjang 152
mm diameter luar akhir 0,3-0,8 mm, dengan posisi 6 mm dari dasar pipa absorbsi.
2) Pompa
hisap udara.
3) Flow
control devise.
4) Filter
dengan poroity 0,8-2,0 mikron atau saringan erat gelas. Alat ini berguna untuk
menangkap partikel debu dalam aliran udara yang masuk untuk melindungi flow
control device.
5) Spectrophotometer.
Alat ini mampu untuk mengukur aborben dengan gelombang 548 nm.
6) Termometer,
untuk mengukur suhu dengan accuracy 1 derajat Celcius.
7) Hygrometer,
wind meter.
d. Reagensia
1) Air
destilasi. Air yang digunakan harus bebas dari bahan-bahan oksidasi.
2) Reagen
absorbsi. Bahan ini sangat beracun, sehingga bila mengenai kulit harus segera
dicuci dengan air. Larutan penyerap ini ialah Potasium tetrachloromercurate
(TCM).
3) Sulfamic
acid 0,6 persen, dalam keadaan baru.
4) Formaldehyde
0,2 persen, dalam keadaan baru.
5) Larutan
iodine 0,1 N dan 0,01 N.
6) Larutan
indikator.
7) Larutan
Sodium thiosulfat 0,1 N dan 0,01 N.
8) Larutan
sulfat standar.
9) Reagen
Pararosaline.
e. Cara
pengambilan contoh.
Metode ini pada umumnya digunakan
untuk waktu pengambilan 30 menit, 1 jam, ataupun 24 jam. Apabila sampel
terpaksa harus disimpan lebih dari satu hari sebelum dianalisa, maka sampel
harus disimpan dibawah uhu 5 oC dalam refrigerator (kulkas).
Untuk sampling time
selama 30 menit dan 1 jam:
Masukkan 10 ml TCM
(larutan absorbsi) ke dalam impinger seperti yang telah diatur dalam sampling
sistim. Atur kecepatan aliran udara 0,5 sampai 1 liter/menit. Selama dan
sesudah sampling, lindungi larutan penyerap dari cahaya matahari secara langsung.
Penentuan volume udara sampel dihitung dengan pengalian antara kecepatan aliran
dengan waktu dalam menit. Haru dicatat pula kondisi meteorologi setempat,
seperti: suhu, kelembaban, arah angin dan kecepatan angin.
Untuk sampling time
selama 24 jam:
Masukkan 50 ml larutan
TCM dalam absorber yang lebih besar dan atur kecepatan aliran udara 0,1
liter/menit, dengan rangkaian sampling. Hal-hal lain seperti pada kegiatan
sampling 30 menit.
f.
Cara analisa
Analisa dengan
menggunakan spectrophotometer, pada panjang gelombang 548 nm.
3. Karbon
Monoksida.
Karbonmonoksida merupakan salah satu bahan
polutan yang umum terjadi di udara. Gas ini terutama terjadi karena pembakaran
yang tidak sempurna dari bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bakar pemanasan
dan juga sebagai akibat proses industri. Karbon monoksida merupakan gas yang
tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, stabil dan lebih ringan dari udara.
Pada konsentrasi yang tinggi, gas ini dapat menyebabkan perubahan physiologi
sampai berakibat kematian. Pemaparan pada konsentrasi yang rendah selama beberapa
jam dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
a. Metode
Non Disperi Infra Red (NDIR)
Pengukuran kadar CO di
udara ambien disarankan menggunakan metode NDIR ini karena beberapa keuntungan
antara lain: otomatis dapat dipakai untuk mengukur secara kontinyu tidak
terlalu peka pada perubahan kecepatan aliran udara tidak membutuhkan bahan
kimia basah dan responnya cepat.
Cara kerja metode NDIR
didasarkan pada aborbsi dari radiasi infra merah oleh CO. Energi dari suatu
sumber cahaya yang memancarkan radiasi diteruskan langsung melalui sel acuan
dan sel sampel. Sinar tersebut kemudian dilewatkan ke dalam sel-sel yang
berlawanan yang masing-masing mengandung suatu detektor yang selektif dari CO. Gas
CO dalam sel akan menyerap radiasi infrared hanya pada frekwensi tertentu,
demikian juga detektornya. Setiap CO yang masuk dalam sel sampel akan menyerap
radiasi yang menurunkan temperatur dan tekanan dalam sel detektor yang kemudian
menggeser diafragma. Pergeseran ini dideteksi secara elektronik dan dibesarkan
untuk dapat dibaca pada suatu signal.
b. Peralatan
1) CO
analyzer, lengkap dengan:
a) Hot
filament, untuk sumber radiasi infrared.
b) Sektor
rotasi
c) Sel
sampel
d) Sel
acuan
e) Detektor
f) Pompa
g) Komprehensif
operation
h) Prosedur
kalibrasi
i) Prosedur
perawatan.
2) Kantong
plastik fleksibel dengan kapasitas 5 liter.
3) Pompa
kecil, dengan kecepatan 500 cm3/menit untuk mengisi kantong plastik
dengan contoh udara.
c. Reagensia
1) Tabung
udara yang mengandung CO kurang dari 0,1 mg CO per m3 sebagai titik nol.
2) Gas
CO untuk kalibrasi
a) Tabung
gas CO yang mempunyai sertifikat kualitas laboratorium, berisi gas CO 46 mg CO/m3
atau 40 ppm.
b) Tabung
gas CO dengan konsentrasi yang lebih rendah untuk membuat kurve tes linier.
d. Cara
Pengukuran
Sebelum dilakukan
pengukuran, terlebih dahulu alat CO analyzer dikalibrasi, sesuai, sesuai dengan
petunjuk yang ada.
1) Pengukuran
CO di udara secara kontinyu, dilakukan dengan menjalankan CO analyzer di tempat
yang ingin diketahui kadar CO. Pengoperasian harus sesuai dengan petunjuk alat
yang dipakai. Jika dijumpai penyimpangan pada saat kalibrasi maka hasilnya
harus disesuaikan dengan cara mensubstitusikan ke dalam kurve kalibrasi yang
tersedia.
2) Pengukuran
CO secara integrated dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh-contoh
udara dengan bantuan pompa kecil kapasitas 500 cm3/menit dalam
kantong plastik. Contoh udara yang
terkumpul dianalisa dengan cara memasukkan ke dalam CO analyzer melalui lubang
masukan.
e. Cara
Penghitungan
Untuk
menghitung kadar CO tergantung dari CO analyzer yang dipergunakan. Jika CO
analyzer menyatakan konsentrasi maka kadar CO dapat langsung dibaca. Tetapi
bila skala pada alat menunjukkan angka, maka kadar CO dihitung dengan cara
membandingkannya dengan kurve yang telah disediakan.
4. Nitrogen
Oksida.
Nitrogen monoksida dan
Nitrogen dioksida merupakan polutan oksida nitrogen utama yang paling umum
terjadi. Polutan ini disebabkan oleh adanya proses pembakaran pada suhu tinggi.
Gas NO akan dioksidasi menjadi NO2 di atmosfer. NO adalah gas yang
tidak berwarna, tidak berbau dan sedikit larut dalam air. Sedangkan NO2,
merupakan gas yang berwarna coklat kemerahan dengan bau yang tajan khas,
bersifat korosif dan mudah teroksidasi. NO dan NO2 dapat diukur
secara terpisah maupun bersama-sama sebagai Oksida Nitrogen (NOx).
a. Prinsip
kerja metode Saltzman
Metode ini merupakan
metode manual yang telah dipergunakan di Amerika dan Eropa. Metode Saltzman
didasarkan pada reaksi specifik dari ion nitrit dengan reagen pembentuk warna.
Warna azo atau jelas yang terjadi dapat diukur secara kolorimetrik. NO2
di udara diubah menjadi ion nitrit melalui kontak dengan larutan penyerap yang
mengandung reagen pembentuk warna. Metode ini cukup peka untuk mendeteksi kadar
NO2 yang rendah sampai beberapa µg/m3 untuk periode
sampling 10 menit dengan laju alir 0,4
l/menit.
b. Peralatan
1) Alat
penyerap (absorber). Alat ini seluruhnya terbuat dari gelas dengan
diameter pori maksimum 60 µg sesuai.
2) Alat
pengukur aliran udara. Alat ini dapat mengukur aliran secara tepat antara 0,3
dan 0,6 l/menit.
3) Pompa
udara. Pompa hisap yang memenuhi syarat dipakai untuk mengambil sampel dengan
aliran yang ditentukan dengan interval 2 jam.
4) Pipet
1 ml, berskala dengan pembagian 9,1 ml, dan pipet volumetric 10 ml.
5) Gelas
ukur berskala 50 ml dengan pembagian
c. Reagensia
1) Larutan induk, adalah 0,1 % (1 Naftil). Etilen diamin
dihidrokhlorid 0,1 gram dilarutkan dalam 100 ml air.
2) Reagen
penyerap.
5 gr asam sulfanilat
dilarutkan dalam 800 ml air suling (aquadest).
Campuran ini harus diaduk
secara mekanik. Tambahkan 140 ml asam acetat glacial dan 20 ml larutan 0,1 N ke
dalam campuran yang sudah dingin
(larutan 1) dan diencerkan sampai menjadi 1 liter. Reagen ini disimpan
dalam lemari pendingin (dalam botol coklat) dapat tahan selama 2 bulan.
3) Larutan
standar Natrium Nitrit (larutan induk) 2,03 gr/l.
Larutan standar dibuat
dengan cara menimbang Natrium Nitrit 2,03 gr yang berbentuk butiran padat dan
dilarutkan dengan aquades sampai 1 liter dalam labu ukur. Larutan ini tahan
sampai 3 bulan.
4) Larutan
Natrium Nitrit 0,0203 gr/l.
Larutan selalu dibuat
baru dengan cara menggunakan pipet 10 ml larutan induk kemudian diencerkan
dalam 1 liter.
d. Prosedur
Dua buah absorber yang
berlubang-lubang halu, tabung pengaman, flow meter dan pompa dipasang menurut
urutannya. Bagian atas dari aborber dihubungkan dengan bahan dari gelas.
Diantara gelas-gelas yang dihubungkan perlu dibubuhi peluma tygon atau perekat
tabung dari karet murni. Mengingat alat pengukur aliran udara bekerja untuk
vacum yang cukup besar, maka perlu dilakukan suatu operai percobaan. Jika
diinginkan flow meter (alat pengukur aliran udara) untuk sampling diletakkan sebelum
bubler dan perlu dicek untuk meyakinkan
bahwa tidak ada NO2yang hilang. Dalam area yang mengandung kadar
debu tinggi, disarankan untuk menggunakan filter supaya flow meter terbebas
dari debu.
Masukkan reagen absorbing
ke dalam masing-masing absorber dengan jumlah yang sama, sehingga menutupi
bagian berlobang paling sedikit 4 cm. Absorber yang besarnya sekitar 125 ml, dapat digunakan untuk sampel
perjam dan volume 40-50 ml biasanya sudah cukup. Untuk waktu sampling yang
singkat, 10 menit atau lebih menggunakan absorber dengan reagen sebanyak 10 ml.
Sampel udara dialirkan melalui bubler sehingga diperoleh warna yang cukup.
e. Analisa
Setelah sampel
dikumpulkan dan diabsorbsi timbul warna merah ungu. Pembentukan warna akan
sempurna dalam waktu 15 menit. Warna dapat tahan lama jika tutup betul-betul
rapat. Jika volume menyusut pada saat pengambilan contoh, volume dibuat seperti
volume asal dengan menambahkan aquades. Dengan menggunakan sampel cell yang
mempunyai lebar tabung 1 cm, absorben dari sampel masing-masing bubler dan
absorben yang tidak terpapar diukur dengan kolorimeter atau spectrophotometer
dengan panjang gelombang 550 nm.
Konsentrasi NO2 dalam
sampel µdihitung berdasarkan:
NO2 (ug/m3)=
Dimana:
A =jumlah absorben dari sepasang bubler
Y =volume reagen absorben yang ada dalam bubler (ml)
S =Kemiringan dari kurva kalibrasi absorben (µg/ml)
V =Volume tandar contoh udara (m3)
46,0 =Berat molekul NO2
69,0 =Berat molekul N2NO2
0,74 =Faktor empiris
5. Ozon
dan Oksidan.
Istilah oksidan merupakan
zat di dalam udara selain oksigen yang memiliki ifat dapat mengoksidasi. Ozon
(O3), Nitrogen dioksida dan peroksiasetil nitrat (PAN) merupakan
oksidan yang umum terdapat di udara perkotaan. Oksidan dapat terjadi di udara
dengan adanya sinar matahari yang kuat.
Untuk keperluan
pengukuran, biasanya okidan dibagi menjadi dua, ialah O3 dan total
oksidan.
a. Prinsip
metode Kemiluminisen.
Metode ini merupakan
suatu metode yang otomatis berdasarkan pada reaksi fase gas dari etilen dan
Ozon. Ozon ini dapat bereaksi dengan etilen berlebihan dan menghasilkan ozonida
yang membebaskan cahaya pada penguraiannya. Intensitas cahaya ini diukur secara
fotometris dan berbanding langsung dengan kadar O3 di udara.
Alat analisa yang
didaarkan pada prinsip ini umumnya dapat dipercaya, mudah dioperasikan,
spesifikasi tinggi dan sangat peka.Metode ini dipergunakan untuk mengukur O3
pada kisaran dari 10-2000 µg/m3 (0,005-lebih 1 ppm). Untuk
pengukuran normal dianjurkan memakai skala 0-500 µg/m3 (0-0,25 ppm)
dan dari 0-1000 µg/m3.
b. Peralatan
Sebagian besar analizer
yang diperdagangkan terdiri dari saringan debu, tabung gelas reaksi, tabung
fotomultiplaiser dan pompa vakum. Beberapa analizer dilengkapi dengan sumber O3
untuk uji alat secara cepat. Pabrik harus memberikan cara mengoperasikan secara
manual dan intruksi yang berisi uraian lengkap untuk penggunaan lapangan.
c. Reagensia
Reagen yang dipakai ialah
etilen dengan tingkat 99,8 %.
d. Kalibrasi
Ozon dihasilkan dengan
kadar yang tetap dan aliran udara bersih secara kontinyu dalam tabung kuarsa yang disinari ultra ungu.
Kadar O3 ditentukan dengan menggelembungkan aliran udara melalui
larutan BKIN (buffer kalium iodida netral) dan penentuan kadar iodin dalam
larutan dengan menggunakan alat spectrophotometer.
Alat kalibrasi yang
dipergunakan ialah:
1) Sumber
ozon dan sistem pengenceran.
2) Penyerap.
Disarankan menggunakan
impinger yang dapat diperoleh pada penjual alat laboratorium.
3) Pompa
udara dan pengatur aliran.
Alat pengatur aliran
dapat mengatur kecepatan 0,2-1,0 liter per menit melalui impinger.
4) Termometer,
dengan ketelitian 1,0 derajat Celsius.
5) Barometer.
6) Meter
aliran, untuk mengukur aliran udara yang melewati lampu dengan kecepatan 2 – 15
liter per menit.
Cara
kalibrasi dan bahan reagen yang dipakai harus memperhatikan manual instruksi
dari pabrik pembuatnya.
6. Hidrogen
Sulfida.
a. Metode
Untuk pengukuran H2S dipakai
metode Methylen blue.
b. Cara
Kerja
Sampel udara yang diduga mengandung H2S diserap ke dalam 50 larutan
Cadmium sulfat dengan bantuan pompa hisap udara dengan kecepatan 1 cm3 selama
30 menit.
c. Analisa
1) Contoh
udara sebanyak 50 ml ditambah dengan 0,6 cc pereaksi amine sulfuric acid dan
ferri chlorida.
2) Contoh
diukur dengan spectrophotometer pada panjang
gelombang 670 nm.
3) Larutan
blanko dipakai sebagai titik nol.
4) Sebagai
larutan pembanding dipakai larutan standar sulfida yang equivalen dengan 0-5 µg
H2S/ml.
d. Perhitungan
Untuk perhitungan kadar H2S dipakai rumus:
H2S (ppm) =
7. Hidrokarbon
a. Metode
ini mencakup suatu pengumpulan komponen yang direncanakan untuk pengukuran
hidrokarbon total secara semi kontinyu dalam udara ambien. Prinsip kerja metode
ini adalah dengan memasukkan sampel udara ke dalam detektor ionisasi nyala
untuk pengukuran hidrokarbon.
Pengukuran hidrokarbon
total mencakup senyawa-senyawa lain yang terionisasi dalam nyala hidrokarbon
dan memberikan respon pada detektor. Gangguan yang disebabkan oleh udara dalam
sampel dapat dihilangkan dengan menggunakan udara sebagai carier gas yang
hidrokarbonnya telah direduksi sampai kurang dari 0,1 ppm, dengan cara
melewatkannya melalui alat oksidasi katalitik.
b. Peralatan
1) Analisator
Hidrokarbon
Penggunaan alat ini
biasanya telah telah ada petunjuknya sesuai dengan manual dari pabrik
pembuatnya.
2) Diagram
analisator yang komponen utamanya adalah:
a) Khromatograph
gas dengan detektor ionisasi nyala hidrogen dan alat yang sesuai.
b) Particulate
filter untuk melindungi valve.
c) Pompa
sampling.
d) Pengoksidasi
hidrokarbon untuk mengoksidasi kontaminan yang biasanya selalu ada di udara.
e) Reaktor
katalistik.
c. Regensia
dan bahan-bahan
1) Kalibrasi
campuran gas. Disamping methan dan karbon monokida, butane dapat juga sebagai
campuran.
2) Gas
pembawa (carier gas): Helium, Nitrogen ataupun udara keemurnian tinggi yang
mengandung kurang dari 1,3 mg/m3 (2 ppm) hidrokarbon sebagai
methana.
3) Bahan
bakar: hidrogen atau campuran gas yang inert dengan hidrogen.
4) Zero
gas (gas untuk meng-nol-kan alat), udara yang mengandung tidak lebih 0,1 ppm
hidrokarbon dan 0,1 ppm karbonmonoksida.
d. Analisa
1) Baca
konsentrasi senyawa hidrokarbon total pada alat pembaca.
2) Untuk
memperoleh pengukuran udara non methana dilakukan dengan jalan mengurangi
konsentrasi hidrokarbon total.
Izin promo ya Admin^^
ReplyDeletebosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))