BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (FOOD ADDITIVE)
Oleh:
Marlyn M. Pandean, S.Pd., SKM., MPH
A. Definisi “Food Additive”
FAO dan WHO (1956)
dalam kongresnya di Roma menetapkan bahwa “food additive” adalah bahan-bahan
yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit yaitu
untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa
simpan. Bahan-bahan yang sebelumnya tidak terdapat di dalam makanan tersebut
dan sengaja ditambahkan untuk memperbaiki nilai gizinya misalnya vitamin-vitamin
dan mineral tidak termasuk ke dalam “food additive”.
Vitamin dan mineral
dapat digunakan sebagai “food additive” jika vitamin atau
mineral tersebut sebelumnya telah ada di dalam makanan, hanya jumlahnya perlu
ditambah.
“Food Additive”
yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat
mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, tidak mengurangi zat-zat esensial
di dalam makanan, dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan, dan
menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan suatu penipuan.
“Food additive” yang tidak
boleh digunakan diantaranya adalah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
dapat merupakan penipuan bagi konsumen, menyembunyikan kesalahan dalam teknik
penanganan atau pengolahan, dapat menurunkan nilai gizi makanan, atau jika
tujuan dan penambahan “food additive” tersebut ke dalam
makanan masih dapat digantikan oleh perlakuan-perlakuan lain yang praktis dan
ekonomis.
Peraturan pemakaian
bahan kimia sebagai “food additive” telah disusun dalam “food Chemical Codes”
yang dikeluarkan pada tahun 1960 oleh “Food Protection Committee” dan “National Academy of Sciences Nation Research
Council”, dan telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration).
a. Macam-macam
“Food
Additive”
Di
Amerika “Food Protection Comittee(FPC) telah membagi food
additives menjadi 12 golongan berdasarkan tujuan dan kegunaannya yaitu bahan pengawet, antioksidan, pengikat
logam, “emulsifier”’ pengental,
pemutih, buffer, zat pewarna, zat
pemanis, nutrient suplement, flavoring agent dan food additive lainnya.yang
tidak termasuk seperti tersebut di atas.
1. Bahan Pengawet (Food Preservatives).
Bahan pengawet
adalah bahan kimia yang dapat mempertahankan makanan terhadap serangan bakteri,
ragi atau kapang.
Pengawet
adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan ke dalam
makanan yang mudah rusak, atau makanan yang mudah ditumbuhi bakteri atau jamur
misalnya produk daging, buah-buahan dan lain-lain.
Sebagai
contoh misalnya natrium benzoat yang
digunakan didalam minuman-minuman atau makanan yang asam. Natrium dan kalsium propionat untuk mencegah kapang di dalam roti
dan kue-kue; asam sorbat yang
digunakan di dalam keju untuk mencegah tumbuhnya kapang dan bahan-bahan yang
mengandung khlor aktif yang berfungsi
sebagai pembasmi mikroba pada pencucian buah-buahan dan sayur-sayuran.
Pertumbuhan
bakteri dicegah atau dihambat tergantung dari jumlah pengawet yang ditambahkan
dan juga pH (keasaman) dari makanan. Menurut pengamatan, pengawet hampir tidak
aktif dalam suasana netral, dan aktivitasnya meningkat bila pH diturunkan.
Contoh
:
(a) Asam.
Asam dapat menurunkan pH
makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Asam dapat
dibagi dalam 3 golongan :
1) Asam alami,
adalah asam organik misalnya asam tartarat dan asam dari buah-buahan misalnya
asam sitrat.
2) Asam yang dihasilkan melalui
proses fermentasi,
misalnya asam laktat dan asam asetat.
3) Asam-asam sintetik
misalnya asam malat, asam fosfat dan asam adipat.
Disamping
sebagai bahan pengawet asam juga digunakan untuk menambah rasa, untuk
mengurangi rasa manis memperbaiki sifat koloidal dari makanan yang mengandung
pektin, memperbaiki tekstur dari jeli dan selai, membantu ekstraksi pektin dan
pigmen dari buah-buahan dan sayur-sayuran , menaikkan efektivitas benzoat
sebagai bahan pengawet an lain-lainnya.
(b)
Benzoat.
Benzoat dan turun-turunannya
dapat menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang. Asam benzoat, natrium
benzoat, asam parahidrosibenzoat dan turunan-turunannya merupakan kristal putih
yang dapat ditambahkan secara langsung ke dalam makanan atau dilarutkan
terlebih dahulu di dalam air atau pelarut-pelarut lainnya. Asam benzoat kurang
kelarutannya di dalam air, oleh karena itu lebih sering digunakan dalam bentuk
garamnya yaitu natrium benzoat.
Benzoat lebih efektif
digunakan dalam makanan-makanan yang asam sehingga banyak digunakan sebagai
pengawet di dalam sari buah-buahan, jeli, sirup dan makanan lainnya yang
mempunyai pH rendah.
Asam Benzoat serta garamnya
dan Ester p-Hidroksi Benzoat efektif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri, ragi dan jamur.Bahan-bahan ini digunakan sebagai pengawet
produk buah-buahan , minuman ringan, sirup dan kecap.Asam benzoat dan garamnya,
jumlah yang digunakan 500 mg/kg – 1 g/kg.Ester p-Hidroksi Benzoat biasanya
digunakan dalam bentuk campuran yaitu Metil paraban dan Etil paraban. Pada
umumnya jumlah yang digunakan 200 mg/kg – 500 mg/kg.
Natrium benzoat
larut baik dalam air jika dibandingkan dengan asam benzoat dan penggunaan
sebagai pengawet sebagian besar adalah bentuk garam.Natrium benzoat bekerja
efektif dalam suasana asam terutama pada pH-4 atau lebih kecil (2,5 – 4,0).
Menurut pengamatan benzoat hampir 100 kali lebih aktif dalam suasana asam jika
dibandingkan dengan suasana netral.
Ester asam p hidroksi benzoat.
Menurut
beberapa laporan dalam suasana netral dan sedikit asam daya kerjanya lebih
besar jika dibandingkan dengan benzoat. Ester metil dan propil dapat digunakan
sebagai pengawet makanan dalam konsentrasi maksimum 0.1 % dan aktivitasnya
tidak dipengaruhi oleh pH serta menghambat pertumbuhan sejumlah bakteri, jamur
dan ragi yang dapat merusak makanan
(c)
Asam
Sorbat serta garamnya efektif untuk menghambat
pertumbuhan jamur dan ragi.
Dapat
digunakan misalnya pada produk roti dan buah kering dengan jumlah 250 mg/kg – 1
g/kg. Asam sorbat dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri, biasa
digunakan dengan kadar 0,01 – 0,1 % dalam permen, sirup, acar, margarine, kue,
buah-buahan, jus buah-buahan, sayuran segar, dan minuman yang mengandung karbon
dioksida. Sangat efektif pada pH = 5 atau lebih kecil. Asam Sorbat dapat
mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri dengan cara meng-inaktifkan enzim
dehidrogenase yang diperlukan oleh mikroba tersebut untuk metabolisme
karbohidrat dan asam-asam lemak. Asam sorbat, kalium sorbat atau natrium sorbat
biasanya sering digunakan di dalam makanan untuk mencegah pertumbuhan kapang.
Jumlah
asam sorbat yang digunakan misalnya 0,2 persen untuk bermacam-macam keju, 0,1
persen untuk kue-kue, 0,025 – 0,1 persen untuk acar, 0,02 persen untuk sari
buah anggur, 0,025 – 0,50 persen untuk minuman ringan, 0,1 – 0,15 persen untuk
coklat atau sirup, dan 0,05 – 0,1 persen untuk ikan yang diasap atau digarami.
(d) Asam propionat dan garam
propionat.
Kebanyakan
senyawa propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur, misalnya
pembuatan roti, Natrium propionat banyak digunakan dalam industri roti sebagai
penghambat pertumbuhan jamur dan bakteri, juga dapat digunakan pada pembuatan
kue. Kalsium propionat juga digunakan dalam industri roti, tapi tidak digunakan
dalam industri kue lainnya
Asam
propionat efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur. Asam Propionat biasa
digunakan sebagai pengawet pada roti dengan kadar 2 g/kg adonan roti.
(e)
Nitrit
Nitrit
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan, tetapi nitrit hanya efektif
jika daging ikan tersebut mempunyai pH di bawah 6,4. Mekanisme nitrit sebagai
bahan pengawet belum dapat diketahui dengan pasti.
Nitrit
juga sering digunakan pada ‘curing”
daging yaitu untuk mempertahankan warna merah dari daging. Jumlah nitrit yang
digunakan biasanya 200 ppm yaitu berupa natrium dan kalium nitrit. Perubahan
warna daging secara kimia sangat kompleks. Pigmen dalam otot daging terdiri dari
protein yang disebut mioglobin yang mempunyai warna ungu kemerahan. Mioglobin
dengan oksigen akan membentuk oksimioglobin yang berwarna merah terang, jadi
daging segar jika dipotong mula-mula akan berwarna ungu, tetapi permukaannya
akan berubah segera menjadi merah terang jika kena udara. Bagian permukaan
lebih merah dari pada bagian dalam karena bagian dalam daging kurang mendapat
oksigen. Warna merah terang oksimioglobin tidak stabil, dan dengan oksidasi
yang berlebihan akan berubah menjadi metmioglobin yang berwarna coklat. Tetapi
daging yang mengalami “curing” dengan nitrit atau nitrat akan merah dan
selama pemasakan warna tetap merah. Oleh karena oksigen dapat menyebabkan warna
daging menjadi coklat yang disebabkan perubahan nitric oxide Mioglobin (merah)
menjadi metmioglobin (coklat), maka sebaiknya “meat curing” dilakukan dalam keadaan dengan tekanan udara rendah.
Oleh
karena jumlah nitrit yang berlebihan (lebih dari 200 ppm) dapat menyebabkan
keracunan, maka pada “curing” daging
biasanya digunakan campuran nitrit dan nitrat, dimana nitrat tersebut akan
diubah menjadi nitrit sedikit demi sedikit sehingga jumlah nitrit di dalam
daging tidak berlebihan. Bakteri yang efektif untuk mengubah nitrat menjadi
nitrit di dalam “curing”daging
misalnya Micrococcus auranticus.
(f)
Sulfur
Dioksida(SO2)
Sari
buah-buahan atau makanan lain yang bersifat asam (pH rendah) dapat diawetkan
dengan menambah SO2. Jumlah SO2 yang digunakan untuk sari
buah-buahan adalah 350 – 600 ppm. Sulfur dioksida juga dapat digunakan untuk
mencuci alat-alat yang digunakan dalam pembuatan anggur atau cuka dengan kadar
50 – 75 ppm. Pada pembuatan anggur atau cuka, SO2 ditambahkan untuk
menghambat pertumbuhan kapang, ragi dan kadang-kadang bakteri selama
penyimpanan.
(g)
Antibiotika
Antibiotika
seperti Khlortetrasiklin dan Oksitetrasiklinbiasanya digunakan untuk
mengawetkan daging ayam atau ikan. Antibiotika akan hancur selama pemanasan,
oleh karena itu antibiotika biasanya digunakan untuk mengawetkan daging ayam
atau ikan yang langsung akan dibekukan dalam keadaan mentah. Pada bahan mentah
yang dibekukan dengan penambahan antibiotika penting pula ditambahkan
bahan-bahan yang di dalam air bersifat koloidal misalnya CMC (carboxymethyl cellulose) atau karagenan,
supaya penyebaran antibiotika di dalam es dapat merata. Kadar antibiotika yang
digunakan biasanya 7 ppm.
(h)
Bahan
fumigasi misalnya etilena
oksida dan etil formiat juga termasuk bahan pengawet yaitu menghilangkan
hama dari bumbu-bumbuan, kacang-kacangan dan buah-buahan kering. Bahan yang
dapat mencegah terjadinya warna coklat (browning)
pada buah-buahan dan sayur-sayuran juga termasuk dalam bahan pengawet.
(i)
Antikempal
Antikempal
adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang
berupa serbuk. Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan pada makanan
yang berbentuk serbuk, misalnya garam meja, merica bubuk dan bumbu lainnya,
agar makanan tersebut tidak mengempal dan mudah dituang dari wadahnya.
Contoh :
(1)Kalsium
aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, silikon dioksida
dipakai sebagai antikempal pada garam meja, merica dan rempah atau bumbu
lainnya.
(2) Garam-garam
stearat dan tri kalsium fosfat pada gula, kaldu dan susu bubuk.
(3) Pengasam,
penetral dan pendapar
Pengasam, penetral dan pendapar adalah
bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan
derajat keasaman makanan. Tujuan penambahan bahan makanan ini umumnya untuk
memperbaiki dan mempertahankan keasaman makanan hingga mempunyai rasa yang
diinginkan atau untuk meningkatkan kestabilan makanan.
2. Antioksidan
Antioksidan adalah bahan tambahan makanan
yang digunakan untuk melindungi/mencegah/menghambat makanan dari terjadinya
proses oksidasi. Antioksidan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah
oksidasi lemak, misalnya digunakan pada bahan pangan yang akan digoreng,
makanan dari biji-bijian, dan makanan-makanan lain yang mengandung banyak lemak
dan mudah tengik. Antioksidan biasanya digunakan pada minyak, lemak dan makanan
yang mengandung lemak dan minyak, misalnya produk ikan dan daging. Dapat juga
digunakan pada produk buah dan sari buah dalam kaleng.
Contoh :
(a) Asam
Askorbat dan Asam Eritorbat beserta garamnya digunakan
sebagai antioksidan pada produk daging dan ikan serta buah-buahan dari sari
buah kalengan.
(b) Butilhidroksianisol
(BHA) atau Butilhidroksitoluen (BHT)
biasa dipakai sebagai antioksidan pada lemak, minyak dan margarin.
Contoh antioksidan misalnya butilated hidroxyanisol (BHA), butylated hidroxy-toluena (BHT), propil galat. Sulfur dioksida selain
berfungsi sebagai bahan pengawet juga digunakan sebagai antioksidan.
Adanya
panas dapat merangsang atau menstimulir reaksi oksidasi. Semakin tinggi suhu,
kecepatan oksidasi akan semakin bertambah. Sinar juga dapat mempercepat
oksidasi. Sinar ultra-violet lebih aktif dalam mempercepat oksidasi dari pada
sinar-sinar tampak (visible light)
karena sinar ultra-violet mempunyai panjang gelombang yang lebih kecil sehinggaenerginya
lebih besar.
Beberapa
zat kimia seperti ozon, peroksida, serta logam-logam tertentu terutama tembaga,
besi dan garam-garamnya juga dapat mempercepat oksidasi lemak. Beberapa enzim
tertentu misalnya lipoksidase juga dapat bertindak sebagai katalis dalam reaksi
oksidasi, dimana enzim ini dapat terus aktif sampai di bawah suhu pembekuan.
Kecepatan
oksidasi lemak tergantung dari jenis asam lemaknya, adanya antioksidan, adanya
feroksidan (katalis) dan faktor-faktor lainnya.
Antioksidan
adalah senyawa yang biasanya mengandung orto atau paradifenol. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, beberapa antioksidan yang biasa digunakan di dalam
makanan adalah BHA, BHT, NDGA, propil galat, 2,4,5, trihidroksi butirophenon
dan lain-lain.
Asam
askorbat adalah antioksidan yang sekarang telah dapat dihasilkan secara
sintetik. Asam askorbat atau vitamin C ini biasanya ditambahkan ke dalam daging
sebagai antioksidan, tetapi tidak akan menambah nilai vitaminnya karena asam
askorbat akan rusak oleh pemanasan.
Beberapa
antioksidan alam yang terdapat di dalam makanan-makanan (tocopherol), dan beberapa asam amino yang mengandung sulfur.
3. Pengikat Logam (Sequestrant, Chelating Agents)
Sequestrantadalah
bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan
sehingga memantapkan warna dan tekstur makanan, atau mencegah perubahan warna
makanan. Sequestrantdapat mengikat logam-logam seperti besi dan tembaga
sehingga membebaskan makanan dari logam-logam tersebut. Logam-logam ini
merupakan katalisator oksidasi sehingga dapat menyebabkan reaksi-reaksi
perubahan warna yang tidak diinginkan. Contoh dari sequestrant misalnya Asam
fosfat, untuk produk kepiting kalengan (5 g/kg), serta lemak dan minyak makan
(100 mg/kg). Kalsium dinatrium edeta
(EDTA= Etylen Diamine Tetraacetic Acid)untuk
udang kalengan (250 mg/kg), jamur kalengan (200 mg/kg), dan potongan kentang
goreng beku (100 mg/kg);, polifosfat dan asam sitrat.
4. Emulsifier, pemantap.
Emusifier
adalah bahan yang digunakan untuk menstabilkan emulsi (lemak), misalnya
campuran minyak dan air, campuran gas dengan bahan cair, atau campuran gas dengan
bahan padat. Contoh“emulsifier”
adalah lechitin,asam-asam lemak dan
turunannya, asam empedu dan “emulsifier buatan” seperti modo dandigliserida.
Fungsinya
untuk memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak
meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak dan air. Bahan makanan yang
biasanya menggunakan BTM ini adalah es krim, es puter, saus sardin, jem, jeli,
sirup dan lain-lain.
Contoh
:
(a) Agar,
untuk sardin dan sejenisnya (20 g/kg), es krim, es puter dan sejenisnya (10
g/kg), keju (8 g/kg).
(b) Dekstrin,
untuk es krim, es puter dan sejenisnya (30 g/kg), yogurt (10 g/kg).
5. Pengental (Thickener)
Bahan-bahan yang termasuk ke dalam
pengental diantaranya adalah gum, pati,
dekstrin, turunan-turunan dari protein dan bahan-bahan lainnya yang dapat
menstabilkan memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampur dengan air
untuk membentuk kekentalan tertentu atau gel pada beberapa makanan misalnya
saus selada, susu coklat, jeli, puding dan sebagainya adalah makanan yang
mengandung bahan pengental misalnya gum arabik, CMC (carboxymethyl cellulose),
pektin, amilosa, gelatin dan lain-lainnya.
6. Pemutih (Bleaching Agents) dan “Starch
Modifier”.
Tepung
yang masih baru biasanya berwarna agak kekuning-kuningan. Warna ini dapat
diperbaiki secara perlahan-lahan selama penyimpanan, misalnya dengan cara
menambahkan bahan pemutih seperti benzoil
peroksida,oksida-oksida nitrogen, khlor dioksida dan komponen-komponen khlor
lainnya, yang masing-masing dapat mengubah warna kuning tepung menjadi
putih. Bahan pemutih lainnya misalkan hidrogen
peroksida,bromat, dan iodat. Hidrogen peroksida dapat digunakan untuk
memutihkan warna susu yang digunakan untuk membuat keju.
“Starch
Modifier” adalah bahan yang dapat mengoksidasi pati menjadi bahan-bahan
yang larut dalam air, misalnya yang sering digunakan adalah natrium
hipokhlorit.
Bahan
tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang
tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pematangannya.
Contoh
:
(a) Asam
ascorbat untuk tepung dengan kadar
200 mg/kg.
(b) Kalium bromat untuk
tepung dengan kadar 150 mg/kg.
7. Buffer (Pengatur keasaman, alkali)
Buffer
digunakan untuk menyesuaikan dan mendapatkan pH makanan yang diinginkan. Asam
yang digunakan dapat diperoleh dari asam organik di dalam buah-buahan secara
fermentasi atau dibuat secara sintetik. Buffer adalah bahan tambahan makanan
yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Tujuan penambahan bahan tambahan makanan ini umumnya untuk memperbaiki
dan mempertahankan keasaman makanan hingga mempunyai rasa yang diinginkan atau
untuk meningkatkan kestabilan makanan.
8. Zat Pewarna
(Coloring
Agent)
Pewarna
adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau
memberi warna pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan dimaksudkan untuk
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses
pengolahan, atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarena agar
kelihatan lebih menarik.
Pewarna digolongkan
menjadi pewarna alam dan pewarna sintetik. Pewarna alam lebih
aman dari pewarna sintetik. Makanan yang sering diberi pewarna adalah sirop,
minuman ringan dan permen.
Contoh
:
(a) Karmin, Ponceau 4 R
dan Eritrosin untuk memberikan warna
merah.
(b) Biru
berlian dan Indigotin untuk
memberikan warna biru.
(c) Klorofil,
Hijau FCF dan Hijau S untuk memberikan warna hijau.
(d) Kurkumin, Karoten,
Kuning FCF, Kuning Kuinolin dan Tartrazin untuk memberikan warna kuning,
dan
(e) Karamel
untuk memberikan warna coklat.
Zat pewarna ditambahkan
kedalam makanan bertujuan untuk menarik selera dan
keinginan konsumen. Zat-zat pewarna alam sering digunakan misalkan karoten,
kunyit dan daun-daunan (daun pandan). Dibandingkan dengan bahan pewarna alam, maka bahan pewarna buatan mempunyai banyak
kelebihan yaitu dalam hal aneka ragam warnanya, keseragaman warna, kestabilan
warna dan penyimpanannya lebih mudah dan lebih tahan lama. Selain dari pada itu
bahan pewarna alam biasanya mempunyai warna yang jarang sesuai dengan warna
yang diinginkan. Zat-zat pewarna lainnya misalnya “carbon black” yang memberikan warna hitam dan titanium oksida untuk memberikan warna putih secara intensif.
9. Zat Pemanis bukan gula (Sweetener)
Zat
pemanis yang dimaksudkan di sini adalah zat
pemanis yang tidak menghasilkan kalori, misalkan sakarin serta natrium,
kalsium, magnesium dan kalium
siklamat. Bahan-bahan ini biasanya ditambahkan kedalam minuman-minuman
penyegar, buah-buahan kaleng dan lain-lainnya. Zat pemanis ini juga menolong
orang-orang yang tidak boleh makan gula. Beberapa zat pemanis yang baru
ditemukan mempunyai rasa manis kira-kira 10-3000 kali dari sukrosa per satuan
berat.
Pemanis
buatan, adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau
hampir tidak mempunyai nilai gizi. Biasanya digunakan pada makanan yang
ditujukan kepada penderita diabetes melitus atau untuk makanan diet.
Contoh : Sakarin dan Siklamat serta
garamnya dapat digunakan sebagai pemanis buatan pada jenis makanan tertentu
sebagai makanan berkalori rendah atau makanan untuk penderita diabetes.
Sakarin
kemanisannya : 300 x gula dan siklamat 30 x gula. Sakarin dan siklamat sering
digunakan dalam bentuk campuran, misalnya 1 bagian sakarin dicampur dengan 12
bagian siklamat.
10. Nutrient
Supplements
“Nutrient
supplements” adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk
menambah zat-zat gizi yang telah ada di dalam makanan tersebut, misalkan
vitamin-vitamin dan mineral. Sebagai contoh adalah penambahan vitamin D ke
dalam susu, penambahan vitamin B, besi dan kalsium ke dalam hasil pengolahan
biji-bijian, penambahan vitamin A kedalam margarin dan vitamin C ke dalam sari
buah-buahan. Beberapa asam amino juga dapat dimasukkan ke dalam golongan ini,
misalnya penambahan lysine ke dalam tepung gandum.
11. Flavoring
Agents(penyedap
rasa)
Flavouring
agents dapat diperoleh dari alam atau dibuat secara
sintetik. Flavoring agents alami misalkan bumbu-bumbuan. Flavoring
Agents buatan misalnya benzaldehida
yang mempunyai cita rasa seperti lobi-lobi atau ceri, etil butirat dengan cita rasa buah nenas, metil antranilat seperti
buah anggur dan amil-asetat seperti
buah pisang ambon.
Bahan-bahan
yang tidak mempunyai cita rasa tetapi dapat mengaktifkan timbulnya cita rasa
dari komponen-komponen yang terdapat di dalam suatu makanan termasuk ke dalam “taste
enhancer”(penegas rasa), misalnya monosodium
glutamat (MSG).Vetsin adalah
salah satu preparat MSG komersiil. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa
adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas
rasa dan aroma. Penyedap rasa dan aroma biasanya diperdagangkan dalam bentuk
campuran, yang bila digunakan memberikan rasa dan aroma tertentu. Bahan ini
sering ditambahkan pada permen, minuman ringan serta kue dan biskuit. Penguat
rasa bila ditambahkan pada makanan akan meningkatkan rasa yang sudah ada pada
makanan tersebut, misalnya MSG biasa ditambahkan pada produk daging setiap 1 kg
makanan sudah meningkatkan rasa gurih pada makanan tersebut.
12.
Lain-lain.
Bahan-bahan
tambahan lainnya yang tidak termasuk golongan food additives seperti telah
disebutkan di atas, dapat digolongkan dalam miscelleneous
additives misalnya pengaktif rasa yang digunakan untuk mempercepat
pertumbuhan ragi di dalam roti yaitu amonium
sulfat, bahan pengeras (firming agent)
untuk buah-buahan dan sayur-sayuran misalnya kalsium klorida. “anticaking agent”, misalnya kalsium fosfat, bahan
penjernih (clarifying agent)
seperti bentonite untuk minuman anggur, “meat curing agent” misalnya natrium nitrat/nitrit pada pembuatan
kornet dan lain-lainnya.💪👍
Izin promo ya Admin^^
ReplyDeleteBosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)