A.
Ruang
Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang
lingkup promosi kesehatan terdiri dari 3 dimensi, yaitu : berdasarkan aspek
kesehatan, aspek tempat pelaksanaan promosi kesehatan, dan berdasarkan tingkat pelayanan
1. Promosi kesehatan pada
aspek pelayanan kesehatan.
a.
Promosi
Kesehatan pada Aspek Promotif (peningkatan kesehatan)
Sasaran : kelompok orang
sehat.
Alasan : kelompok orang
sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat, padahal
kelompok orang sehat sekitar 80-85 % dari populasi.
Tujuan
: agar tetap sehat, tetap perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.
Caranya
: aktivitas seimbang, makanan seimbang, tidak merokok, pengelolaan stres,
hindari alkohol dan napza, seks yang aman.
b.
Promosi
Kesehatan pada Aspek Preventif (pencegahan)
Sasaran : kelompok
masyarakat yang beresiko tinggi (high
risk), misalnya : ibu hamil dan menyusui, perokok, obesitas, pekerja seks,
dan sebagainya.
Tujuan : agar mereka
tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.
c.
Promosi
Kesehatan pada Aspek Kuratif
Sasaran : kelompok
penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus, tuberkulosis,
rematik, tekanan darah tinggi.
Tujuan : agar mereka
mampu mencegah penyakitnya agar tidak menjadi parah dan sembuh.
d.
Promosi
kesehatan pada Aspek Rehabilitatif
Sasaran : penderita yang
baru sembuh (recovery)
Tujuan : agar mereka
segera pulih kembali kesehatannya.
2. Promosi kesehatan pada
aspek tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
a.
Keluarga
(rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah
unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang
sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai
terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan
sasaran utama dalam promosi kesehatan dalam tatanan keluarga. Karena orang tua,
terutama ibu merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan
bagi anak-anak mereka.
b.
Sekolah
Sekolah merupakan
perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru
pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan
sekolah yang sehat akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat murid. Kunci
pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus
dikondisikan melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya dan
sebagainya.
c.
Tempat
kerja
Tempat kerja merupakan
tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan kerja yang
sehat akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan
menghasilkan produktivitas yang optimal, begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu,
pemimpin atau manajer dari tempat kerja merupakan sasaran promosi kesehatan
sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan
unit pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d.
Tempat-tempat
umum
Tempat-tempat umum,
mencakup : pasar, terminal angkutan, bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan,
tempat-tempat olahraga, taman-taman kota, dan sebagainya. Tempat-tempat umum
yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya tetapi juga harus dilengkapi
dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air
bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan
sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan
fasilitas kebersihan dan sanitasi, disamping melakukan imbauan-imbauan
kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui
pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.
e.
Fasilitas
pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan
kesehatan ini mencakup rumah sakit, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan
sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, dimana rumah sakit atau puskesmas
tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas
tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebagainya.
Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama
promosi kesehatan itu. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya. Kepada para pemimpin atau
manajer institusi pelayanan kesehatan ini diperlukan kegiatan advokasi.
Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan pelatihan tentang promosi kesehatan.
Beberapa rumah sakit memang telah mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan)
tersendiri yang disebut PKMRS (Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah
Sakit).
3. Promosi kesehatan
berdasarkan tingkat pelayanan.
Berdasarkan dimensi
tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatam dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five levels of
prevention) dari Leavel and Clark.
a.
Promosi
Kesehatan (Health Promotion)
Promosi kesehatan
diperlukan misalnya : peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi
lingkungan, kesehatan perorangan (personal
hygiene).
b.
Perlindungan
Khusus (Specific Protection)
Promosi kesehatan
diperlukan misalnya : program imunisasi
sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, terutama di negara-negara
berkembang karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anak,
masih rendah.
c.
Diagnosis
dini dan pengobatan segera (Early
Diagnosis and Prompt Treatment)
Promosi kesehatan diperlukan,
karena penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi serta rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
d.
Pembatasan
Cacat (Disability Limitation)
Promosi kesehatan
diperlukan karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, sehingga sering mengakibatkan masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan
sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu.
e.
Rehabilitasi
(Rehabilitation)
Promosi kesehatan
diperlukan bagi orang cacat juga untuk masyarakat, karena kadang orang menjadi cacat
setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu. Untuk memulihkan cacatnya, maka
diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan
kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang
dianjurkan. Di samping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit,
kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat
tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal.
Trima kasih ibu
ReplyDeleteTrimkasi ibu🙏
ReplyDeleteTerima kasih ibu🙏
ReplyDeleteTerima kasih ibu🙏
ReplyDeleteTerima kasih bu
ReplyDeleteTerima kasih bu
ReplyDeleteTerima Kasih ibu
ReplyDeleteTrma kasih ibu
ReplyDeleteTerima kasih atas materinya bu
ReplyDeleteNama : Anggi K. Windriani
NIM : 711345118008
Terima kasih bu atas materinya
ReplyDeleteNama: Vevi diana putri
Nim: 711345118067
Terimakasih ibu atas materinya
ReplyDeleteNama : Kristi susiani
NIM: 711345118036
Trimaksih atas materinya Bu
ReplyDeleteNama : Verent Stelysa Saskia sengkey
Nim : 711345118066
Terimakasih ibu materinya.
ReplyDeleteNama : Thereza Valery Saikat
Nim : 711345118063
Prodi d-iii sanitasi tkt iii
Terima kasih ibu untuk materinya
ReplyDeleteNama : Nur Eka ponamon
Nim : 711345118050
Prodi : D3 tkt 3 sem. 5
Trimah kasih bu materinya
ReplyDeleteAnastaya saraya
711345118004
D3 tngkt 3 sem 5
Terima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama Gracela Debora Dalekes
Nim 711345118027
D3 Sanitasi tingkat 3 semester 5
Trimah kasih bu materinya
ReplyDeleteNama:Loisa Marpati
711345118039
D3 tngkt 3 sem 5