PRINSIP HYGIENE
SANITASI MAKANAN
OLEH : MARLYN M.
PANDEAN
Prinsip
hygiene sanitasi makanan untuk
mencapai tujuan tersedianya makanan yang sehat, harus menjalankan 6 (enam)
prinsip sanitasi sebagai berikut :
A. Pengamanan
Bahan Makanan
(Pemilihan Bahan Makanan)
Bahan makanan yang dimaksud di sini adalah bahan
makanan mentah (baku), dan keadaan bahan makanan merupakan awal dari proses
mendapatkan makanan jadi.
Mengamankan bahan makanan secara praktis menjaga
adanya “kerusakan”, disamping juga menjaga terhindar adanya “pencemaran”, baik
yang terbawa oleh bahan makanan ataupun oleh faKtor lingkungan yang “akan” masuk ke bahan makanan.
Bahan makanan disebut aman, bila memenuhi 4 (empat) kriteria :
1. Tingkat kematangan sesuai dengan yang diinginkan.
2. Bebas dari pencemaran pada tahap proses berikut.
3. Bebas dari adanya perubahan secara fisik/kimia akibat
faktor-faktor luar.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit penyebab penyakit.
Bahan makanan sebagai bahan baku untuk makanan jadi
terutama banyak yang menimbulkan masalah dalam pengamanannya adalah dari hasil
pertanian.
Bila ditinjau dari penyebab kerusakan bahan hasil
pertanian, maka kerusakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
kerusakan mikrobiologis, mekanis, biologis dan kimia.
1. Kerusakan
Mikrobiologis.
Kerusakan
mikrobiologis merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian
serta kadang-kadang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Pada umumnya
kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga pada
bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Makanan-makanan dalam kaleng atau dalam
botol dapat rusak dan kadang-kadang berbahaya karena dapat memproduksi racun.
Kerusakan susu pada umumnya disebabkan oleh mikroba. Disamping itu terdapatnya Mycobacterium
Tuberculose dapat membahayakan kesehatan konsumen.
Bahan-bahan
yang telah rusak oleh mikroba dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya
bagi bahan-bahan lain yang masih sehat atau segar. Karena bahan yang sedang
membusuk mengandung mikroba-mikroba yang masih muda serta dalam fase pertumbuhan ganas (log phase). Sehingga dapat menular dengan cepat ke bahan-bahan lain
yang ada di dekatnya.
2. Kerusakan
Mekanis
Kerusakan
mekanis disebabkan karena adanya benturan-benturan mekanis, misalnya benturan
antara bahan-bahan itu sendiri atau karena benturan alat dengan bahan tersebut.
Cara pelemparan bahan ke dalam onggokan atau wadah banyak menyebabkan terjadinya saling benturan satu
sama lain atau bahan dengan dinding wadah. Penanganan hasil-hasil pertanian
yang tidak hati-hati khususnya buah-buahan dan sayuran akan banyak menghasilkan
kerusakan mekanis. Pengangkutan berbagai sayuran dalam truk atau colt yang
banyak terjadi di berbagai daerah merupakan contoh yang jelas.
Kerusakan
mekanis tersebut dapat terjadi pada waktu bahan dipanen dengan alat, misalnya mangga yang dipanen dengan galah menjadi memar jatuh terbentur batu atau tanah
keras. Beberapa ubi-ubian mengalami cacat karena tersobek atau terpotong oleh
cangkul atau alat penggali yang lain. Banyak kerusakan mekanis tersebut terjadi
selama pengangkutan. Barang-barang yang diangkut secara “ Bulktransportation” bagian bawahnya akan tertindih dan tertekan
dari bagian atas dan sampingnya sehingga mengalami pememaran, apalagi dalam
kendaraan yang sedang berjalan pada jalan rusak, seolah-olah bahan-bahan yang
ada di dalam digoncang dengan kuat, sehingga banyak mengalami kerusakan
mekanis.
3. Kerusakan
Fisik
Jenis
kerusakan ini disebabkan karena akibat perlakuan-perlakuan fisik yang
digunakan.Misalnya dalam pengeringan, terjadi “case hardening”. Dalam pendinginan terjadi “chilling injuries” atau “freezing injuries” dan “freezer
burn” pada
bahan yang dibekukan. Pecahnya telur yang didinginkan atau rusaknya bahan yang
dibekukan karena sel-sel mengalami pemecahan adalah merupakan akibat dari
kerusakan fisik dan juga mekanis.
Penyimpanan
dalam gudang yang basah dapat menyebabkan bahan dapat menyerap air, misalnya terjadi
“hardening” pada tepung-tepung yang
kering sehingga tepung-tepung tersebut mengeras atau membatu. Proses
pengeringan yang tidak tepat pada tepung albumen dapat mengakibatkan rendahnya daya
buih telor tersebut atau menyebabkan daya rehidrasi yang sangat rendah.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi karena lembabnya penyimpanan dapat menyebabkan
(aw
= Water Activity) dari bahan menjadi tinggi, sehingga memberi peluang pada bentuk-bentuk
kerusakan lain untuk ikut aktif. Pada umumnya kerusakan fisik terjadi bersama-sama
dengan bentuk kerusakan lainnya.
Penggunaan
suhu yang terlalu tinggi dalam pengolahan bahan pangan menyebabkan cita rasa
yang menyimpang dan kerusakan terhadap kandungan vitaminnya.
Penggunaan suhu tinggi tersebut
menyebabkan “thermal degradation” dari
senyawa-senyawa dalam bahan sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan mutu
bahan. Adanya sinar juga dapat merangsang terjadinya kerusakan bahan, misalnya
lemak dan beberapa vitamin.
4. Kerusakan
Fisiologis dan Biologis
Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh
reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat di dalamnya secara
alamiah sehingga terjadi proses autolysis yang berakhir dengan kerusakan dan
pembusukan. Contohnya daging akan membusuk oleh proses autolysis. Karena itu
daging akan cepat membusuk bila disimpan pada suhu kamar. Keadaan yang serupa
juga dialami oleh beberapa buah-buahan.
Bila hewan ternak dipotong, maka akan terjadi pemberhentian sirkulasi
darah yang membawa oksigen ke jaringan otot (daging). Hal ini akan membatasi
terjadinya metabolisme aerobic. Karena keadaan tersebut, maka system metabolisme akan berubah
menjadi anaerobic yang dapat menghasilkan asam laktat. Hal ini akan menyebabkan
pH turun sehingga menjadi 5,6 – 5,8. Dengan turunnya pH, metabolisme anaerobic
menjadi lambat dan jumlah ATP menipis sehingga daging mengeras (rigor mortis) kemudian kembali melunak
dan proses autolysis akan berlangsung sehingga daging menjadi empuk dan bila
berlanjut daging akan rusak dan membusuk.
Berbeda dengan daging, ikan pada umumnya mengadakan perlawanan setelah
ditangkap. Hal tersebut dapat menghabiskan persediaan glikogen di dalam otot,
sehingga akan terjadi metabolisme anaerobic. Proses selanjutnya sama seperti
yang berlangsung pada daging ikan menjadi rusak.
Ikan mengalami kerusakan bila terlihat tanda-tanda sebagai berikut :
insang menjadi pucat, mata tenggelam dan teksturnya lunak sekali serta
mengeluarkan bau dan berlendir.
Beberapa macam serangga dapat merusak biji-bijian dan kacang-kacangan
baik di lapangan maupun di gudang, sehingga bahan hancur dan rusak.Masuknya
ulat dari serangga ke dalam buah dan sayuran dapat merusakkan bagian dalam, dan
biasanya hal ini merupakan jalan masuk (port
de entry) bagi mikroba pembusuk untuk tumbuh dan merusak bahan.
5. Kerusakan
Kimiawi
Kerusakan
kimiawi biasanya saling berhubungan dengan kerusakan lain, misalnya adanya
panas yang tinggi pada pemanasan minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak yang
disebut “thermal oxidation”. Adanya
oksigen dalam minyak, menyebabkan terjadinya oksidasi pada asam lemak tidak jenuh, yang mengakibatkan pemecahan
senyawa tersebut atau menyebabkan terjadinya ketengikan minyak.
Kerusakan
fisiologis biasanya juga merupakan kerusakan kimiawi, karena reaksi enzimatis
biasanya aktif dalam proses kerusakan tersebut. Adanya sinar dapat membantu terjadinya kerusakan
kimiawi, misalnya oksidasi lemak atau menjadi lunturnya warna bahan.Pada
perubahan pH, misalnya suatu jenis pigmen dapat mengalami perubahan warna,
seperti khlorophyl dan anthocyanin. Penyimpangan warna normal sering diartikan dengan
kerusakan. Demikian juga protein yang oleh perbedaan pH dapat mengalami denaturasi
dan penggumpalan. Di samping itu pemanasan suatu bahan yang mengandung
protein, juga dapat menyebabkan denaturasi dan penggumpalan.
Terjadinya
noda-noda hitam pada makanan kaleng yang disebabkan oleh
senyawa FeS adalah merupakan kerusakan kimia yang disebabkan karena “coating” atau enamel dari lapisan dalam
kaleng tidak baik dan mengadakan reaksi dengan H2S yang diproduksi
oleh makanan tersebut. Reaksi “browning”
pada beberapa bahan dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis, “browning” secara non-enzimatis ini dapat
menyebabkan timbulnya warna yang tidak diinginkan yaitu coklat, dan hal ini
merupakan salah satu bentuk kerusakan kimiawi. Pembersihan secara fisik, seperti mencuci dengan air,
perlu diperhatikan kualitas air cuci, disamping “fungsi” bahan makanan
tersebut, artinya apakah bahan makanan tersebut akan dimakan “mentah” atau
diolah dahulu. Mencuci dengan air bersih pada bahan mentah yang akan diolah lebih dahulu, perlu
melihat bahwa air bersih tersebut memenuhi standard air minum. Bila dimakan
mentah, cuci dengan air yang mengandung chlorkonsentrasi 1 ppm, yang diharapkan
mematikan mikro-organisme.Adanya kerusakan-kerusakan, ataupun kemungkinan
pencemaran tersebut, sangat dipengaruhi oleh penyimpanannya.
B. Penyimpanan
Bahan Makanan
Bahan makanan yang sangat penting
dalam penyimpanannya, terutama pada jenis bahan makanan yang rawan busuk.
Faktor
yang sangat berpengaruh adalah “suhu”, dan “kelembaban” sehingga dalam
penyimpanan bahan makanan, menurut Permenkes 712/Menkes/PER/10/86,
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Tabel 1. Temperatur dalam Penyimpanan
Bahan Makanan
Jenis Bahan Makanan
|
Digunakan untuk
|
||
<
3 hari
|
<1
minggu
|
>1
minggu
|
|
a.
Daging, ikan, udang, dan olahannya.
b.
Telor, susu, dan olahannya.
c.
Sayur, buah dan minuman.
d.
Tepung dan biji.
|
5 0 sampai
00C
-50 sampai
70C
100C
250C
|
10 0 sampai
-50C
-50
sampai 00C
100C
250C
|
-100C
-50C
100C
250C
|
1. Ketebalan
bahan padat tidak lebih dari 10 Cm.
2. Kelembaban
penyimpanan dalam ruangan : 80 – 90 %.
Disamping memperhatikan faktor tersebut,
perlu juga memperhatikan hal “Sanitasi Gudang”
Sanitasi gudang dapat dilihat dari 2 hal
pokok, yaitu :
1. Segi
pengaturan gudang (arrangement)
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada gudang dipandang dari segi pengaturannya ialah :
a). Barang-barang yang disimpan harus mudah
diambil dan mudah dalam cara
penyimpanannya/pengisiannya.
b). Adanya rotasi giliran yang baik dan
teratur antara barang lama dan barang baru.
c).
Adanya sistem lalu lintas (traffic system)
yang baik.
Kita
kenal ada 4 macam traffic lalu lintas gudang sebagai berikut :
(1).
Lalu lintas utama (Main Traffic).
Lebar
utama 2 x pintu biasa = 1,6 meter.
(2). Lalu lintas antar Blok (Block traffic).
Lebar
minimal 2 orang harus dapat berpapasan 2 x 0,4 m = 0,8 m.
(3). Lalu lintas keliling gudang (Round the Corner Traffic).
Lebar
minimal = 0,5 m.
(4). Lalu lintas antara rak barang (Between rack traffic).
Minimal
1 orang bisa masuk = 0,5 m.
2. Segi kesehatan gudang (sanitation)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada gudang
dipandang dari segi kesehatan/sanitasinya ialah ;
a). Harus rapat serangga dan tikus (insect proofed and Rat proofed).
b).Tinggi rak dan pallet barang dari
permukaan lantai minimal 30 cm, dengan maksud
:
(1) Tidak untuk bersembunyi atau bersarang
tikus.
(2)Tidak
lembab sehingga tidak tumbuh jamur/lumut yang dapat merusak barang-barang di
atas rak, terutama rak yang paling bawah.
(3)Kolongnya
cukup lebar untuk dapat dibersihkan dan diawasi kemungkinan adanya infestasi
serangga dan tikus atau adanya kotoran.
c). Jarak antara penyimpanan
barang yang paling atas dengan langit-langit (ceiling), minimal 50 cm,
dengan maksud :
(1) Di atas tumpukan barang harus cukup
sinar, sehingga tidak ada sarang tikus.
(2)Tikus tidak dapat membuat lubang pada
langit-langit yang dapat digunakan untuk tempat keluar masuknya tikus dalam
gudang.
(3) Cukup mempunyai ventilasi/penghawaan dari
barang-barang di bagian teratas dari rak-rak barang.
C. Pengolahan
Makanan
Pengolahan
makanan mempunyai 4 aspek, yaitu :
1. Penjamah
Makanan (food handler)
Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang
menjamah makanan, baik dalam mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut,
maupun dalam menyajikan makanan. Pengetahuan, sikap dan perilaku seorang
penjamah makanan mempengaruhi kualitas makanan.
Seorang penjamah makanan mempunyai hubungan
erat dengan masyarakat konsumen, terutama penjamah makanan yang bekerja di
tempat pengolahan makanan untuk umum. Penjamah makanan yang “sakit” dapat
menyebarkan penyakit ke masyarakat/konsumen. Perananannya dalam menyebarkan
penyakit dengan :
a. Kontak
antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen yang
sehat.
b. Kontaminasi
terhadap makanan oleh penjamah makanan yang sakit misalnya batuk atau luka di
tangannya.
c. Pengolahan
atau penanganan makanan oleh penjamah makanan yang sakit atau membawa kuman.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.
CARA PENYEBARAN
PENYAKIT PADA PEKERJA PERUSAHAAN MAKANAN
( SAKIT (CARRIER)
|
1.
SUMBER-2 PERNAFASAN (BERSIN,
BATUK, LUDAH)
2.
LUKA-2 TERBUKA DAN BISUL
3.
EXCRETA/URINE
|
UDARA
TANGAN
LALAT
KECOA
RODENTS
AIR CUCI
AIR
MINUM
|
RACUN
|
MAKANAN
|
HEWAN-2 YG TERINFEKSI
|
KEMATIAN
|
MANUSIA
RENTAN
|
KEADAAN SAKIT
|
Dengan demikian perlu adanya
syarat-syarat bagi seorang penjamah makanan yaitu sebagai berikut :
1) Seorang
penjamah makanan harus mempunyai sikap dan perilaku yang baik.
2) Seorang
penjamah makanan harus mengetahui hygiene perorangan yang baik yang terdiri
dari :
a) Kebersihan
pancaindra (mulut, hidung, tenggorokan dan telinga), pancaindra merupakan media
tumbuhnya bermacam-macam kuman.
b) Kebersihan
kulit.
Kulit yang berlemak dan
penuh kotoran debu, baik untuk pertumbuhan mikro-organisme (bakteri), cendawan,
dsb.
c) Kebersihan
tangan.
Harus selalu memelihara kuku
pendek, kuku yang panjang merupakan tempat berkembangbiaknya mikroorganisme
staphylococcus dan mungkin juga salmonella. Harus selalu menjaga kebersihan tangan
selama bekerja, makan dan menggunakan toilet, serta tidak merokok.
d) Kebersihan
rambut.
Rambut harus dicuci dengan
air bersih. Waktu mengolah makanan dianjurkan memakai kain tutup kepala yang
bersih.
e) Kebersihan
pakaian kerja.
Selama mengolah makanan
pakaian kerja harus dipakai dan dalam keadaan bersih.
3) Harus
berbadan sehat dengan mempunyai surat keterangan kesehatan.
Dalam surat tersebut,
ditetapkan bahwa seorang penjamah makanan harus :
a) Bebas
dari penyakit kulit.
b) Bebas
dari penyakit menular.
c) Bukan
pembawa kuman (carier).
d) Bebas
dari penyakit pernafasan yang berbahaya (TBC, Pertussis, dll).
e) Telah
menyuntikkan diri secara rutin dengan
vaksin cholera, thypus, dysentri.
4) Memiliki
pengetahuan tentang hygiene perorangan dan sanitasi makanan.
2. Cara Pengolahan Makanan
Kontaminasi
terhadap makanan oleh peralatan, penjamah-makanan, proses penanganannya maupun
air, harus dihindari selama pengolahan makanan, baik dalam mencuci, meracik
maupun memasak. Dalam mencuci bahan makanan perlu diperhatikan :
a. Air
pencuci :
- Bila
bahan makanan tersebut akan dimakan langsung, seperti buah-buahan, gunakan
pencuci air mendidih (yang didihkan ± 30 menit) ataupun air yang mengandung
chlorine ± 50 ppm.
- Bila
bahan makanan masih akan diolah, cucilah dengan air yang mempunyai sisa chlor
0,02 ppm.
b. Cara
mencuci bahan makanan sedemikian rupa sehingga semua kotoran, bahan kimia sisa
penyemprotan dan bakteri yang tidak diharapkan tidak ada lagi pada bahan
makanan tersebut.
c. Peralatan
yang digunakan bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dan bakteri yang tidak
diharapkan.
Dari segi kesehatan/sanitasi
makanan, maka cara pengolahan makanan yang baik menitik-beratkan kepada hal-hal
sebagai berikut :
a)
Cara-cara penjamahan makanan yang baik.
b)
Nilai nutrisi/gizi yang memenuhi syarat.
c)
Teknik memasak yang menarik dan enak.
d)
Cara pengolahan makanan yang serba bersih.
Yaitu :
- Cegah
masuknya bakteri selama meracik dan memasak makanan.
- Cegah
berkembangnya bakteri dan pencemaran lainnya selama meracik dan memasak.
- Cegah
pencemaran pada alat-alat yang dipakai ataupun pada penjamah makanan.
Perlu
juga diketahui, bahwa ada beberapa menu makanan yang perlu dipanaskan untuk
menghilangkan bakteri-bakteri patogen.
Pemanasan
yang cocok untuk mematikan pathogen, suhu yang cocok dan efektif dalam
mengurangi dan menghilangkan bakteri-bakteri pathogen seperti salmonella dan
staphilococci adalah antara suhu 73,90C-76,70C. Namun
demikian, bakteri berspora seperti chlostridium
perfringens perlu ada perhatian khusus, dan biasanya mati pada suhu 800C.
3. Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan, dimana makanan
diolah sehingga menjadi makanan terolah ataupun makanan jadi, biasanya disebut
dapur. Ini memerlukan syarat sanitasi, baik dari konstruksinya, perlengkapan
yang ada maupun letak perlengkapan yang lazim ada di dapur.
Persyaratan umum dapur :
a. Lantai
1) Lantai
harus dibuat dari bahan yang keras atau rapat air, mudah dibersihkan, tahan
akan kerusakan dan korosi (rapuh).
2) Luas
lantai 35 % s/d 40 % dari luas ruangan makan, dan tidak boleh kurang dari 15 m2
– 25m2.
3) Semua
sudut-sudut antara lantai dan dinding harus melengkung bulat dengan tinggi
(jari-jari) tidak kurang dari 7,62 cm dari lantai.
4) Lantai
yang dibangun dari kayu mempunyai sambungan bentuk tupai, lantai yang dibangun
dari papan bercelah harus diletakkan rapat bersama-sama, semua terapit lantai
dan dinding melengkung bulat dengan tinggi (jari-jari) 7,62 cm dari lantai.
5) Lantai
yang membutuhkan tutup/alas supaya dibuat dari linokum atau bahan karet semen
yang tegang elastis atau carpet/permadani.
6) Lantai
harus selalu dalam keadaan bersih terpelihara sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan.
b. Dinding
1) Permukaan
dalam dinding harus rata, halus tidak
menyerap dan mudah dibersihkan.
2) Dinding
yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat air dan atau
dilapisi dengan porselin setinggi 2 meter dari lantai.
c. Atap
dan langit-langit
1) Atap
dibuat dari bahan yang rapat air dan tidak bocor.
2) Langit-langit
harus menutupi permukaan bawah bagian dalam atap, anti debu dan mudah
dibersihkan.
3) Permukaan
bawah langit-langit untuk ruangan-ruangan/kamar-kamar tempat persiapan atau
pewadahan makanan dan minuman, peralatan-peralatan/perabotan-perabotan
dicuci/dibersihkan atau tempat-tempat cuci tangan harus rata, tidak menyerap
dan berwarna terang.
d. Penerangan/pencahayaan
1) Intensitas
minimum penerangan 20 foot candle (Fc) pada titik setinggi 76,20 cm dari
permukaan kerja, intensitas penerangan ruang makan dan minum dan tempat cuci
antara 30 – 40 Fc.
2) Semua
penerangan harus bebas dari silau (tidak menyilaukan mata), dan tidak
menimbulkan bayangan.
e. Ventilasi
1) Ventilasi
yang memenuhi syarat akan efektif dan cocok untuk memelihara kenyamanan.
2) Ventilasi
harus cukup untuk mencegah udara yang melampaui panas, mencegah kondensasi
(pengembunan) dan pembentukan kelembaban pada dinding, langit-langit dan untuk
menghilangkan bau yang tidak enak, asap dan udara kotor (debu-debu).
3) Bilamana
ventilasi alam tidak efektif dapat dibantu ventilasi buatan dengan cara
mengalirkan udara bersih secukupnya dan mengeluarkan udara kotor.
4) Pertukaran
udara bersih dan segar untuk menjamin kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan
asap dan bau yang tidak enak, sekurang-kurangnya 15 kali per jam.
f. Pembuangan
asap
1) Dapur
harus dilengkapi dengan pengumpul asap (hood) dan cerobongnya.
2) Pengumpul
asap (hood) dilengkapi dengan saringan lemak/minyak (grease filter) dan
penyedot asap (extractor fan) untuk mengeluarkan asap melalui cerobong.
3) Pengeluaran
asap melalui cerobong harus lancar dan tidak mengganggu masyarakat di
sekitarnya.
g. Harus
ada persediaan air yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
h. Harus
ada tempat sampah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
i. Harus
ada saluran pembuangan air bekas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
j. Tersedia
tempat/bak pencuci tangan dan alat-alat dapur.
k. Perlindungan
dari serangga dan tikus.
Binatang perusak, adalah
sekelompok serangga atau binatang-binatang kecil lain, seperti lalat, nyamuk,
kecoa, kutu anjing, kutu tikus, kutu busuk, tikus piti dan tikus besar yang
merupakan vektor penyakit.
1) Ruang-ruang
dimana makanan dan minuman disimpan, dibuat dan diwadahkan, harus dijaga
sehingga bebas dari binatang perusak.
2) Semua
lubang-lubang hawa/ventilasi harus dipasang kawat yang anti karat yang
berukuran 16 mata kawat percentimeter atau yang lebih halus.Pemasangan kawat
kasa pada pintu harus betul-betul rapat (tight-fitting).
3) Selama
operasi pemberantasan atau pembasmi hama penyakit berlangsung, semua
bahan-bahan makanan, perabotan, wadah makanan dan alat pembersih harus ditutup
supaya terlindung dari bahan-bahan/zat-zat kimia beracun.
4) Prosedure
dan cara program pemberantasan supaya diatur oleh Dinas Kesehatan setempat.
5) Binatang
(hewan), termasuk unggas tidak diperbolehkan berada di dalam ruangan dapur.
l. Barang-barang
yang mungkin dapat menimbulkan bahaya tidak diperbolehkan disimpan di dapur,
seperti racun hama, bahan peledak.
m. Tersedianya
alat pemadam kebakaran.
n. Tata
letak perlengkapan di dapur :
1) Berdasarkan
pengalaman daerah kerja di dapat berhubungan satu dengan yang lain sehingga
meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja dan memudahkan pembersihan.
2) Lokasi
penyimpanan dan pengiriman makanan berdekatan dengan lokasi pengiriman ke luar.
3) Tempat
pencucian piring seharusnya ditempatkan berdekatan dengan tempat penyimpanan
piring dan juga dekat dengan ruang makan agar membatasi lalu lintas pelayan
melewati dapur. Tempat ini harus mempunyai ventilasi yang baik.
4) Tempat
pengambilan makanan harus dekat dengan ruang makan, dan bersama-sama dengan
tempat pemesanan untuk mencegah terjadinya kesimpang-siuran lalu lintas pada
daerah penyiapan makanan.
5) Tempat
penyiapan makanan pada tempat ini semua perlengkapan harus pada tempat yang
memudahkan kegiatan penyiapan.
6) Fasilitas
toilet seharusnya ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pekerja untuk
menggunakannya tanpa melewati dapur.
7) Fasilitas
cuci tangan seharusnya ditempatkan dekat dengan toilet dan dapur.
8) Fasilitas
perkakas perlengkapan dekat dengan toilet.
9) Tempat
sampah dan fasilitas pencucian bahan makanan seharusnya mudah untuk diangkat.
10) Bukaan
jendela dan pintu cukup dan efisien.
Secara umum untuk ventilasi
dapur, pertukaran udara minimum setiap 2 menit.
11) Perlengkapan/peralatan
dalam pengolahan makanan
Prinsip dasar persyaratan
perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan adalah aman sebagai
alat/perlengkapan pemroses makanan. Aman ditinjau dari bahan yang digunakan dan
juga dari desain perlengkapan tersebut :
1) Syarat
bahan perlengkapan, mencakup :
a) Persyaratan
umum, terdiri dari bahan yang digunakan untuk membuatnya ataupun bahan yang
digunakan untuk perbaikan harus anti karat, kedap, halus, mudah dibersihkan
tidak berbau tidak mudah berubah warna dan tidak berasa. Hindari bahan-bahan
antimon (An), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb).
b) Bila
digunakan “sambungan”, gunakan bahan anti karat dan aman.
c) Bila
digunakan “kayu sebagai bahan”, maka dianjurkan tidak dipakai sebagai bahan
yang langsung kontak dengan makanan.
d) Bila
digunakan “plastik”, dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan permukaannya.
2) Prinsip
rancang bangun (disain) perlengkapan perlu mempertimbangkan :
a).
Ketentuan umum :
(1) Semua
bahan perlengkapan harus selalu dibuat untuk keadaan-keadaan-keadaan yang
umum/biasa, juga dirancang agar tahan pada kondisi-kondisi tertentu.
(2) Konstruksi
bagian perlengkapan yang memerlukan penyambung, seperti engsel, harus terbuat
dari bahan yang tidak mudah rusak.
(3)
Bak-bak, tempat-tempat cuci harus mempunyai konstruksi sedemikian rupa sehingga
permukaannya dapat mudah mengering, bila dicuci.
b) Permukaan perlengkapan yang kontak
langsung dengan makanan, harus didisain juga agar mudah dibersihkan.
12) Tahapan
dalam pemeliharaan peralatan
Pencucian
alat-alat makanan adalah penting untuk mencegah timbulnya serta menularnya
penyakit.
Prinsip-prinsip
dari prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan
kasar, merupakan langkah awal prosedur. Menghilangkan makanan sisa akan
membantu pembersihan/pencucian selanjutnya dan mencegah tersumbatnya saluran.
a) Tanpa
menggunakan air, gunakan tangan, sikat, atau sapu penyerok yang sesuai untuk
mengumpulkan dan membuang semua makanan sisa.
b) Bila
ada darah, misalnya pada lantai pendingin daging, siramlah dengan air dingin
dalam mengakhiri pembersihan kasar ini.
c) Untuk
perlengkapan dan semua lantai lainnya, basuhlah dengan air panas (125-130 0F)
dalam mengakhiri tahap ini, bila sistem pengeringan berfungsi baik.
2) Pembersihan
dengan menggunakan deterjen alkali. Siapkan dan gunakan deterjen dengan air
panas (155-160 0F), dengan tahap-tahap :
-
Menggunakan perlengkapan bertekanan secara
mekanis.
-
Dengan tangan, bila dilakukan penyerokan oleh
sikat di bak/tank.
-
Dengan ember dan sikat.
3) Membilas
dengan air panas (155-1600F). Periksalah dengan menyeluruh bahwa
semua lemak dan partikel-partikel sudah tidak ada. Bila masih ada, cuci lagi.
4) Penyucihamaan
a) Sesudah
pembersihan dan pembilasan, gunakan larutan desinfektan dengan konsentrasi 200
ppm :
-
Sebelum penyucihamaan ada beberapa perlengkapan yang tidak boleh berair.
-
Gunakan penyemprot atau bak pencelup yang mengandung larutan desinfektan.
b) Untuk
perlengkapan dari logam, biarkan selama minimum 5 menit dan maksimum 15 menit.
5) Pembilasan.
Bilaslah (tak perlu pada
lantai dan dinding) sesudah menggunakan larutan desinfektan. Hilangkan air yang
berlebih/menempel misalnya dengan kertas penyerap air.
6) Pengeringan
Perlengkapan yang tidak
permanen ditempatkan pada rak yang permukaannya bukan kayu.
Dibanyak hotel-hotel maka
pencucian alat makan dan minuman ini dapat dilakukan menurut 2 cara yang dianggap
memenuhi syarat sanitasi yaitu di dalam alat-alat pencuci yang disebut :
1.
Three
Compartment Sink (alat pencuci tiga bilik)
Yaitu
suatu alat pencuci yang terdiri atas 3 bilik atau 3 bak masing-masing bak
mempunyai fungsi sebagai berikut :
Bak
I = Disebut bak pencuci (Wash).
Dalam bak ini terdapat air hangat (± 1500F) dan
sabun/detergent.
Bak
II = Disebut bak pembilas (rinse).
Dalam bak ini piring/gelas dibilas
dengan air panas (1600- 1700F).
Bak
III = Disebut bak pembilas terakhir (final
rinse atau pula disebut Desinfection). Di dalam bak ke-III ini
piring dan gelas untuk terakhir kalinya dibilas terutama kemungkinan masih
menempel lemak pada piring/gelas dengan air panas dengan suhu 1800F
=800C. Cara ini sekaligus dimaksudkan pula untuk mendeinfeksi alat
makanan dan minuman tersebut (membunuh kuman-kuman penyakit). Dianggap bahwa
suhu 1800F sudah dapat membasmi segala jenis kuman yang mungkin
terdapat pada alat makanan/minuman tersebut.
Catatan
: Dalam hal sulit dalam cara menyediakan air dengan suhu 1800F maka
dapat pula ke dalam bak ini diberi zat persenyawaan chlor (kaporit) dengan sisa
chlor sebesar 1 mgr/liter air atau 1 ppm.
Lengkapnya
maka Three Compartment Sink terdiri
atas bagian-bagiannya sebagai berikut :
a) Preparation table
(meja persiapan untuk mengumpulkan piring yang kotor dan yang akan dicuci.
b) Three Compartment Sink
(Alat pencuci 3 bak)
- Bak
I = “Wash”
dengan suhu 150 0 F.
- Bak
II = “Rinse” dengan suhu 160 0 –
1700F.
- Bak
III = “Final Rinse” atau Desinfection
dengan suhu 1800F.
c) Drip Board =
yaitu meja penuntas. Di sini alat-alat makanan dan minuman dituntaskan dan
dikeringkan dengan udara (air dried).
Dilarang dikeringkan dengan serbet.
d) Rak
Penyimpanan = setelah alat-alat makanan tersebut kering barulah dibersihkan
dengan serbet bersih dan disimpan.
2. Dish washing dan
glass washing machine (mesin pencuci
piring dan gelas).
Dengan
adanya kemajuan dalam bidang teknologi, maka untuk mencuci alat-alat makanan
dan minuman ditemukan suatu mesin pencuci yang bekerja secara otomatis,
piring/gelas yang kotor melalui suatu rantai berjalan dari satu bagian ke
bagian lain dari mesin tersebut, sehingga setelah keluar dari mesin tersebut
alat-alat makan dan minum tersebut sudah dalam keadaan bersih tanpa dijamah
sama sekali oleh tangan petugas pencuci.
Alat
ini terdiri atas sebah rantai berjalan, karena itu disebut Dish and glass washing machine type conveyor. Mesin ini terletak di
bagian dapur yang disebut “Washing Area”
suatu sub bagian dari “scullery”
(tempat alat-alat yang kotor). Tenaga penggerak mesin ini adalah air dan
listrik.
Di
dalam mesin ini terdapat 3 bagian yaitu :
a) Wash tank.
b) Power rinse tank.
c) Final rinse tank.
Mesin
pencuci ini dapat bekerja baik atau tidak tergantung dari 3 hal pokok, yaitu :
a) Jenis
detergent yang dipakai.
b) Suhu
atau temperatur di masing-masing bagian tanki.
c) Tekanan
(pressure) dari air pencuci.
Catatan
: Detergent diberikan kepada wash tank dan dispenser tank (reservoir).
Jenis
detergent yang lain yang berfungsi sebagai sabun pengering dan sabun pensteril
diisikan ke dalam final rinse tank.
Pelaksanaan
pencucian dengan alat-alat modern ini mempunyai tujuan
a) Praktis.
b) Efektif
(tetap).
c) Efisien
(hemat, cepat, selamat)
Pelaksanaan
dilakukan sebagai berikut :
a) Dalam
wash tank
Barang-barang di dalam wash
tank ini dicuci dengan air sabun dengan suhu 1500F. Dengan suhu
sebesar itu diharapkan semua sisa makanan dan minuman yang menempel pada
alat-alat tersebut dapat dirontokkan.
Catatan : Suhu dalam batas-
batas dimaksimal 1500F perlu diawasi dan diperhatikan, sebab lebih dari itu keadaannya panas sekali,
akibatnya : sisa-sisa makanan malahan menjadi
masak dan makin melengket pada alat-alat yang dicuci.
b) Dalam
power rinse tank
Proses pencucian alat-alat
makanan dan minuman dilaksanakan di dalam Power
rinse tank ini.
Temperatur di dalam tank ini
adalah antara 1600F-1700F (Rata-rata 1650F)
dan di dalam tank ini tidak dimasukkan detergent.
Dengan temperatur air panas
yang tinggi ini dimaksudkan :
1) Meluluhkan
kemungkinan masih menempelnya sisa-sisa detergent pada alat-alat yang dicuci.
2) Membilas
alat-alat tersebut agar lebih bersih dengan meluluhkan lemak-lemak yang masih
menempel.
c) Final Rinse/Desinfection
Proses
terakhir dari pencucian alat makanan dan minuman dalam dish washing machine adalah di bagian final rinse/desinfection. Di sini alat-alat yang dicuci disemprot
dengan air panas 1800F yang bercampur dengan detergent.
Catatan
:Detergent yang digunakan dalam final rinse adalah berbeda dengan detergent
yang digunakan dalam wash tank (tanki ke I).
Detergent
di sini berfungsi sebagai :
(1) Sabun
pengering agar alat bersih dan lekas kering (dry-detergent).
(2) Sabun
pengsteril agar alat-alat benar-benar bebas dari kuman-kuman penyakit (desinfectance).
Dengan suhu air panas
sebesar 1800F, maka sabun/detergent ini bersama dengan air panas
tersebut mampu membasmi segala kuman yang mungkin masih terbawa dalam alat-alat
yang dicuci.
Suhu air panas pada bagian final rinse ini harus betul-betul
diawasi sebab :
(1) Kurang
dari suhu 1800F alat-alat yang dicuci akan masih belum dianggap
sudah bebas kuman penyakit.
(2) Lebih
dari 1800F airnya akan panas sekali sehingga memungkinkan alat-alat
makanan dan minuman yang dibuat dari gelas akan pecah atau retak (rusak).
Dishwashing
ini dijalankan secara otomatis dan bila
komposisi detergent tidak semestinya akan menyala lampu merah atau akan
berbunyi peluit.
Mesin
ini dilengkapi dengan tirai (curtain)
yang jumlahnya ada 4 buah dan dipasang menggantung diantara/diperbatasan antara
satu bagian dengan yang lain.
Tirai
ini dibuat dari terpal, suatu bahan yang tahan air panas.
Gunanya
tirai ini adalah sebagai berikut :
a). Untuk melindungi agar para petugas
pencuci tidak terkena semburan/semprotan air panas.
b). Untuk menghalang agar air sabun dari wash
tank tidak bercampur dan tertumpahkan masuk ke Power rinse tank.
c). Untuk menghalang agar sabun rinse dry di
bagian final rinse tidak masuk ke Power rinse tank.
D. Pengangkutan Makanan
Makanan yang berasal
dari tempat pengolahan memerlukan pengangkutan untuk disimpan atau disajikan.
Kemungkinan
pengolahan makanan terjadi sepanjang pengangkutan, bila cara pengangkutannya
kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya.
Baik/buruknya
pengangkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Tempat/alat pengangkut :
Tempat/alat pengangkut dapat menggunakan
kereta dorong bila pengangkutan makanan hanya dalam rumah, menggunakan baki
apabila akan disajikan dan dengan truck/mobil bila diangkat keluar rumah.
b.Tenaga Pengangkut
Tenaga pengangkut yang perlu untuk diperhatikan
adalah tidak berpenyakit menular, carrier, dan mempunyai personal hygiene yang
baik.
c. Tehnik Pengangkutan
Pengangkutan makanan memerlukan suatu cara
yang baik agar makanan tidak terjadi
pengotoran/kontaminasi selama dalam perjalanan.
Syarat-syarat pengangkutan makanan yang
memenuhi aturan sanitasi adalah :
a. Alat/tempat
pengangkut harus bersih.
b. Cara
pengangkutan makanan harus benar dan tidak terjadi pengotoran
selama diangkut.
c. Pengangkutan
makanan dari jenis bahan yang tidak berkarat atau makanan yang langsung dapat
dimakan harus ditempatkan dalam suatu wadah yang tertutup.
d. Pengangkutan
makanan yang melewati daerah-daerah/tempat-tempat yang kotor dan mudah
mengkontaminasi makanan harus dihindari.
e. Cara
pengangkutan makanan harus dilakukan dengan mengambil jalan yang singkat,
pendek dan paling terdekat.
E. Penyimpanan Makanan
Kualitas makanan yang telah diolah sangat
dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan perkembangan bakteri
pathogen/pembusuk pada suhu yang sesuai dengan kondisinya.
Namun demikian, di dalam perkembangan bakteri tersebut masih
pula ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai atau cocok sebagai media
pertumbuhannya.
Oleh karena itu mutlak
diperlukan suatu metode penyimpanan makanan yang harus mempertimbangkan
kesesuaian antara suhu penyimpanan dengan jenis makanan yang akan disimpan.
Prinsip dari pada tehnik penyimpanan makanan terutama ditujukan
kepada :
a . Mencegah
pertumbuhan dan perkembangan bakteri latent.
b . Mengawetkan
makanan dan mengurangi pembusukan.
Hal-hal
lain yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah :
1) Makanan
yang disimpan diberi tutup terutama makanan kaleng yang telah dibuka atau hasil
olahan dari dapur (cooking food)
2) Lantai/meja
yang digunakan untuk menyimpan makanan sebelumnya harus dibersihkan.
3) Makanan
tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air limbah (selokan).
4) Makanan
yang disajikan sebelum diolah (timun, tomat) harus dicuci dengan air hangat
lebih dulu.
5) Makanan
yang dipak dengan karton jangan disimpan dekat dengan air atau tempat yang
basah.
Tehnik Penyimpanan Makanan
yang didasarkan pada pengaturan suhu
a.
Penyimpanan
Dingin (Refrigerated Storage)
Dalam pendinginan
makanan, kemungkinan pertambahan bakteri tidak terjadi. Makanan yang dingin
harus disimpan pada alat pendingin pada suhu 00F (-17,80C).
Pada
suhu antara 0 - 7,20C kadang-kadang bakteri pembusuk, bakteri
psikrofilik dapat bertambah. Meskipun bakteri-bakteri tersebut tidak patogen
namun dapat mengurangi kualitas. Bakteri yang patogen dapat tahan pada tempat
penyimpanan dingin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
penyimpanan dingin untuk makanan olahan.
1.
Suhu
Berdasarkan
klasifikasi dari F.G. Winarno, digolongkan menjadi 3 yaitu :
a) Penyimpanan
sejuk.
- antara 15-250C
- untuk minuman keras,
umbi-umbian, sayuran
b) Pendinginan
- pada
suhu < 5,6 0 C.
- dapat
menghambat pertumbuhan mikroba-psikrofilik dan mencegah pertumbuhan mikroba
patogen.
- Botulinum
tipe E dapat memproduksi racun pada suhu 3,30C.
c) Penyimpanan
beku, dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
- dengan penyelapan bahan ke dalam
refrigerator.
- kontak tak langsung dengan refrigerant.
- dengan menggunakan udara dingin (-17,8oC
sampai 34,4oC).
Pada suhu beku sel vegetatif lama kelamaan
mati.
“Kapang” akan tumbuh lambat pada suhu -8,9oC
sampai dengan -6,67oC , dan “Khamir” tumbuh pada suhu ≥ -8,9oC.
Mikroba tak dapat hidup lagi pada suhu -120C.
Dan untuk mikroba psikophilic tumbuh pada suhu 0oC – 5oC.
2. Lama
Penyimpanan
Faktor
lama penyimpanan juga mempengaruhi terhadap perkembangan bakteri, sehingga cara
penyimpanan dengan lama penyimpanan akan
berbeda suhu penyimpanannya.
Lama penyimpanan
Tanpa
pertumbuhan (hari)
|
Suhu penyimpanan
|
|
oF
|
o C
|
|
1
2
3
4
5
6
|
50
48
46
44
42
40
|
10
8,9
7,8
6,7
5,6
4,4
|
Sumber : Foster (1963)
Catatan : Tabel ini tidak berlaku
bagi makanan yang penyimpanannya pada keadaan “hangat”.
3. Kelembaban
Kelembaban
relatif dari alat pendingin akan berpengaruh pada perubahan bentuk makanan yang
disimpan terutama perubahan moisture dan wujud. Ruangan pendinginan memerlukan
kondisi kelembaban yang sesuai karena perubahan kelembaban yang besar dapat
menyebabkan bahan berkeringat dan terjadinya pertumbuhan jamur.
Pengaruh suhu
penyimpanan pada kelembaban maksimum yang didasarkan untuk pendinginan daging
adalah :
Suhu penyimpanan (oC)
|
RH(%)
|
4
|
75
|
2
|
88
|
0
|
92
|
Secara
operasional di dalam penyimpanan dingin perlu mempertimbangkan beberapa hal :
1) Alat
pendingin ditempatkan pada ruang yang cukup nyaman sehingga dapat menjamin
keamanan makanan selama penyimpanan dan thermometer penunjuk suhu ditempatkan
pada bagian yang paling panas dan mudah untuk dibaca.
2) Makanan
yang disimpan tidak boleh mencapai suhu kritis (danger zone temperature = 45oF/7,2oC) tetapi
harus dibawahnya kecuali bila makanan
tersebut telah disajikan.
3) Makanan
yang telah dingin harus dijaga tetap dingin pada suhu 00F (-18oC)
atau dibawahnya.
4) Tempat
penyimpanan es yang biasa digunakan di rumah tidak boleh digunakan sebagai
tempat penyimpanan makanan, tempat makanan, peralatan-peralatan makan.
Secara
praktis penyimpanan makanan dengan cara dingin dapat diklasifikasikan menjadi 3
:
a) Sesuai
bentuknya
Kita kenal dari yang paling
kecil
(1) Thermos (botol
es)
(2) Ice box
(peti es)
(3) Refrigerator
(almari es)
- Frigidair
- Kulkas
(4) Walk in refrigerator
(almari es besar)
(5) Room refrigerator
(kamar es).
b) Sesuai
suhunya
Kita kenal 5 golongan
penyimpanan sesuai batas-batas suhunya yaitu :
(1) Room Temperatur Storage
(penyimpanan dalam suhu kamar) dengan suhu antara 27oC –30oC
(2) Cool storage
(penyimpanan dalam suhu tidak terlalu dingin ± 10oC-020oC.
(3) Cold storage
(penyimpanan dalam suhu dingin) dengan suhu antara 0oC-10oC.
(4) Freezer storage
(penyimpanan dalam suhu dingin sekali dibawah titik beku) dengan suhu OoC.
(5) Deep freezer storage
(penyimpanan dalam suhu dingin sekali dibawah titik beku) dengan suhu lebih
rendah dari -10oC.
c) Sesuai
makanan yang disimpan
Yang
penting sekali harus diperhatikan ialah bahwa sesuai jenis makanan yang
disimpan sesuai pula suhu penyimpanan yang harus diberikan dalam cara-cara
penyimpanannya, sebagai contoh :
Buah-buahan
dan sayur-sayuran harus disimpan dalam “cold
storage diantara(± 10oC-20oC).
Penyimpanan
buah-buahan dan sayur-sayuran pada suhu “cold
storage” atau deep freeze akan
mengalami kerusakan. Bahan makanan kering harus disimpan dalam suhu kamar, bila
tidak akan pula menjadi rusak dan berair.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No.712/Menkes/PER/10/86 yang antara lain mengatur
tentang makanan, dimana di dalam penyimpanannya dikelompokkan menjadi 2 (dua)
sebagai berikut :
(1) Penyimpanan
makanan terolah
Makanan kemasan tertutup
sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10oC.
(2) Penyimpanan
makanan jadi :
(a) Terlindung
dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan.
(b) Makanan
cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih atau
disimpan dalam suhu 4oC atau kurang.
(c) Makanan
cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam
suhu -5oC-1oC.
b.
Penyimpanan
Panas (Hot Storage)
1) Fasilitas
alat penyimpanan makanan panas harus ditempatkan pada ruangan yang nyaman
sehingga menjamin ketepatan suhu penyimpanan.
Skala penunjuk suhu
mempunyai ketepatan ukur ± 3oF dan harus ditempatkan pada bagian
yang paling dingin dan mudah untuk dibaca.
2) Makanan
yang disimpan tidak boleh mencapai suhu kritis (danger zone) 140 oF(60oC), karena pada suhu
tersebut memungkinkan pertumbuhan bakteri pengganggu.
Gambar
212oF (100oC)
Sel vegetative bakteri mati, spora masih
bertahan hidup
(165 oF) (74 oC)
|
|
Pendidikan
Makanan matang
|
Bertahan dan atau tumbuh
Lambat 140 oF (60oC)
|
Penjajah makanan panas yang siap disajikan
|
|
120oF (49oC) Bakteri
bertumbuh cepat
60oF (15,6oC) bakteri
tumbuh lambat.
|
Daerah kritis
Makanan
harus dikeluarkan dari tempat penyimpanan antara suhu ini
Kecuali suhu ini dicapai di luar tempat
penyimpanan makanan dapat dimakan
|
|
45oF (7,2oC)
Kebanyakan bakteri tidak berkembang tapi
hanya bertahan 0oF (-18oC)
|
Makanan yang telah dingin
|
Keterangan
gambar
Bakteri
penyebab sakit dapat berkembang cepat pada suhu yang bervariasi besar.
Suhu
antara 45oC-140oF (7,2oC-60oC)
disebut Danger Zone, karena
pertumbuhan bakteri akan besar dalam periode suhu tersebut.
Periode
terlama/terpanjang bagi kondisi makanan yang dikatakan aman dalam daerah bahaya
ini adalah 4 jam, tetapi tak dibenarkan lebih dari 2 jam pada periode 15,6oC-49oC.
Hal ini mengingat sifat perkembangan bakteri yang tumbuh cepat dan berlipat
ganda pada periode tersebut.
F. Penyajian Makanan
Ruang
lingkup penyajian makanan meliputi :
1. Tempat Penyajian
a) Lantai
terbuat dari bahan kedap air, kayu keras atau bahan keras lainnya.
b) Dinding
dan langit-langit hendaknya dibuat sedemikian rupa untuk mencegah serangga.
c) Langit-langit
terbuat dari bahan yang melindungi bagian dalam agar tidak lembab.
d) Tersedia
air bersih yang cukup untuk membersihkan alat dan cuci tangan.
e) Pintu
dan jendela tidak memungkinkan masuknya serangga.
f) Membersihkan
ruangan dilakukan sebelum dipergunakan dan sesudah dipergunakan.
2.
Alat-alat Penyajian
a) Alat-alat
hendaknya ditempatkan dan disimpan dengan fasilitas pembersih.
b) Permukaan
alat-alat yang berhubungan langsung dengan makanan hendaknya terlindung dari
pencemaran baik oleh konsumen maupun benda perantara lainnya.
c) Kebersihan
alat-alat hendaknya terjamin sebaik-baiknya.
3.
Tenaga Penyaji
Persyaratan tenaga penyaji berlaku
persyaratan umum bagi penjamah makanan (foodhandler).
Hal-hal lain yang perlu pula diperhatikan
dalam penyajian adalah :
a) Menjaga
kesopanan
b) Tehnik
membawa makanan
c) Penampilan
dan temperamen yang baik.
Cara menghidangkan,
tehnik dan pengaturan di atas meja sebaik-baiknya.
Terimah kasih atas materi nya ibu
ReplyDeleteSaya hanatasya putri flalerina
Kelas B tingkat II semester IV
Terimakasih atas materinya ibu.
ReplyDeleteNama : Bayu D riambang
Kls/ tingkat: B/ 2
Nim : 711345118013
Terima kasih ibu atas materinya
ReplyDeleteSaya jenica serina potuku
Prodi D3-Sanitasi Tkt 2 semester 4 klas B
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih atas materinya ibu.
ReplyDeleteNama : Bayu prasetio mamonto
Nim :711345118014
Prodi:D3 tingkat II semester IV
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih untuk materinya ibu😇
ReplyDeleteNama : Marthen Lule
Nim : 711335118025
Prodi : D-IV semester 4
Terimah kasi materinya bu🙏🙏🙏🙏🙏
ReplyDeleteMama : Rivaldo Brayen Tambariki
Nim : 711335118038
Prodi: D-IV Semester 4 tingkat 2
Terimakasih atas materinya bu
ReplyDeleteNama : Winda Aurelia Bolang
Nim : 711335118044
Prodi: D-IV semester 4 tingkat 2
Terimah kasih bu untuk materinya ��
ReplyDeleteNama : Rahmawati tamburian
Nim : 711335118034
Prodi : D-IV semester 4 / tkt 2
Terima kasih untuk materinya ibu 😇🙏
ReplyDeleteNama : Gabriella dien
Nim : 711335118019
Prodi : D-IV semester 4,tingkat 2
Terima kasih untuk materinya ibu 🙏
ReplyDeleteNama : Yunivita Abdullah
NIM : 711335118045
Prodi : D-IV Semester IV Tingk II
Terima kasih materinya ibu🙏🤗
ReplyDeleteNama : Sarmila Lendeon
Nim : 711335118040
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih untuk materinya ibu ����
ReplyDeleteNama : christensen ponamon
Nim : 711335118011
Prodi : D-IV semester 4,tingkat 2
Terima kasih untuk materinya ibu🙏
ReplyDeleteNama : Mutiara A. Kendung
Nim : 711335118030
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih untuk materinya ibu��
ReplyDeleteNama : Euaggelion Yosua Atteng
Nim : 711335118017
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih bu untuk materinya
ReplyDeleteNama : Virgonaldo
NIM : 711335118043
Prodi/Sem : D-IV/4
Terima kasih ibu
ReplyDeleteNama : Lestari Mapalulo
Nim : 711335118024
Prodi : D-IV/smstr 4
Terima Kasih untuk materinya Bu🙏
ReplyDeleteNama :Anidzya Mandak
Nim. :711335118008
Prodi:D-IV/semester 4
Terima kasih ibu untuk materinya
ReplyDeleteNama : Abdul Risky Antu
Nim : 711335118001
Prodi : D-IV / Semester 4 tkt II
Terima Kasih untuk materinya Ibu🙏🏻
ReplyDeleteNama : Rachta F. Toembio
NIM : 711335118033
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih ibu atas materinya🙏🙏
ReplyDeleteNama: Alisya Ramayanti Awal
nim: 711335118005
Prodi: D-lV / semester 4
Terima kasih ibu atas materinya.
ReplyDeleteNama : Ribka Waruis
NIM : 711335118037
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih ibu utk materinya.
ReplyDeleteNama : Injilita Mondoringin
Nim : 711335118021
Prodi : D-IV / tkt2 / Smstr iv
Terima kasih ibu untuk materinya.
ReplyDeleteNama : Muhamad Abdilah Humunggio
Nim : 711335118029
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima Kasih Ibu untuk materinya🙏🏻🙏🏻🙏🏻
ReplyDeleteNama : Rofiansyah Manoppo
Nim : 711335118039
Prodi: D-IV/Tngkt II/Semester IV
Terima kasih ibu untuk materinya
ReplyDeleteNama : Reyka Gobel
nim : 711335118035
prodi: D-IV /tkt II/smester 4
Terima kasih ibu untuk materinya
ReplyDeleteNama: Randy Tampi
NIM: 711335117033
Prodi: D-IV/Tngkt III
Terima Kasih untuk materinya Ibu🙏
ReplyDeleteNama :Dhea Yulianisah
NIM : 711335118016
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih atas materinya Ibu
ReplyDeleteNama : Amanda Azizah
NIM. : 711345118006
Kelas: DIV/ Semester IV
Terima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama : Tesalonika Antalia
Nim : 711335118042
Kelas: DIV semester IV
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama:Ninda naura modeong
Nim: 711335118031
kelas: DIV/ semester IV
Terima kasih materinya ibu
ReplyDeleteNama : fira djaini
Nim : 711335118018
Kelas : DIV /semester 4
Terima kasih materinya ibu
ReplyDeleteNama : fira djaini
Nim : 711335118018
Kelas : DIV / semester 4
Terima kasih atas materinya bu
ReplyDeleteNama : Anadamadasanti Kabuhung
Nim : 711335118007
Kelas : DIV / Semester IV
Terima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteTerima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama : Adelia alamri
Nim : 711335118003
Kelas : DlV/semester lV
Terima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama : Dhea A. Panambunan
NIM : 711335118015
kelas : D-IV / Semester IV
Terima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama : Meygi Lukas
NIM : 711335118027
Kelas : D-IV / Semester IV
Terima kasih atas materinya ibu
ReplyDeleteNama : Meygi Lukas
NIM : 711335118027
Kelas : D-IV / Semester IV
Trima ksih atas materinya bu
ReplyDeleteNama : Annisa Agustia
Nim : 711345119009
Tngkt / Sem : 1 / II
D3 Santitasi
Terima kasih ibu atas materinya.
ReplyDeleteNama : Injilita Mondoringin
Nim : 711335118021
Prodi : div/tkt2/smstriv
Terima kasih ibu...
ReplyDeleteNama : abdul risky antu
Nim : 711335118001
Prodi : D-IV
Semester : IV
Terima kasih ibu atas materinya
ReplyDeleteNama : Gabriella Dien
Nim : 711335118019
Prodi : D-IV/4
Terima kasih ibu atas materinya
ReplyDeleteNama : Dhea yulianisah
Nim : 711335118016
Prodi/Sem : D-IV/4
Terima kasih Bu atas materinya.
ReplyDeleteNama : Anidzya Mandak
Nim : 711335118008
Prodi/sem : D-IV/4
Terima kasih ibu atas materinya
ReplyDeleteNama : Meygi Lukas
Nim : 711335118027
Prodi : D-IV / Semester 4
Terima kasih ibu atas materinya.
ReplyDeleteNama : Ribka Waruis
NIM : 711335118037
Prodi/Semester : D-IV/4
Terima kasih atas materinya bu🙏
ReplyDeleteNama: Yunivita Abdullah
Nim:711335118045
Prodi: D4/IV
Terima kasih bu
ReplyDeleteNama : youngki emes
Nim : 711345116034
Prodi : DIII/8
Terima kasih ibu
ReplyDeleteNama : Lina kogoya
Nim :711345119073
Prodi: D-III/3
Terimakasih ibu untuk materinya
ReplyDeleteNama: Candhy Mamarasi
NIM: 711335119019
Prodi:D4
Terima kasih untuk materinya ibu🙏🏻
ReplyDeleteNama : Jesiana C. Y. Palapa
NIM : 711335119031
Sms/Tkt : IV/II
Prodi : DIV